Permukaan Laut Naik Lebih Cepat Sejak Dekade Silam: Berita Buruk untuk Penduduk Pesisir

  • Oleh : Redaksi

Selasa, 15/Feb/2022 00:13 WIB


Data ilmiah dari awal dekade silam sudah menunjukkan pencairan lapisan es di Arktik, lebih cepat daripada yang diperhitungkan. Terutama dua penelitian ikut berjasa membuat prediksi iklim menjadi lebih akurat.

Wilayah air bersuhu hangat meluas, melelehnya gletser dan lapisan es membuat volume air laut di dunia meningkat. Jika kedua faktor akibat pemanasan global ini berlanjut, juga dengan kecepatannya saat ini, para peneliti mengkhawatirkan bahwa naiknya permukaan laut tidak akan dapat dihindari. Para ilmuwan sependapat mengenai hal ini. Namun berapa tingkat permukaan air laut akan naik di masa mendatang, masih terdapat perbedaan.

Baca Juga:
Menteri LHK Ajak Generasi Muda Ikut Aktif Memitigasi Perubahan Iklim

Berita Buruk bagi Penduduk Pesisir

Dalam studi yang diterbitkan dalam jurnal Environmental Research Letters, Stefan Rahmstofr, Anders Levermann dan rekan mereka dari Institut Potsdam untuk Penelitian Dampak Iklim PIK, membandingkan prediksi yang dibuat antara tahun 1990 dan 2011 dengan data aktual.

Baca Juga:
Menggugah Kesadaran tentang Perubahan Iklim Melalui Seni

Sementara suhu rata-rata global dalam beberapa dekade terakhir telah meningkat dengan kecepatan seperti yang diperkirakan Dewan Iklim Dunia, permukaan laut telah meningkat lebih cepat daripada yang diperkirakan.

Itu bisa menjadi indikasi bahwa perhitungan untuk masa depan yang telah dibuat juga terlalu rendah, dikatakan para ilmuwan. Dan ini bisa berdampak buruk bagi daerah di pesisir dan kota-kota besar di sekitarnya.

Baca Juga:
Kurangi Emisi untuk Tekan Krisis Ozon agar Bumi Tetap Layak Huni

Kelompok kerja yang mengurusi masalah permukaan laut dari Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim IPCC berusaha untuk menghitung tingkat maksimum kenaikan permukaan laut dengan data-data hasil berbagai studi.

Semakin tinggi peningkatan diperkirakan, semakin besar dana yang harus diinvestasikan untuk pembangunan tanggul pelindung pantai dan memindahkan pemukiman.

Suhu Laut Semakin Hangat

Laut semakin hangat tahun lalu daripada tahun sebelumnya, meningkatkan pola cuaca yang sudah ekstrem di seluruh dunia. Hal itu dikemukakan dalam laporan baru-baru ini yang diterbitkan di jurnal Advances in Atmospheric Sciences.

Dua puluh tiga ilmuwan internasional menganalisis ribuan pengukuran suhu laut. Sejak 2018, sewaktu kelompok ini pertama kali menerbitkan temuan mereka, mereka mendapati bahwa suhu laut meningkat setiap tahun.

Tetapi pemanasan itu tidak berlangsung konsisten di bumi ini.

Pada 2021, para peneliti mendapati bahwa karena pola dan arus angin, sebagian wilayah Samudra Atlantik, India dan bagian utara Samudra Pasifik menghangat lebih cepat. “Pergerakan air di lautan dunia mendistribusikan panas dengan cara yang tidak seragam, sehingga beberapa daerah mendapatkan lebih banyak panas dan yang lainnya lebih sedikit, yang berarti beberapa daerah tertentu di laut menjadi hangat lebih cepat daripada yang lainnya,” kata John Abraham, salah seorang penulis penelitian itu dan ilmuwan iklim di University of St. Thomas di Minnesota.

Meningkatnya konsentrasi gas-gas rumah kaca dari aktivitas manusia membuat lautan terlalu panas, kata Abraham kepada VOA. "Tahun lalu, laut menyerap panas yang setara dengan tujuh bom Hiroshima yang diledakkan di laut setiap detik setiap hari, 365 hari setiap tahun,” ujarnya.

Sedikit saja kenaikan suhu dapat sangat merusak. “Tahun lalu, suhu permukaan laut naik satu derajat Celsius,” kata Michael Mann, profesor ilmu atmosfer di Pennsylvania State University dan salah seorang kontributor laporan itu. “Dan meskipun ini seperti pemanasan yang sedikit, perubahan suhu sekecil apapun dapat berdampak sangat besar terhadap sistem cuaca, yang dapat menyebabkan populasi ikan berkurang dan lapisan es runtuh di Antartika.”

Hanya sedikit panas dari gas-gas rumah kaca yang benar-benar terperangkap di atmosfer. Sebagian besar panas itu diserap oleh lautan.

“Laut menyimpan 90 persen panas dari pemanasan global dan merupakan indikator kuat perubahan iklim. Sekarang ini, lautan kita memanas dengan laju yang luar biasa yang memiliki konsekuensi serius,” kata Lijing Cheng, penulis utama laporan itu dan profesor di Institute of Atmospheric Physics di Lembaga Ilmu Pengetahuan China.

“Kenaikan permukaan air laut membuat komunitas di pesisir semakin rentan terhadap gelombang badai yang mengancam prasarana pesisir,” kata Cheng kepada VOA.

Ombak menghantam rumah-rumah di tepi pantai di Scituate, Massachusetts, 29 Januari 2022. (JOSEPH PREZIOSO / AFP)

Ombak menghantam rumah-rumah di tepi pantai di Scituate, Massachusetts, 29 Januari 2022. (JOSEPH PREZIOSO / AFP)

Lautan yang menghangat juga menimbulkan malapetaka bagi sistem cuaca bumi. “Laut mengendalikan cuaca,” kata Abraham. “Laut yang lebih hangat membuat cuaca kita semakin liar, bergerak dari satu ekstrem ke ekstrem lainnya dengan lebih cepat,” ujarnya. “Lautan memanaskan dan melembabkan atmosfer, yang menciptakan badai yang lebih kuat.”

Tornado, hurikan, banjir dan bahkan badai salju “semuanya terkait dengan lautan yang memanas,” kata Alexey Mishonov, salah seorang penulis laporan dan ilmuwan peneliti di Earth System Science Interdisciplinary Center, University of Maryland.

Mann mengatakan gas-gas rumah kaca perlu segera dibatasi secara signifikan atau konsekuensi terhadap lingkungan hidup akan menjadi semakin buruk.“Kita harus menurunkan emisi karbon 50 persen dalam dekade ini,” ujarnya. “Pemerintah perlu memberikan insentif untuk mengalihkan industri energi dan transportasi dari bahan bakar fosil dan menuju ke energi terbarukan.”

Trilunan Ton Es Greenland Mencair

Es di Greenland yang mencair selama dua dekade terakhir telah menyebabkan kenaikan air laut global hingga 1,2 sentimeter.

Menurut data satelit terbaru yang dikumpulkan Polar Portal, kumpulan dari empat lembaga penelitian pemerintah Denmark, Greenland telah kehilangan 4.700 triliun ton es dalam 20 tahun terakhir.

Angka tersebut diperkirakan cukup untuk membanjiri seluruh Amerika Serikat dengan ketinggian air 0,5 meter. Para peneliti menyebut hilangnya es yang luas ini telah berkontribusi pada kenaikan permukaan laut global setinggi 1,2 sentimeter.

Data yang dikumpulkan para peneliti mencakup periode April 2002 hingga Agustus 2021 dan didasarkan pada pengamatan yang dilakukan oleh armada satelit Gravity Recovery And Climate Experiment (GRACE), yang diluncurkan pada Maret 2002.

Satelit tersebut mengukur perubahan gravitasi di seluruh dunia yang merujuk ke bagaimana massa didistribusikan di sekitar planet dari waktu ke waktu. Tim Portal Polar menyebut ini sangat berguna untuk memperkirakan perubahan massa es.

Dilansir dari Live Science, data GRACE menunjukkan bahwa hilangnya es Greenland paling parah di sekitar pantai, di mana es dengan cepat menipis dan jatuh ke laut.

Menurut NASA yang merupakan bagian dari misi GRACE, hilangnya es sangat mencolok di wilayah pantai Greenland Barat. Mencairnya es Greenland adalah salah satu faktor utama yang mendorong kenaikan permukaan laut sebagai bagian dari dampak perubahan iklim.

Menurut sebuah studi pada 2019 yang diterbitkan di jurnal Nature, dengan melihat perkembangan saat ini, Greenland akan berkontribusi meningkatkan 7 hingga 13 sentimeter pada kenaikan permukaan laut global pada 2100 yang tentu memberikan dampak yang mengerikan.

"Sebagai petunjuk praktis, untuk setiap kenaikan [satu] sentimeter di permukaan laut global, 6 juta orang lainnya terkena banjir pesisir di sekitar planet ini," kata Andrew Shepherd, penulis utama studi dan ilmuwan iklim dari University of Leeds di Inggris, kepada NASA pada 2019.

"Pada tren saat ini, pencairan es Greenland akan menyebabkan 100 juta orang kebanjiran setiap tahun pada akhir abad ini, jadi total 400 juta karena kenaikan permukaan laut," imbuhnya.

Selain Antarktika, Greenland menjadi satu-satunya tempat di Bumi yang memiliki lapisan es permanen. Bersama-sama, kedua tempat ini mengandung 99 persen dari total cadangan air tawar dunia.

Jika seluruh lapisan es Greenland mencair, permukaan laut global bisa naik hingga 7,4 meter. Kemudian jika es Antartika yang mencair, maka kenaikan permukaan laut global bisa mencapai lebih dari 60 meter.