Menilik Kualitas Pengaspalan Sirkuit Mandalika yang Dianggap Sekelas Jalan Perumahan BTN

  • Oleh : Redaksi

Kamis, 17/Feb/2022 11:54 WIB
Sirkuit Mandalika, Lombok, NTB. Foto: kompas.com. Sirkuit Mandalika, Lombok, NTB. Foto: kompas.com.

JAKARTA (BeritaTrans.com) - Kedatangan para pebalap MotoGP untuk melangsungkan tes pra-musim tanggal 1 hingga 13 Februari 2022 di Sirkuit Mandalika, Nusa Tenggara Barat, masih jadi perbincangan hangat.

Tak hanya aksi dan polah tingkah para pebalap, pemandangan panoramik di sekeliling sirkuit yang istimewa dan indah juga ikut melambungkan Mandalika.

Baca Juga:
Pembalap MotoGP Bagnaia Kecelakaan Mobil karena Mabuk

Hal tersebut turut divalidasi oleh sejumlah pebalap, sebut saja Marc Marquez dan Remy Gardner dalam unggahan akun Twitter pribadi mereka.

Pujian mereka tentu saja membuat masyarakat Indonesia tersanjung, sekaligus menjadi promosi gratis keindahan Mandalika di mata dunia.

Baca Juga:
Jokowi Prediksi Calon Pemudik 79 Juta Orang: Kerjakan Vaksinasi, Jangan Bandingkan dengan MotoGP!

Akan tetapi, di balik puja-puji tentang Sirkuit Mandalika, ternyata ada masalah serius yang tak bisa diabaikan.

Dilansir dari The Race, Rabu (16/2/2022), tidak sedikit dari pebalap yang menganggap jalur Sirkuit Mandalika kotor penuh debu dan kerikil, dan membahayakan.

Baca Juga:
Sukses Layani Mobilitas MotoGP di Mandalika, DAMRI Raih Peningkatan Penumpang

Marco Bezzecchi mengonfirmasi, dia mendapati salah satu pelindung helmnya retak. Bahkan, Pecco Bagnania menunjukkan dirinya mengalami memar di lengan kiri karena terkena serpihan batu.

Tidak hanya itu, Fabio Quartararo mengakui, ia merasa tenggorokannya sakit seperti telah dipukul akibat terkena batu saat berada di belakang Franco Morbidelli.

“Saya berada di belakang Franco dan saya menerima banyak kerikil di layar dan visor, jadi bayangkan berada di belakang empat atau lima pembalap untuk banyak lap,” jelas Quartararo.

Selain dari pebalap, kritikan juga muncul dari masyarakat. Salah satunya cuitan balasan dari pengguna Twitter @albertus_surya dan @dimascoro yang menyamakan kualitas Sirkuit Mandalika sama seperti aspal perumahan BTN yang belum rampung.

Masalah ini sangat disayangkan, mengingat sirkuit berstandar internasional tersebut telah menggunakan Stone Mastic Asphalt (SMA) yang dikenal memiliki kualitas paling baik di dunia.

Lalu, apa masalah sebenarnya dan risiko yang akan ditimbulkan jika hal ini dibiarkan?

Terkait hal ini, Pengamat Perkerasan Jalan dan Aspal Purnomo menuturkan, pemilihan batu yang tidak diteliti dengan baik adalah masalah utamanya.

SMA adalah campuran jenis aspal dengan open graded. Artinya kehalusan yang diberikan oleh aspal tidak kontinu seperti pada hot mix asphalt.

Ini memberikan hasil akhir permukaan aspal mirip seperti kulit jeruk sunkist. Tujuannya adalah agar aspal memberikan grip yang baik serta resistensi pengereman yang bagus.

“Maka batuannya harus muncul sedikit-sedikit, sehingga bisa tidak licin dan tidak terjadi aquaplaning,” jelas Purnomo saat dihubungi wartawan, Selasa (15/2/2022).

Karena mengandalkan perekatan batu, campuran aspal ini memiliki komposisi batu yang lebih banyak dibandingkan dengan komposisi aspal dan bahan lain.

Namun sayangnya, kerap terjadi pekerja proyek tidak memperhatikan jenis batu yang digunakan.

Purnomo mengatakan, batuan untuk campuran aspal ini harus memiliki bentuk kubik, tidak pipih, tidak lunak dan tidak kotor.

“Karena (batunya) tidak dipilih makanya tidak keras dan kadang-kadang kotor. Begitu dicampur dengan aspal Performance Grade (PG) 82, itu bagus (batu tidak akan lepas). Bahkan, untuk mobil balap juga tidak akan ada masalah,” tambah Purnomo.

Sejatinya, penggunaan batuan pipih atau dengan kondisi kotor masih diperbolehkan. Tetapi khusus pada lapisan atau layer 5 sentimeter teratas, batu yang digunakan wajib sesuai dengan kriteria.

Sedangkan, ketebalan aspal yang dibutuhkan untuk sebuah sirkuit dengan keamanan dan keselamatan pengendara yang tinggi adalah sekitar 15-18 sentimeter.

Untuk diketahui, Sirkuit Mandalikamenggunakan tipe aspal PG 82 atau jenis aspal yang bisa bekerja hingga temperatur 82 derajat celcius dan tidak akan meleleh, sehingga tetap mampu mengikat batu.

Purnomo kembali menjelaskan, apabila masalah ini tidak segera diperbaiki, maka keselamatan pengendara menjadi taruhan. Risiko kecelakaan pun bisa saja terjadi.

“Kalau digunakan oleh mobil bisa sampai terbalik mobilnya karena licin, terlebih saat di tikungan karena mereka akan ngerem dan akan ada gesekan ke samping yang tenaganya luar biasa besar,” pungkas Purnomo. (dn/sumber: kompas.com)