Oleh : Redaksi
STOCKHOLM (BeritaTrans.com) - Satu sekolah pilot baru di Swedia berusaha mendukung usaha pemerintah mewujudkan dunia penerbangan domestik yang ramah lingkungan dengan menghilangkan ketergantungan pada bahan bakar fosil.
Green Flight Academy, sesuai namanya, bukanlah sekolah pilot biasa. Terletak di kota Skelleftea, Swedia Utara, sekolah yang baru memulai operasinya Mei 2022 ini berencana mengajarkan para siswanya belajar mengemudikan pesawat-pesawat listrik sehingga bebas emisi karbon.
Salah satu pesawat yang digunakan adalah Pipistrel kecil, pesawat berkursi dua dan bertenaga dua baterai: satu di hidung, yang lain di belakang kabin. Tenaga kedua baterai ini bisa terisi penuh hanya dalam waktu 30 menit, dan memungkinkannya terbang selama sekitar 50 menit.
Olov Hultdin, CEO Green Flight Academy, mengatakan, pesawat listrik merupakan salah satu upaya sekolah itu mendukung ambisi pemerintah mewujudkan penerbangan domestik yang sepenuhnya bebas bahan bakar fosil pada 2030.
"Banyak orang tertarik untuk terbang, tetapi mereka juga tertarik pada teknologi dan terbang, terutama teknologi hijau. Kami juga berpendapat bahwa maskapai penerbangan sangat tertarik dengan teknologi hijau ini, tentu saja, karena industri penerbangan juga perlu melakukan sesuatu tentang lingkungan, dan ini mungkin langkah pertama," jelasnya.
Untuk lulus sekolah ini, siswa harus mencapai sedikitnya 200 jam terbang. Karena mengandalkan listrik, Green Flight Academy, menurut Hultdin, menimbulkan dampak lingkungan yang lebih kecil.
Para siswa di sekolah itu diharapkan bisa memperoleh surat izin mengemudi pesawat yang disebut ATPL (Airline Traffic Pilot License), yang akan memungkinkan mereka menerbangkan pesawat pribadi dan komersial. Program ini membutuhkan waktu sekitar 20 bulan untuk menyelesaikannya.
Mengingat persyaratan ATPL adalah calon pilot harus bisa menerbangkan berbagai jenis pesawat, Green Flight Academy, mengajarkan para siswanya menerbangkan Piper, pesawat empat kursi berbahan bakar nabati (biofuel). Para calon pilot itu juga harus belajar terbang menggunakan simulator penerbangan.
Sekolah pilot baru ini adalah salah satu dari beberapa prakarsa ramah lingkungan di dalam dan sekitar kota Skelleftea, yang sebagian didorong oleh kehadiran perusahaan rintisan baterai Northvolt. Kota itu mengoperasikan bandaranya dengan kebijakan ramah lingkungan, seperti menyediakan armada mobil listrik yang mengangkut penumpang ke pusat kota, dan menggunakan sistem pemanas ruangan yang tidak berbahan bakar fosil.
Namun, tidak semua pihak mendukung usaha Green Flight Academy. Apalagi para aktivis iklim di Swedia, seperti Greta Thunberg, semakin keras menyerukan imbauan untuk tidak terbang.
Miriam Rutschman adalah seorang guru dan anggota kelompok kampanye We Stay on the Ground. Ia mengatakan sementara calon pilot di sekolah itu mungkin berlatih menggunakan pesawat listrik, hingga saat ini belum ada tanda-tanda bahwa pesawat komersial bisa terbang menggunakan baterai.
Salah satu tantangan besarnya, kata Rutschman, adalah bobot sistem baterai untuk memungkinkan pesawat bisa mengudara.“Tidak ada pesawat jet jumbo besar yang bertenaga listrik, dan sepertinya itu juga tidak akan terwujud dalam waktu dekat,” jelas Rutschman.
Hultdin dari Green Flight Academy tidak setuju, ia mengatakan pesawat listrik berukuran lebih besar akan segera tercipta. Ia optimistis bhawa dalam waktu dua atau tiga tahun lagi, akan ada pesawat yang bisa mengangkut 30 hingga 40 penumpang, sementara dalam 10 tahun lagi, mungkin akan ada pesawat listrik sebesar pesawat komersial dewasa ini. (VOA).