China Sangat Senang, Kejatuhan Rusia Berarti Naiknya Beijing, Kata Akademisi yang Memprediksi Invasi Krimea

  • Oleh : Dirham

Senin, 11/Apr/2022 09:44 WIB
Putin dan Xi Jinping dalam pertemuan di Beijing. Putin dan Xi Jinping dalam pertemuan di Beijing.

JAKARTA (BeritaTrans.com) - Invasi Rusia di Ukraina terus berlanjut dan mata dunia mengarah ke kerusakan dan kekejian atas dugaan yang dilakukan tentara Rusia di sana.

Pasukan Rusia menghancurkan banyak kota dan jutaan orang mengungsi dari Ukraina.

Perang ini adalah yang paling parah dan berbahaya di Eropa sejak Perang Dunia II.

Bagaimana perang ini akan berakhir? Apakah Putin akan tunduk pada tekanan akibat sanksi Barat? Seberapa mungkin tercapainya penyelesaian dalam perundingan damai?

Dalam wawancara dengan BBC Mundo, akademisi Inggris dan pakar politik, ekonomi dan keamanan Ukraina, Taras Kuzio, menjawab pertanyaan-pertanyaan tadi.

Pada 2010, Kuzio memprediksi aneksasi Krimea oleh Rusia yang terjadi pada 2014 dan menimbulkan salah satu krisis terparah antara Moskow dan Barat sejak Perang Dingin.

Beberapa minggu sebelum invaksi Rusia atas Ukraina, ia menerbitkan buku berjudul "Nasionalisme Rusia dan Perang Rusia Ukraina", dengan penjelasan mendalam tentang krisis kedua negara dan dugaan obsesi Putin atas Kyiv.

Taras Kuzio adala profesor di Universitas Nasional Kyiv dan peneliti di Henry Jackson Society di London.

Saya selalu kritis terhadap akademisi Barat dan pakar Rusia karena mereka tidak begitu mengindahkan adanya nasionalisme di Rusia di bawah Putin.

Dan itu tidak benar. Putin sangat obsesif terhadap Ukraina paling tidak sejak pertengahan tahun 2000.

Ketika menjadi presiden pada 2012, ia percaya akan tercatat dalam sejarah sebagai penguasa Rusia, termasuk Ukrainia dan Belarusia. Nasionalisme di Rusia tergambar dalam nasionalisme sebelum tsar Soviet yang tidak mengakui eksistensi Ukraina.

Putin telah lama menyatakan bahwa bagian selatan dan timur Ukraina secara salah dicantumkan Lenin dalam Ukraina Soviet saat menjadi bagian dari Uni Soviet. Ia cukup kritis terhadap langkah Lenin itu.

Jadi apakah karena itu Putin menyerbu Ukraina?

Bagi Putin dan Kremlin, anggota Nazi adalah siapapun orang Ukraina yang mendukung orientasi Barat. Bukan ekstrem kanan, tapi orang Ukraina manapun yang mendukung Barat.

Apa maksud Putin dengan tujuan membungkam nazi Ukraina?

Maksud Putin adalah identitas yang berkembang di Ukraina dalam lebih 30 tahun terakhir yaitu pro-Barat. Ia ingin mengganti dengan identitas liberal Rusia, seperti halnya Belarusia, negara yang dijalankan oleh diktator pro-Rusia yang mendukung mitos sejarah yang dipegang Putin, yaitu sikap anti-Barat.

Putin beranggapan rakyat Rusia akan menyambutnya karena baginya, mereka ditekan oleh para Nazi, yang didukung Amerika. Putin merasa ia harus membebaskan orang-orang yang dianggapnya orang Rusia dari kolonialis Amerika dan Nazi. Aneh memang, tapi itulah yang ia yakini.

Apa kesalahan Putin menurut Anda?
Satu kesalahan besar adalah tentang Barat. Ia percaya Barat tetap stagnan dan terpecah. Dan ia salah perhitungan. Di Kremlin, mereka percaya bahwa sanksi yang diterapkan pada Rusia akan lemah seperti pada 2014 saat Rusia menguasai Krimea.

Salah perhitungan lain adalah tentang orang Ukraina yang tidak mau menjadi orang liberal Rusia. Mereka orang Ukraina.

China sangat senang. Kejatuhan Rusia berarti naiknya China. Mereka sama-sama menentang Barat namun perbedaanya adalah China adalah kekuatan yang tengah naik dan Rusia tengah menurun. Perbedaan lain adalah China memiliki militer sangat kuat sementara Rusia tidak.

Rusia seharusnya bisa menjadi kekuatan militer besar. Namun sekarang orang bertanya-tanya mengapa Rusia belum mampu mengalahkan Ukraina.

Jadi pada akhirnya perang ini akan memunculkan China sebagai kekuatan anti-Barat baru karena Rusia akan terlihat sebagai negara yang tengah menurun pamornya.

Namun mengapa China tidak menerapkan sanksi terhadap Rusia?
Bukan hanya China. Israel dan Turki juga belum menerapkan sanksi. China akan terus menyalahkan Amerika Serikat dan NATO terkait perang Ukraina karena China selalu anti-AS dan anti-NATO.

Tiga tahun lalu, aliansi Rusia dan China menentang Barat. Kini, perang Ukraina memastikan bahwa Rusia adalah mitra junior China.

Putin salah perhitungan dalam semua hal. Ia menduga China akan membantunya, dan saya rasa Beijing tak akan melakukan hal itu

Tentu saja karena rencana awal adalah operasi militer itu diperkirakan mudah. Diperkirakan maksimum dua hari mereka sudah menguasai Ukraina dan mengusir apa yang mereka anggap Nazi beserta sponsor Amerika mereka.

Putin tak pernah menganggap Zelensky karena ia adalah komedian. Ia bukan politisi sejati. Putin mengira ia akan lari dari Kyiv dan mereka akan memasang Alexander Lukashenko yang pro-Rusia sebagai presiden. Rencana itu gagal total.

Kita harus selalu memperhitungkan bahwa ada pihak-pihak yang berbohong di Moskow. Kita tak bisa percaya apapun yang mereka katakan. Mereka berbohong dalam delapan tahun terakhir bahwa tidak ada militer Rusia di Ukraina.

Kedua, Barat hanya setuju mencabut sanksi bila Ukraina sepakat dengan kesepakatan damai.

Dan salah satu permintaan besar adalah Rusia menarik pasukannya ke posisi yang sama sebelum invasi. Itu akan menjadi masalah besar bagi Putin.

Saya rasa Zelensky akan mencoba meraih perjanjian damai karena langkah itu penting untuk mencegah warga sipil terbunuh. Namun saya rasa semua pihak tidak akan percaya dengan Rusia begitu saja. Itulah masalahnya.

Perang ini adalah perceraian total antara Rusia dan Ukraina, 100% orang Ukraina akan membenci Rusia selama 20, 30 atau 40 tahun ke depan. Tidak akan ada partai pro-Rusia, agama pro-Rusia.

Perang juga akan menciptakan ketidakpercayaan di antara semua tetangga terhadap Rusia karena Putin telah melangkah terlalu jauh, menghancurkan desa-desa dan membunuh orang sipil. Seperempat penduduk Ukraina telah mengungsi. Perang juga membuat tentara dan para politisi sangat marah.

Zelensky bukanlah nasionalis buta. Ia adalah orang yang mau berkompromi. Rusia akan selalu menuntut Ukraina menyerah, bukan berkompromi. Namun mungkin sekarang karena kondisi perang seperti ini, Rusia tidak lagi menuntut Ukraina menyerah dan menerima untuk berkompromi.

Komitmennya adalah termasuk netralitas Ukraina atau penarikan Rusia dari kawasan yang diduduki selama invasi.

Namun Rusia tidak punya banyak waktu. Sanksi akan menyebabkan perekonomian kolaps dan semakin lama akan menunjukkan kemampuan Rusia akan terus menurun.

Dampak perang, seperti hancurnya peralatan militer dan kematian tentara juga akan berdampak besar.

Posisi Putin akan semakin tidak stabil seiring berjalannya waktu. Sebelum invasi, saya percaya Putin akan menjadi presiden seumur hidup. Namun sekarang tidak akan lagi. Posisinya menjadi tidak begitu terjamin lagi karena banyak pihak yang kecewa.

Bagi kelompok nasionalis, apa yang terjadi pada pasukan Rusia adalah sesuatu yang memalukan. (ds/sumber BBC News Indonesia)