Tari Saman dari Aceh, Berawal Permainan Tradisional yang Jadi Sarana Dakwah hingga Warisan Budaya Dunia UNESCO

  • Oleh : Fahmi

Kamis, 14/Apr/2022 04:15 WIB
Tari Saman dari Aceh, permainan tradisional (Foto:Ditjen Kebudayaan) Tari Saman dari Aceh, permainan tradisional (Foto:Ditjen Kebudayaan)

JAKARTA (BeritaTrans.com) - Tari Saman dari Aceh, permainan tradisional yang berkembang hingga menjadi warisan budaya tak benda sejak tahun 2011. UNESCO memasukan Tari Saman ke dalam kategori List of Intangible Cultural Heritage in Need of Urgent Safeguard atau daftar warisan budaya takbenda yang membutuhkan perlindungan mendesak. 

Tari Saman merupakan bagian dari warisan budaya masyarakat Suku Gayo di Provinsi Aceh, Sumatera. Tari ini biasanya dimainkan oleh anak laki-laki atau pemuda yang mengenakan pakaian adat atau kostum berwarna hitam disulam dengan motif Gayo. 

Baca Juga:
Hari Bumi, Kodim 0507 dan BPBD Bekasi Lakukan Penanaman Pohon

Tarian ini biasanya ditampilkan menggunakan iringan gendang. Selain itu, tari ini juga memiliki ciri khas tepukan tangan dari penarinya yang menambah meriah iringan dan keindahan gerak Tari Saman. 

Pementasan tari ini dilakukan secara berkelompok sambil berlutut membentuk barisan panjang ke samping sambil bernyanyi. Pemain Tari Saman ini biasanya terdiri dari 10 orang. Rinciannya adalah terdiri dari 8 penari dan 2 orang pemberi aba-aba sambil bernyanyi. Namun pada perkembangannya di kemudian hari, tari ini bisa dimainkan lebih dari itu. 

Baca Juga:
Lanjutkan Tradisi Kebaikan, FIFGROUP Peduli Berbagi Takjil Menjelang Akhir Bulan Suci Ramadan

Sejarah Tari Saman, Permainan Tradisional yang Jadi Sarana Dakwah 

Sejarah Tari Saman muncul pada kisaran abad 14 masehi. Tari ini dikreasikan oleh seorang ulama dari Dataran Gayo bernama Syekh Saman sebagai sarana dakwah. 

Baca Juga:
Sambut Idul Fitri 2024, FIFGROUP Salurkan Bingkisan dan Bantuan Lebaran bagi Masyarakat Sekitar

Tari ini pada awal perkembangannya hanya dianggap sebagai sebuah permainan rakyat yang bernama Pok Ane. Karena minat masyarakat terhadap permainan tersebut semakin tinggi, maka Syeikh Saman memiliki ide untuk menyisipkan syair pujian Islami kepada Allah SWT yang disesuaikan dengan gerakan dari Pok Ane tersebut. 

Upaya Syeikh Saman tersebut berhasil direalisasikan hingga kemudian berkembang dengan tambahan syair-syair berisi pujian kepada Allah yang diiringi tepukan dari para penari.  

Dengan syair pujian yang disisipkan tersebut, Pok Ane mengalami perkembangan dari permainan rakyat menjadi media dakwah. 

Pada awalnya ini sering dimainkan di kolong atau di bawah Meunasah, yaitu sejenis surau panggung. Kemudian pada perkembangannya, tarian ini lalu sering ditampilkan pada acara-acara umum selain perayaan adat, antara lain seperti acara hajatan. 

Tempat pementasannya juga lebih beragam dan tak terbatas di Meunasah saja. Tari ini juga bisa dilaksanakan di rumah, gedung, hingga panggung. Kendati demikian, makna Tari Saman sebagai media dakwah juga masih terus dipertahankan. 

Namun sebenarnya, belum ada literatur pasti yang menjelaskan secara rinci mengenai lahirnya Tari Saman. Sebagian besar cerita mengenai sejarah dan asal usul tarian tersebut berasal dari folklore atau sejarah tutur yang berkembang di masyarakat Gayo. 

Itulah penjelasan mengenai Tari Saman dari Aceh, Permainan Tradisional yang terus berkembang dan digemari masyarakat luas.(fh/sumber:inews)