Peringati Hari Kartini, Presiden Jokowi: Indonesia Selalu Lahirkan Perempuan Tangguh Tiap Zamannya

  • Oleh : Dirham

Kamis, 21/Apr/2022 11:12 WIB
Bupati Luwu Utara, Indah Putri Indriani pernah menjadi perbincangan di dunia maya karena ketangguhannya. Bupati Luwu Utara, Indah Putri Indriani pernah menjadi perbincangan di dunia maya karena ketangguhannya.

JAKARTA (BeritaTrans.com) - Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyampaikan rasa hormatnya kepada perempuan pada peringatan Hari Kartini. Menurut dia, Indonesia pada tiap zamannya terus memiliki penerus semangat dan perjuangan Kartini dengan versinya masing-masing.

 

"Setiap zaman di sepanjang sejarahnya, Indonesia selalu melahirkan perempuan-perempuan yang tangguh, berpengaruh, dan menjadi inspirasi," kata Jokowi seperti dikutip dari laman Instagramnya, Kamis (21/4/2022).

Jokowi meyakini, kekinian setiap perempuan terus mengambil peranannya masing-masing untuk mendukung kemajuan bangsa. Tujuannya agar Indonesia bisa tetap kuat tegak berdiri.

"Mereka mengambil peran di semua palagan pengabdian yang membuat bangsa besar ini tetap tegak dan melangkah maju," ujar Jokowi.

Kartini adalah salah satu pahlawan nasional wanita yang paling berpengaruh di negara ini. Hari kelahirannya pada 21 April selalu diperingati sebagai titik balik perjuangan kelompok peremuan bangsa Indonesia melawan penjajah.

Penetapan 21 April sebagai Hari Kartini tertuang Keputusan Presiden Republik Indonesia No.108 Tahun 1964 yang ditandatangani pada tanggal 2 Mei 1964.

Ditetapkannya RA Kartini sebagai Pahlawan Nasional mengingat jasa-jasanya dalam mewujudkan kesetaraan antara laki-laki dan perempuan. Dia bertekad ingin memajukan pola pikir dan kesetaraan dalam hal mengenyam pendidikan bagi kaum wanita.

Perempuan Berprestasi

Tercatat banya perempuan Indnesia berprestasi. Misalnya Gadis Arivia.

Perempuan kelahiran New Delhi 1964 ini mengawali pendidikannya pada 1974 di British Embassy School, Hungaria. 

Gadis Arivia mendapat gelar S3 dari Universitas Indonesia, Jurusan Ilmu Filsafat, Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya pada 2002. 

Dirinya merupakan Direktur Eksekutif Jurnal Perempuan, yang merupakan jurnal pertama di Indonesia yang fokus pada feminisme dan berbagai persoalan perempuan. Lewat berbagai tulisannya, Gadis Arivia terus berjuang membicarakan persoalan perempuan, dan menjadikan hal tersebut sebagai persoalan pokok yang perlu diatasi. 

Selain menulis dan mengajar, dirinya juga pernah terlibat dalam pembuatan film dokumenter yang berjudul ‘Perempuan di Wilayah Konflik’ pada 2002.

Aquarini Priyatna Prabasmoro

Jika ada yang menganggap bahwa feminisme adalah gerakan yang ingin mendongkel dan melebihi kedudukan laki-laki, Aquarini adalah orang yang paling depan menentangnya. 

Bagi dirinya, feminisme adalah gerakan yang mengkritisi adanya ketimpangan dalam struktur sosial masyarakat. 

Mengambil studi Kajian Perempuan di Universitas Indonesia, dan sempat belajar Feminis Cultural Theory and Practise di Lancaster Uiversity, Inggris, dan program doktoral Feminist Cultural Studies di Monash University, Australia, membuat dirinya makin cemerlang sebagai perempuan yang terus mengkritisi persoalan kaumnya dari kacamata kebudayaan.

Toety Heraty

Akademisi yang lulus sebagai Doktor Filsafat dari Universitas Indonesia ini dianggap sebagai salah satu pemikir feminis generasi pertama di Indonesia. 

Dirinya banyak menulis pemikiran tentang perempuan, termasuk dalam berbagai karya fiksinya. Toety Heraty pernah menjabat sebagai Ketua Yayasan Mitra Budaya Indonesia, dan pada 1998, dirinya mendirikan Jurnal Perempuan. 

Sepanjang hidupnya Toety Heraty mengabdikan dirinya pada Suara Ibu Peduli, yaitu organisasi non-pemerintah yang memperjuangkan pemberdayaan perempuan.

Ayu Utami

Usai kemenangannya dalam sayembara novel Dewan Kesenian Jakarta, nama Ayu Utami sebagai salah satu sastrawan muda perempuan makin mencuat. 

Berbagai karya fiksinya yang membicarakan persoalan perempuan menjadi tren dan menginspirasi penulis lainnya untuk tidak lagi tabu memandang persoalan perempuan. Ayu Utami adalah pejuang feminisme yang bersenjatakan kata-kata. (ds/sumber Liputan6.com)