5 Faktor yang Bikin Sopir Bus Pariwisata Gampang Lelah

  • Oleh : Fahmi

Selasa, 24/Mei/2022 11:44 WIB
Foto:Ilustrasi Foto:Ilustrasi

JAKARTA (BeritaTrans.com) - Kecelakaan tunggal bus pariwisata PO Ardiansyah di Tol Mojokerto, Senin (16/5/2022) terjadi karena pengemudi bus mengalami kelelahan dan deep sleep. Lalu faktor apa saja yang membuat pengemudi bus pariwisata cepat lelah? 

Tidak seperti sopir bus AKAP (Antar Kota Antar Provinsi) yang sudah memiliki trayek pasti dan waktu istirahat pasti, sopir bus pariwisata biasanya memiliki banyak tujuan dan waktu istirahat yang tak menentu. Hal itu yang menjadi salah satu faktor mengapa sopir bus pariwisata cepat mengalami lelah. 

Baca Juga:
Diskon Tarif Jalan Tol 20 Persen Arus Balik Berlaku hingga 19 April 2024

Lebih jelas seperti diungkapkan Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) dalam keterangan resminya, setidaknya ada lima faktor yang membuat pengemudi bus pariwisata mengalami kelelahan. 

Faktor-faktor itu di antaranya kemacetan di jalan, perjalanan panjang yang lebih dari delapan jam dan tidak tersedia pengemudi pengganti, tidak memiliki waktu beristirahat cukup sesampainya di tujuan, tidak baiknya kualitas istirahat pengemudi, dan kurangnya perhatian baik itu dari pemerintah maupun perusahaan khususnya mengenai tempat peristirahatan pengemudi. 

Baca Juga:
DAMRI Jual 89 Ribu Tiket Lebih, Periode Perjalanan Sampai 23 April 2024

"Adapun tips yang dapat dilakukan saat hendak berwisata, KNKT menyarankan agar memilih angkutan wisata yang layak secara teknis, dilengkapi dengan fasilitas keselamatan seperti sabuk keselamatan dan pengemudi yang berkompetensi baik," tulis KNKT dalam keterangan resminya (19/5/2022). 

"Selain itu sediakan tempat dan waktu istirahat bagi pengemudi yang memadai, bagi para agensi perjalanan dan pemandu wisata untuk selalu memastikan kesehatan pengemudi dengan sesekali menanyakan kepada pengemudi apakah lelah atau tidak dan menyarankannya untuk beristirahat, serta sediakan pengemudi cadangan apabila melakukan perjalanan lebih dari delapan jam," saran KNKT. 

Baca Juga:
Pergerakan Penumpang Angkutan Umum Masih Tinggi

Sejauh ini, KNKT sebagai lembaga non-struktural yang memiliki tugas untuk melakukan investigasi dan penelitian kecelakaan transportasi di Indonesia mengatakan terus mengupayakan agar kejadian kecelakaan yang disebabkan faktor manusia berupa kelelahan (fatigue) seperti ini tak terulang lagi. 

"Beberapa tahun terakhir ini KNKT sangat peduli dan fokus dengan faktor kelelahan yang merupakan faktor dominan terjadinya kecelakaan dengan aktif mengkampanyekan ketersediaan tempat peristirahatan bagi pengemudi baik di terminal maupun di tempat-tempat wisata. Selain itu, KNKT juga telah dua kali mengirimkan surat kepada Kementerian Pariwisata untuk memberikan imbuan terkait penyediaan tempat peristirahatan secara gratis bagi pengemudi di kota-kota dan tempat-tempat wisata seperti Yogjakarta, Bandung, Bali, Candi Borobudur, dan lainnya. Namun hingga saat ini kedua surat tersebut belum kunjung ditanggapi," jelas KNKT.(fhm)