Luhut Sebut Tiket Naik ke Borobudur Belum Final, Diputuskan Jokowi Pekan Depan

  • Oleh : Redaksi

Selasa, 07/Jun/2022 07:19 WIB
Luhut Binsar Pandjaitan bersama Sandiaga Uno dan Nadiem Makarim melakukan kunjungan kerja ke kawasan Candi Borobudur, Magelang, Jawa Tengah, Jumat (12/3/2021).(Humas Kemenko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan bersama Sandiaga Uno dan Nadiem Makarim melakukan kunjungan kerja ke kawasan Candi Borobudur, Magelang, Jawa Tengah, Jumat (12/3/2021).(Humas Kemenko Marves)

Beritatrans.com – Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan kembali buka suara mengenai rencana kenaikan harga tiket naik area stupa Candi Borobudur.

Sebelumnya dia menyebut bahwa turis lokal akan dikenakan tarif Rp 750.000 untuk masuk ke area stupa Candi Borobudur. Namun kini dia menegaskan bahwa rencana tersebut masih akan dikaji ulang.

Baca Juga:
Khusus Kamis, TWC Sesuaikan Jam Operasional Borobudur Bagi Wisatawan

Luhut mengatakan bahwa Ia juga aware dengan kekhawatiran dan masukan yang muncul dari masyarakat mengenai tarif untuk turis lokal yang dianggap terlalu tinggi.

“Saya mendengar banyak sekali masukan masyarakat hari ini terkait dengan wacana kenaikan tarif untuk turis lokal,” ujar Luhut dalam keterangan resmi, dikutip pada Senin (6/6/2022).

Baca Juga:
Menteri BUMN Erick Thohir Pastikan Candi Borobudur Menjadi Destinasi Heritage

Merespons hal itu, Luhut mengatakan bahwa rencana tarif yang muncul saat ini belumlah final, karena masih akan dibahas dan diputuskan oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada pekan depan.

“Karena itu nanti saya akan minta pihak-pihak terkait untuk segera mengkaji lagi supaya tarif itu bisa diturunkan. Saya sampaikan terima kasih kepada semuanya atas perhatian yang begitu besar kepada warisan budaya kebanggaan kita semua ini,” sambung Luhut.

Baca Juga:
Semangat Kebhinekaan Indonesia, Iringi Perjalanan 32 Bhikku Hingga Tiba di Candi Borobudur

Meski begitu, Luhut memastikan bahwa rencana kenaikan tarif untuk turis asing menjadi 100 dollar AS tidak akan berubah. Begitu pula tarif untuk pelajar tetap sesuai rencana yang sebelumnya disampaikan, yakni Rp 5.000.

Sementara untuk sekedar masuk ke kawasan Candi Borobudur, tarifnya juga tetap di angka Rp 50.000. Luhut menambahkan, berdasarkan masukan yang diterima, pihaknya tengah mempertimbangkan untuk menyediakan tarif khusus bagi warga Provinsi Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).

Luhut mengatakan bahwa nantinya semua calon turis yang ingin mengunjungi Candi Borobudur diwajibkan untuk melakukan reservasi secara online. Hal ini dilakukan untuk mengatur aliran pengunjung.

Warga lokal pun juga akan diajak untuk lebih berkontribusi. Semua turis nantinya harus menggunakan tour guide dari warga lokal sekitar kawasan Candi Borobudur.

Selain itu, turis diwajibkan untuk menggunakan sandal khusus “upanat” supaya tidak merusak tangga dan struktur bangunan yang ada di candi. Sandal ini akan diproduksi oleh warga dan UMKM di sekitar Candi Borobudur.

“Sebagai bangsa yang kaya dengan budaya, kita tentu tidak mau dianggap tidak bisa menjaga kelestarian warisan budaya kita sendiri. Jadi memang diperlukan treatment khusus untuk mewujudkan upaya itu,” tandasnya.

Alasan kenaikan harga tiket naik Candi Borobudur

Luhut Binsar Pandjaitan menegaskan bahwa rencana pembatasan kuota pengunjung dan kenaikan tarif untuk naik ke area stupa Candi Borobudur merupakan upaya Pemerintah untuk menjaga Warisan Budaya Dunia tersebut.

“Candi Borobudur itu kan cagar budaya Indonesia yang ditetapkan sebagai situs Warisan Budaya Dunia oleh UNESCO. Dengan relief yang sarat makna khususnya bagi umat Buddha dan kita umat manusia, penting bagi kita semua memberi perhatian khusus untuk menjaga kelestarian kekayaan sejarah dan budaya nusantara tersebut,” ungkap Luhut.

Menurut Luhut, sebagai situs sejarah, Candi Borobudur memiliki berbagai kerentanan dan juga ancaman.

Berdasarkan kajian dari berbagai ahli yang memberikan masukan kepada Pemerintah, kondisi situs bersejarah itu saat ini mulai mengalami pelapukan. Selain itu, perubahan iklim, erupsi gunung berapi, gempa bumi, juga menjadi tantangan tersendiri.

“Silakan cek atau tanya ke teman-teman pengelola di sana. Belum lagi perilaku pengunjung yang suka melakukan vandalisme, menyelipkan benda tertentu di sela-sela batu candi, membuang sampah sembarangan, dan yang lebih parah adalah tidak bisa menghargai Candi Borobudur sebagai situs umat Buddha. Ini semua kan perlu penanganan khusus,” jelasnya.     (ny/Sumber: Kompas.com)