Omicron Varian Baru Pengaruhi Perjalanan Bus?

  • Oleh : Fahmi

Senin, 13/Jun/2022 17:55 WIB
Suasana di Terminal Bekasi, Jawa Barat, Senin (13/6/2022). Suasana di Terminal Bekasi, Jawa Barat, Senin (13/6/2022).

BEKASI (BeritaTrans.com) - Kenaikan kasus Covid-19 dan penerapan protokol kesehatan berdampak ke jumlah penumpang bus antarkota antarpropinsi (AKAP) dan antarkota dalam provinsi (AKDP). 

Beberapa kru bus ada yang tidak setuju dan juga ada yang akan menaati peraturan jika diperketat kembali aturan perjalanan. 

Baca Juga:
Hendak Liburan Nataru Naik Angkutan Umum? Perhatikan Stiker Ini di Bus yang Ditumpangi!

"Kami akan tetap ikuti aja kata Pemerintahlah," ujar salah satu tiketing bus di Terminal Bekasi, Jawa Barat, Senin (13/6/2022). 

Petugas tiketing itu menyebutkan, sebelum adanya varian baru dan saat diberlakukan pengetatan aturan perjalan, bus yang dioperasionalkannya, menerapkan aturan dari pemerintah. Seperti bus tersebut menerapkan protokol kesehatan yang ketat spserti pembatasan kapasitas penumpang di dalam bus. 

Baca Juga:
DAMRI Luncurkan 90 Unit Bus Listrik Baru, Beroperasi di Koridor TransJakarta

"Kemarin aja kita patuh kan!, sekarang walaupun sudah bebas penumpang juga belum ramai," ujarnya. 

Jumlah penumpang kini, saat dilonggarkannya aturan perjalanan jumlahnya juga tidak banyak. Penumpang akan ramai dikatakannya pada hari perayaan besar, seperti Lebaran Idul Fitri. 

Baca Juga:
Kemenhub-Korlantas Polri-Kemen PU Terbitkan SKB Pengaturan Operasional Angkutan Barang Selama Libur Nataru

"Penumpang sekarang ya lumayanlah, kadang ada kadang enggak. Tapi kita tetap jalan," ujar Tiketing tersebut. 

Namun, tidak semua agen dan kru menyatakan hal yang sama. Banyak juga agen dan kru bus yang menolak dengan aturan pengetatan perjalanan. Jumlah penumpang yang belum stabil menjadi akibatnya. 

Diberitakan BeritaTrans.com dan Aksi.id, kasus Covid-19 dalam empat hari terakhir naik ke 500-600an per hari. Sebelumnya paling tinggi hanya 300. 

“Hari ini kita mendengar berita ditemukannya subvarian BA.4 dan BA5. Sub Variannya adalah varian baru dari omicron yang di beberapa negara itu. Hampir di sekitar 15 negara sudah ada kasusnya,” terang Jubir Kemenkes Mohammad Syahril dikutip BeritaTrans dari Kumparan, Senin (13/6/2022). 

Syahril menuturkan, akibat adanya varian ini, terbuka segala kemungkinan termasuk pengetatan kembali aturan penggunaan masker. 

“Jadi kelonggaran pemakaian masker di ruangan terbuka dengan pembatasan itu akan tetap kita evaluasi ya. Jika memang ada peningkatan kasus dan nanti ada keterkaitannya dengan BA.4 BA.5 atau varian baru, maka kita akan lebih memperketat protokol kesehatan,” ujar Syahril. 

Syahril menjelaskan bahwa pemakaian masker dan protokol kesehatan merupakan upaya utama untuk melindungi masyarakat dari penyebaran virus di samping vaksinasi. Menurutnya pengetatan prokes ini sejatinya kembali ke kesadaran diri masing-masing individu. 

Ia pun mengakui varian BA4 dan BA5 lebih menular dari Omicron sebelumnya. Namun dari keparahan sama saja, 3 dari 4 kasus di Indonesia tak bergejala, seorang lainnya gejala ringan seperti sakit tenggorokan. 

“Tentu saja pengetatan ini kita kembalikan ke masing-masing ya. Presiden sudah mengatakan tetap pakai di ruangan tertutup, dengan banyaknya kerumunan dan kedekatan orang yang berkumpul, maka masker ini kewajiban bagi kita semua,” ujar Syahril. 

Syahril juga menjelaskan karakteristik varian BA.4 dan BA.5. Berdasarkan hasil riset Kemenkes, transmisi varian ini menyebar lebih cepat. 

“Transmisi BA.4 dan BA.5 memiliki kemungkinan menyebar lebih cepat dibanding omicron sebelumnya yaitu BA.1 BA.2,” ujar Syahril. 

Mengenai tingkat keparahannya, Syahril menjelaskan tidak ada indikasi yang menyebabkan kesakitan yang lebih parah dibanding varian omicron lainnya. Sehingga meskipun transmisinya lebih cepat tapi keparahannya tidak separah yang omicron sebelumya. 

Selain memiliki karakteristik penyebarannya cepat tapi tidak berat. Syahril menjelaskan bila dilihat dari kasus yang terjadi, pasien BA.4 BA.5 banyak yang tidak bergejala atau hanya ringan seperti sakit tenggorokan dan badan pegal. 

Tetapi ada yang harus diwaspadai, Syahril menyebut bahwa varian baru ini memiliki kemampuan untuk menghindar dari imun yang disebut immune escape. Ini membuat virus dapat menghindar imun yang sudah terbentuk pada diri seseorang baik melalui vaksinasi ataupun melalui kekebalan alam yang didapat. 

“Tetapi tadi diingatkan oleh WHO tapi BA.4 BA.5 ini punya kemampuan untuk menghindari imunitas yang akan di tubuh manusia. jadi mengapa dia meningkat karena dia bisa lolos, menyelinap. sehingga dia bisa menyerang orang itu,” tegas Syahril. 

Mutasi Omicron BA.4 dan BA.5 

Epidemiolog dari Griffith University Australia Dicky Budiman menjelaskan bahwa turunan omicron ini harus diwaspadai sebab memiliki mutasi yang dimiliki oleh varian delta. 

“Kalau BA4 BA5 adalah sub varian omicron yang memiliki mutasi yang dimiliki oleh varian of concern delta seperti L452. Nah L452 ini sebagaimana delta itu membuat mutasi BA4 BA5 ini terutama BA5 mudah sekali menginfeksi orang bukan hanya yang belum divaksinasi tapi juga yang sudah divaksinasi. Bahkan yang sudah dua kali divaksinasi,” terang Dicky. 

Dicky menjelaskan dengan L452 mutasi yang sama dengan delta, varian BA.4 BA.5 mudah terikat reseptor AC 2 yang banyak di sel tubuh dan organ-organ manusia. Hal inilah yang menyebabkan varian BA.4 BA.5 mudah menginfeksi dan membuat timbulnya gejala. 

Menurutnya kemampuan lain dari varian baru ini dapat dengan mudah menginfeksi manusia. Sub varian BA.4 dan BA.5 menurut ahli dapat melakukan reinfeksi yang artinya dapat terkena bukan hanya pada orang yang belum divaksin, tetap juga yang sudah divaksin bahkan yang sudah terkena covid sebelumnya. 

“Nah bahkan yang sudah terinfeksi oleh BA1 BA2 atau BA3 itu bisa terinfeksi lagi oleh BA4 BA5. Itu kemampuan dari BA4 BA5. Reinfeksi dia bisa,” jelas Dicky. 

Mengenai pertumbuhannya kasus dengan adanya kemampuan dari BA.4 BA.5 ini, Dicky menyebut pertumbuhan perkembangan kasus berkisar 12-13% dan bisa meningkat bila tidak ada upaya yang memadai. 

“Misalnya PPKM-nya dicabut, vaksinasinya turun, perilaku masyarakat memakai masker juga buruk. Itu dalam 2 minggu bisa dominan dan bisa menyebabkan peningkatan jumlah kasus terinfeksi khususnya,” terang Dicky. 

Ia menambahkan potensi kasus varian BA.4 BA.5 meningkat bahkan dapat menciptakan gelombang baru bila mitigasi yang dilakukan tidak maksimal. 

“Ketika kita tidak menerapkan mitigasi yang memadai dia berpotensi jadi gelombang, ada dalam beberapa minggu atau bulan ke depan,” kata Dicky. 

Dicky menjelaskan bahwa dalam 2 minggu sub varian baru ini bisa menjadi dominan dan menyebabkan peningkatan jumlah kasus terinfeksi. 

Ia juga menilai ada potensi gelombang baru omicron BA.4 BA.5 dalam beberapa bulan ke depan bila Indonesia tidak menerapkan mitigasi yang memadai. 

Ia juga mengingatkan bahwa diprediksi akan banyak kasus yang terjadi, bahkan pada orang yang sudah divaksin dan sudah pernah terkena Covid sebelumnya meskipun hanya bergejala ringan. 

“Kemudian ketika terinfeksi dia tidak bergejala begitu ya atau ringan tapi ingat dia masih bisa menularkan. Oleh karena itu masker menjadi penting. PPKM level satu setidaknya masih penting untuk setidaknya meredam ini,” terang Dicky. 

Oleh sebab itu, Dicky mengingatkan untuk mencegah penularan varian baru ini semua penduduk diusahakan tetap patuh memakai masker, meskipun telah tervaksinasi.(fhm)