Menteri BUMN Erick Thohir: Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung Lebih Mahal Bila Terus Ditunda

  • Oleh : Dirham

Kamis, 04/Agu/2022 10:22 WIB
 Pemasangan sebelas unit train set Kereta Cepat Jakarta-Bandung sudah rampung. Pemasangan sebelas unit train set Kereta Cepat Jakarta-Bandung sudah rampung.

JAKARTA (BeritaTrans.com) - Menteri BUMN Erick Thohir bicara soal akan kian mahalnya biaya pembangunan proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) jika terus mengalami penundaan. 

Ini disampaikan Erick Thohir menyikapi dikucurkannya penyertaan modal negara (PMN) untuk PT Kereta Api Indonesia (KAI) selaku pengelola proyek. 

Pembangunan proyek kereta cepat ini berpotensi kembali melambat lantaran terjadinya cost overrun alias pembengkakan biaya. Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian menyebut, cost overrun yang dialami proyek KCJB ini diperkirakan mencapai USD 1,176 miliar atau setara Rp 16,8 triliun.

Atas dasar itu, Erick Thohir menilai pembangunan KCJB harus segera diselesaikan. "Kereta cepat sama, kalau KCJB ini terus ditunda, harga pembangunannya tahun depan lebih mahal lagi. Artinya harus segera diselesaikan," ujar Erick kepada wartawan pada Rabu (3/8). 

Erick kemudian berkaca pada pembangunan transportasi publik modern lainnya, MRT Jakarta. Pembangunan Moda Raya Terpadu itu mesti menelan biaya lebih tinggi lantaran terlambat 20 tahun.

"Contoh ketika pembangunan MRT Jakarta, itu kan telat 20 tahun, ongkosnya berapa? Saya enggak tahu. Tapi kalau 20 tahun lalu kita bangun MRT harganya lebih murah," tuturnya.

Kekurangan Dana KCJB Ditambal Utang

Cost Overrun yang dialami proyek kereta cepat ini rencananya bakal ditambal menggunakan skema utang lagi. Erick menjelaskan, dari ekuitas 25 persen ditanggung oleh konsorsium Indonesia 55 persennya, serta pinjaman Bank China 45 persen. Hitungannya yakni Rp 4 triliun ditanggung konsorsium Indonesia, sisanya Rp 3 triliun dari China. 

Bila mengacu pada total utang yang disampaikan Kemenko Perekonomian, artinya, masih ada kekurangan sebesar Rp 10 triliun yang mesti dicarikan. Staf Khusus Menteri BUMN Arya Sinulingga menyebut adanya kemungkinan penambahan loan atau pinjaman. 

"Nanti yang 75 persen kita akan cari, cari dari perbankan mana, dari China atau dari mana. Ini tetap B to B ini penyertaan modal negara," pungkasnya.(ds/sumber Kumparan.com)