Mahasiswa UMY Ciptakan Pesawat Tanpa Awak, Kualitas Tak Kalah dengan Produk Luar Negeri

  • Oleh : Fahmi

Selasa, 09/Agu/2022 14:46 WIB
Pesawat UAV karya mahasiswa UMY. (foto: istimewa) Pesawat UAV karya mahasiswa UMY. (foto: istimewa)

BANTUL (BeritaTrans.com) - Tim startup mahasiswa Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) Aero Fun Research Tech berhasil menciptakan pesawat Unmanned Aerial Vehicle (UAV) atau pesawat tanpa awak. 

Mereka mengklaim pesawat yang dihasilkan sepadan dengan pesawat buatan luar negeri. 

Pesawat ini telah diikutkan dalam kompetisi Program Inovasi Wirausaha Digital Mahasiswa (IWDM) 2022 yang digelar oleh Kemendibud Ristek. Ini merupakan program unggulan untuk mengasah kreativitas dan inovasi mahasiswa yang diikuti 49 perguruan tinggi di Indonesia.    

Ketua Tim, Fallah Alfrido Firmansyah mengatakan, produk UAV di Indonesia rata-rata datang dari luar negeri. Belum ada perusahaan lokal yang memproduksi pesawat ini secara masif. Sedangkan SDM di Indonesia ini sangat mendukung dan siap. 

“Kami berinisiatif membuat UAV yang kualitasnya sama dengan luar negeri. Ini loh buatan orang Indonesia yang nggak kalah dengan orang luar,” kata mahasiswa Fakultas Teknik Mesin ini. 

Fallah mengklaim, UAV yang dihasilkan tidak hanya bisa digunakan untuk satu sektor, namun di banyak sektor. Pesawat ini bisa digunakan untuk mengirim obat-obatan ke lokasi tertentu yang tidak bisa dijangkau menggunakan kendaraan darat. Pesawat ini juga bisa digunakan untuk memantau evakuasi korban bencana atau memonitor korban bencana untuk lokasi tertentu.

Pembuatan pesawat ini butuh waktu 35 sampai 40 hari. Pembuatan melibatkan sejumlah mahasiswa. Selain Fallah ada juga Syaif Ambiya (Teknik Mesin), Mentari (Farmasi), Siti Halimatussadiyah (Farmasi) dan Putri Hanifah Anggraeni (Manajemen) ini memiliki keunggulan tersendiri dari pesawat UAV lainnya. 

“Harga pesawat ini lebih murah dari buatan luar negeri, dan kualitas lebih unggul,” katanya.

Spesifikasi pesawat memiliki berat 4,7 kilogram dengan kemampuan mengangkat beban hingga 500-800 gram. Panjang pesawat 2 meter dan mampu terbang di ketinggian 350 meter dengan durasi satu jam. Lalu endurance jelajahnya 28 kilometer ditempuh dengan waktu 28 menit. Untuk mengendalikan tetap memperhatikan regulasi yang dibuat oleh Aircraft Indonesia. 

“Kami gunakan material karbon keplar, yang lebih ringan tetapi lebih kuat dari baja juga anti api dan umumnya material ini digunakan oleh perusahaan besar pembuat UAV ” katanya. 

Fallah mengatakan timnya akan menggandengn sejumlah instansi yang butuh unit UAV. Saat ini sudah ada satu perusahaan di Semarang yang memesan satu unit pesawat UAV. (fh/sumber:inews)