`Harta Karun` Terpendam Indonesia Jadi Rebutan Dunia

  • Oleh : Dirham

Rabu, 28/Sep/2022 11:16 WIB
Harta karun terpendam. Harta karun terpendam.

JAKARTA (BeritaTrans.com) - Indonesia dianugerahi tanah yang subur dan kekayaan alam yang melimpah di laut. Anugerah tersebut menghasilkan sejumlah komoditas yang menjadi 'harta karun" dan menjadi andalan ekspor Indonesia.

Namun, sejumlah komoditas andalan ekspor Indonesia dari hasil budidaya tanaman dan perikanan justru kurang terangkat. Di antaranya adalah sarang burung walet, rumput laut, ikan tuna, ikan hias, gambir, pala, hingga vanila.

Sejumlah 'harta karun' yang dihasilkan dari budidaya tanaman dan hasil tangkapan atau budidaya laut menjadikan Indonesia sebagai pemasok utama di tingkat global.

Indonesia sudah dikenal sebagai produsen terbesar untuk kelapa sawit atau penghasil kedua terbesar di dunia untuk karet.

1. Rumput laut

Dengan luas lautan mencapai 6.400.000 km2 luas lautan dan 110.000 km panjang garis pantai, Indonesia adalah surge bagi budidaya rumput laut.

Dilansir dari Kementerian Luar Negeri, Indonesia memiliki setidaknya 550 jenis varian rumput laut bernilai ekonomis tinggi dari sekitar 8000 jenis yang ada di dunia. Salah satunya yaitu jenis Eucheuma cottoni yang diperkirakan nilai total potensinya di Indonesia mencapai US$10 miliar per tahun.

Berdasarkan data Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO) pada 2019, Indonesia menjadi produsen nomor satu di dunia untuk rumput laut jenis Eucheuma cottoni dan menguasai lebih dari 80% pasokan untuk dunia.

Berdasarkan data Kementerian Kelautan dan Perikanan, secara keseluruhan Indonesia merupakan produsen rumput laut terbesar kedua setelah China.

Volume ekspor rumput laut pada 2020 menembus 195.574 ton dengan nilai mencapai US$ 279,58 juta.

Produksi rumput laut di Indonesia tersebar di 23 provinsi dengan produsen utama adalah Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Utara, Sulawesi Tengah, dan Nusa Tenggara Barat.

Pasar utama dari rumput laut Indonesia pada 2020 adalah China, Korea Selatan, Chile, Vietnam, dan Prancis.

2. Sarang burung walet

Indonesia adalah produser terbesar untuk sarang burung, Nilai ekspor sarang burung Indonesia pada 2021 menyentuh 1.312 ton dengan nilai mencapai US$ 540 juta.
Pasar ekspor terbesar sarang burung adalah China.

Meskipun volumenya kecil, nilai ekspornya sangat besar karena mahalnya sarang burung. Harga sarang burung dibanderol hingga US$ 10.000 per kg atau Rp 150 juta per kg.

Data Kementerian Perdagangan menyebutkan, Indonesia memasok 38,57% kebutuhan sarang burung walet dunia. Disusul oleh Singapura (28%), China (9,15%), Hong Kong (4,69%), dan Malaysia (4,64%).

3. Ikan tuna

Indonesia adalah penghasil tuna terbesar di dunia dengan total rerata produksi pada 2012 -2018 mencapai 628.329 ton. Jumlah tersebut setara dengan 17% produksi global.

Namun, Indonesia masih tertinggal jauh dari Thailand da Vietnam dalam soal ekspor tuna. Indonesia kalah saing dengan Thailand, China, atau Ekuador dalam peringkat ekspor tuna.

Pada 2021, volume ekspor tuna, cakalang, dan tongkol mencapai 75.555 ton dengan nilai US$ 399,14 juta. Tujuan utama ekspor tuna Indonesia adalah Amerika Serikat dan Jepang.

4. Ikan hias

Indonesia menempati urutan ke empat dalam eksportir terbesar untuk ikan hias di bawah Jepang, Singapura, dan Spanyol.

Menurut data Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Indonesia memiliki 4.552 jenis spesies ikan hias bahkan 440 diantaranya merupakan endemik tersebar di seluruh wilayah Indonesia.

Nilai ekspor ikan hias Indonesia mengalami peningkatan signifikan pada periode tahun 2017-2021. Dari yang semula US$27,6 juta pada 2017 menjadi US$34,5 juta pada 2021.

Ikan hias yang paling diminati antara lain napoleon wrasse, arwana, cupang hias, dan iakn mas koki. Tujuan utama ekspor ikan hias Indonesia adalah China, Amerika, Rusia, Kanada, dan Singapura.

5. Minyak atsiri

Kementerian Perindustrian menyebutkan Indonesia mampu memasok 90% bahan baku minyak atsiri jenis nilam yang biasa digunakan untuk membuat parfum.

Produksi minyak atsiri Indonesia bisa mencapai 5.000 hingga 6.000 ton per tahun. Sayangnya, dari 40 jenis atsiri yang tersedia hanya 12 jenis saja yang memenuhi standar kualitas ekspor seperti minyak minyak kayu manis, minyak akar wangi, minyak cendana, minyak kemukus, minyak nilam, minyak kenanga, minyak pala, minyak cengkeh, minyak kayu putih.

6. Rempah-rempah

Indonesia sudah dikenal lama sebagai penghasil rempah-rempah mulai dari pala hingga kayu manis. Indonesia adalah pemasok terbesar gambir di dunia dengan kontribusi hingga 80%. Data Direktorat Jenderal Perkebunan tahun 2018 mencatat ekspor gambir Indonesia menyentuh 18 ribu ton dengan nilai ekspor mencapai US$ 55 juta.

Lebih dari 94% gambir Indonesia diekspor ke India yang digunakan untuk Industri farmasi, astringent lotion dan zat penyamakan kulit.

Indonesia juga berstatus produsen dan eksportir pala terbesar dunia. Menurut data Badan Koordinasi Penanaman Modal, kontribusi Indonesia di pasar pala dunia sebesar 40% dari total ekspor dunia, lebih besar 3 kali dari ekspor India dan 4,5 kali lebih besar dari ekspor Belanda.

Nilai ekspor pala Indonesia mencapai US$ 105 juta pada 2020 di mana pasar utamanya adalah China, Vietnam, dan AS.  Indonesia juga menempati peringkat ke-4 eksportir terbesar dunia untuk vanila setelah Madagaskar, Prancis, dan Jerman. Data trend economy menyebut, ekspor vanilla Indonesia pada 2020 mencapai US$ 60 juta.

Sementara itu, Indonesia berada di peringkat lima untuk eksportir terbesar minyak kayu manis di dunia. Nilai ekspor Indonesia diperkirakan mencapai US$ 160,7 juta pada 2021. Nilai tersebut di bawah China, Vietnam, dan Sri Lanka. (ds/sumber CNBCIndonesia.com)