Oleh : Naomy
BANDUNG (BeritaTrans.com) - Mantap, di triwulan III tahun 2022, sektor transportasi dan pergudangan mengalami pertumbuhan 25,81%.
Baca Juga:
Inovasi Layanan Bawa TTL Kembali Terpilih Sebagai Operator Terminal Petikemas Terbaik di Ajang ILA
Badan Pusat Statistik (BPS) pekan lalu merilis pertumbuhan ekonomi Indonesia triwulan III-2022 sebesar 5,40 persen dibanding triwulan III-2021 (yoy). Pertumbuhan terjadi pada semua lapangan usaha, kecuali Jasa Kesehatan.
Chairman Supply Chain Indonesia (SCI) Setijadi mengatakan, pertumbuhan transportasi dan pergudangan konsisten dan tertinggi di antara semua lapangan usaha selama tiga triwulan terakhir berturut-turut.
Baca Juga:
Kemenhub Tingkatkan Profesionalisme Pandu
"Pada triwulan I dan II tahun 2022 lapangan usaha itu juga tumbuh tertinggi berturut-turut sebesar 15,79 persen dan 21,27 persen (yoy)," ungkap Setijadi di Bandung, Senin (14/11/2022) ada.
Pertumbuhan transportasi dan pergudangan yang tinggi itu didorong pemulihan sejumlah lapangan usaha.
Baca Juga:
SCI Usul Pengembangan Kawasan Industri Terpadu Batang Penuhi 6 Aspek ini
Pada triwulan III-2022 misalnya, perdagangan yang tumbuh 5,35 persen, disusul industri (4,83 persen), dan pertambangan (3,22 persen).
Setijadi menjelaskan, indikasi pemulihan transportasi dan pergudangan atau sektor logistik terjadi tidak hanya pada tingkat nasional tetapi juga pada tingkat regional dan global.
Salah satu indikasinya adalah pelayaran dunia yang sudah pulih dengan shipping cost yang sudah kembali seperti sebelum pandemi.
Setijadi menyatakan, tantangan sektor logistik pada Triwulan IV-2022 dan tahun 2023 adalah menjaga konsistensi dan tingkat pertumbuhan transportasi dan pergudangan yang tinggi itu.
"Tantangan lainnya adalah peran dalam menghadapi ancaman resesi dan ketidakpastian rantai pasok global, termasuk sebagai dampak dari dinamika geopolitik global," ujar dia.
Sektor logistik nasional diharapkan dapat mendorong pertumbuhan berbagai lapangan usaha, baik melalui peningkatan volume maupun daya saing masing-masing produk dan komoditasnya.
Implementasi paradigma “ship follows the trade” harus diimbangi dengan paradigma “ship promotes the trade”
Upaya perbaikan dan pengembangan sektor logistik itu membutuhkan kolaborasi secara sinergis antara perusahaan-perusahaan penyedia jasa logistik dan pengguna jasa logistik, seperti perusahaan manufaktur dan ritel.
"Dukungan dan kerja sama juga harus diberikan dari operator fasilitas logistik seperti di pelabuhan dan bandara, serta dari pemerintah pusat melalui kementerian/lembaga terkait dan pemerintah daerah," pungkas Setijadi. (omy)