Pelayaran Nasional Tetap Optimistis Hadapi Ancaman Resesi Global 2023

  • Oleh : Naomy

Kamis, 24/Nov/2022 17:14 WIB
Ketua DPP INSA Carmelita Hartoto Ketua DPP INSA Carmelita Hartoto

JAKARTA (BeritaTrans.com) - Hadapi ancaman resesi global di tahun 2023, Pelaku usaha pelayaran nasional optimistis dan tetap waspada.

Ketua Umum DPP Indonesian National Shipowners’ Association (INSA) Carmelita Hartoto mengungkapkan, seperti banyak sektor lainnya, industri pelayaran nasional juga tengah dihadapkan situasi sulit. 

Baca Juga:
Forum ASA Shipping Dialogue Bahas Pentingnya Kolaborasi Pelayaran Regional

"Di tengah pemulihan setelah diterjang badai Covid-19, kini pelayaran nasional harus siap menghadapi ancaman resesi global di 2023," ungkap Carmelita di Jakarta, Kamis (24/11/2022). 

Resesi menurutnya, mulai membayangi ekonomi beberapa negara. Penyebabnya cukup kompleks, seperti perang Rusia-Ukraina yang memicu krisis pangan, energi dan finansial. 

Baca Juga:
INSA Jaya Bersama Bea Cukai Tanjung Priok Gelar Pelatihan Teknologi CEISA 4.0

Sejalan hal tersebut, pengetatan kebijakan moneter di banyak negara untuk menjaga laju inflasi juga telah membuat resesi semakin nyata.  

Namun begitu, dia optimistis ekonomi nasional akan kuat menghadapi kondisi global. Hal ini seiring dengan proyeksi banyak lembaga terhadap ketahanan Indonesia hadapi situasi ekonomi tahun depan. 

Baca Juga:
Dalam Rapat Umum Anggota, Ketua Umum DPP INSA Ajak Semua Pihak Bergandengan Tangan Menuju Indonesia Maju

International Monetary Fund (IMF) dan Bank Dunia memproyeksikan ekonomi nasional tumbuh positif 5 dan 5,1 persen pada 2023, sedangkan Bank Indonesia dan Kementerian Keuangan memproyeksikan ekonomi nasional tumbuh berkisar 4,6 hingga 5,3 persen pada 2023.

“Banyak lembaga memproyeksikan ekonomi nasional masih di jalur pertumbuhan positif di tahun depan. Tapi tetap kita harus memastikan bahwa daya beli masyarakat di dalam negeri terjaga baik, sehingga ekonomi di dalam negeri tetap kuat,” katanya.

Carmelita menilai sektor pelayaran nasional tidak akan terlalu terdampak dari sentimen negatif kondisi ekonomi 2023. 

Mungkin saja, jika terjadi penurunan kegiatan ekspor di tahun depan maka akan berdampak pada kegiatan kapal angkutan ekspor impor dan kapal feeder. 

Untuknya dia mengimbau agar pengusaha pelayaran dapat lebih mempertimbangkan rencana investasi, utamanya pada pembelian kapal.

"Mari kita menahan diri untuk 'belanja' hingga kondisi perekonomian global benar-benar kondusif," katanya.

Namun begitu, hingga Oktober lalu nilai ekspor Indonesia masih tetap tumbuh positif. BPS mencatat nilai ekspor  Indonesia sepanjang Januari–Oktober 2022 mencapai US$244,14 miliar atau naik 30,97 persen dibanding periode yang sama tahun 2021.

Sementara ekspor nonmigas mencapai US$230,62 miliar atau naik 30,61 persen. 
Pada sektor angkutan kontainer di domestik masih akan tumbuh positif mengikuti pertumbuhan ekonomi nasional di tahun depan.  

Adapun pada sektor curah kering batu bara, masih akan tumbuh positif meski tidak secemerlang sebelumnya, seiring dengan kebutuhan batu bara di dalam negeri, begitu juga dengan kebutuhan ekspor. 

Kementerian ESDM menyebutkan, kebutuhan batu bara PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) sekitar 161,15 juta ton batu bara pada 2023 mendatang, atau meningkat dari 2022 yang mencapai 130 juta ton. 

"Produksi batu bara pada 2023 ditargetkan bisa mencapai 694 juta ton. Di sisi lain, kebijakan hilirisasi sumber daya alam (SDA) yang tengah digenjot pemerintah juga sedikit banyak akan memberikan dampak terhadap angkutan curah kering," kata Carmelita. 

Kebijakan hilirisasi SDA akan memberikan nilai tambah bagi ekspor Indonesia di masa mendatang, dan dari sisi pelayaran nasional di domestik, hilirisasi SDA ini juga menjadi peluang adanya peningkatan muatan karena adanya angkutan raw materials ke smelter.

Sementara itu, perdagangan minyak dunia mengalami peningkatan signifikan sebagai akibat dari pemulihan ekonomi selepas Covid-19. 

Volume diperkirakan meningkat tiga persen pada 2022, walaupun masih sedikit lebih kecil dibandingkan sebelum Covid-19 yang mencapai tiga persen. 

Tetapi dampak perang Rusia-Ukraina menyebabkan permintaan rute perdagangan yang lebih panjang, yaitu lima persen bahkan untuk produk kilang peningkatan nya mencapai delapan persen.

Pada tahun 2023, volume perdagangan minyak diperkirakan akan meningkat sebesar dua persen, dengan potensi peningkatan ton mile akibat perubahan pola dan rute pedagangan sebesar enam persen.

Dari sisi suplai, penambahan tonase tidak terlalu signifikan yang masih mencerminkan sentimen permintaan rendah karena Covid-19, serta perubahan persyaratan teknologi dan tingginya harga pembangunan kapal baru. 

Walaupun kapal tertahan untuk diskrap karena tingkat market freight yang melonjak, penambahan tonase tidak berubah sinifikan. 

Melihat kondisi seperti itu, tanker market tahun 2023 menunjukan kondisi yang cukup menjanjikan.

Untuk pasar domestik, kondisi market menunjukan gejala yang serupa. 

Penggunaan B30 atau B40 juga memicu terjadinya penaikan jenis kapal angkutan cair (tanker)  di domestik. 

Meski begitu, penggunaan bahan bakar tersebut juga menjadi tantangan karena adanya penambahan biaya maintenance mesin kapal.

"Pada jenis kapal offshore, masih akan tetap tumbuh meski tidak akan signifikan, karena belum ada tanda-tanda peningkatan kebutuhan kapal penunjang offshore," ujar dia. (omy)