Di Pertemuan IEU-CEPA ke-14, Kemenhub Bahas Cargo Sharing Agreement, Reposiai Empty Container dan Foreign Equity Participation

  • Oleh : Fahmi

Jum'at, 12/Mei/2023 16:25 WIB
IEU-CEPA yang digelar di Brussels, Belgia sejak Senin (8/5) sampai dengan hari Jumat (12/5/2023). IEU-CEPA yang digelar di Brussels, Belgia sejak Senin (8/5) sampai dengan hari Jumat (12/5/2023).

BRUSSELS (BeritaTrans.com) - Direktorat Jenderal Perhubungan Laut, Kementerian Perhubungan melalui Direktorat Lalu Lintas dan Angkutan Laut dan Atase Perhubungan Den Haag Belanda, turut serta bersama Kementerian Perdagangan sebagai Delegasi Indonesia pada Pertemuan Indonesia-EU Comprehensive Economic Partnership Agreement (IEU-CEPA) yang digelar di Brussels, Belgia sejak Senin (8/5) sampai dengan hari Jumat (12/5/2023).

Adapun agenda yang berkaitan pada Sektor Transportasi Laut pada Pertemuan IEU-CEPA ke-14 ini adalah mengenai pembahasan rancangan Teks International Maritime Transport Services dan Market Acces atau Akses Pasar. 

Baca Juga:
Sorry yee! Motor Listrik Dilarang Ikut Mudik Gratis Naik Kapal Laut, Simak Alasannya

“Pada Agenda Pembahasan Rancangan Teks International Maritime Transport Services, Indonesia dan Uni Eropa berhasil menyepakati beberapa poin terkait Cargo Sharing Agreement dan Reposisi Empty Container. Sedangkan pada Pembahasan Agenda Akses Pasar, pertemuan menyepakati tentang Foreign Equity Participation (FEP)," ujar Kasubdit Angkutan Laut Luar Negeri, Rifanie Komara, yang turut serta sebagai Delegasi Indonesia pada pertemuan itu.

Rifanie mengungkapkan, Indonesia berhasil mempertahankan urusan rumusan naskah Rancangan Teks International Maritime Services pada pasal yang mengatur tentang Cargo Sharing Agreement. 

Baca Juga:
Persiapan Angleb, Pelni Tingkatkan Fasilitas Kapal dan Dorong Pemudik Pesan Tiket di Aplikasi

Urusan rumusan naskah ini, menurut Rifanie, dapat mengamankan posisi Indonesia apabila di kemudian hari Indonesia menemukan perjanjian CSA dengan negara lain, maka Indonesia memiliki waktu untuk mengakhiri perjanjian tersebut. Selain itu, Pasal ini juga dikaitkan dengan Offer and Request Schedule of Commitment (SoC) yang akan menguntungkan Indonesia.

Rifanie mengatakan, Indonesia berhasil mempertahankan azas cabotage pada pasal yang mengatur tentang Reposition Empty Container dan belum dapat menerima usulan Uni Eropa yang menambahkan suatu klausul dalam Naskah, karena klausul dimaksud pengertiannya dianggap melanggar azas cabotage. 

Baca Juga:
Pelni Pastikan 56 Kapal Layak Laut dan Operasi di Angleb 2024

“Terkait hal ini, kedua pihak sepakat untuk melakukan pembahasan lebih lanjut pada perundingan selanjutnya dan menyiapkan data dukung tentang terkait dengan pengertian tentang peti kemas kosong,” terang Rifanie.

Selain itu, Indonesia juga meyampaikan posisinya bahwa pengertian feeder services pada pasal ini tidak boleh melanggar azas cabotage, yaitu kegiatan feeder services pada pelayaran dalam negeri harus dilakukan oleh kapal nasional.

Lebih lanjut, agenda Akses Pasar, jelas Rifanie, membahas tentang request Uni Eropa yang menjadi potensi offer Indonesia, yaitu Rental of Vessel without Crew, International Passenger Transport, dan International Freight Transport. Pada Agenda ini, Indonesia diminta untuk mempertimbangkan permintaan UNI EROPA untuk peningkatan FEP pada sub sektor Supporting Services for Maritime Transport dalam hal Port Operation Services, Cargo Handling Services, dan permintaan offer baru di sub sektor Pushing and Towing Services.

“Terkait hal tersebut, Indonesia menyampaikan bahwa FEP pada akses pasar di maritime services pada fora AFAS lebih tinggi dibandingkan dengan fora lain seperti IACEPA, atau RCEP sesuai dengan amanat Presiden dalam rangka ASEAN Economic Community (AEC), serta pemenuhan threshold tertentu dalam rangka mendukung AEC tersebut,” ujar Rifanie.

Pada kesempatan tersebut, Delegasi Indonesia juga menyampaikan beberapa hal terkait dengan penggunaan kapal asing untuk kegiatan offshore. Indonesia menyampaikan, bahwa Kementerian Perhubungan hanya mengatur tentang penggunaan kapalnya, sedangkan untuk perizinan usahanya melekat pada instansi pembinanya. 

Lebih lanjut, disampaikan pula bahwa pengertian kegiatan offshore tidak mencakup kegiatan angkutan barang dan/atau penumpang, sehingga tidak termasuk dalam pengertian International Passenger Transport, International Freight Transport. 

”Indonesia juga menyampaikan bahwa persetujuan penggunaan kapal asing untuk kegiatan offshore harus memenuhi persyaratan-persyaratan tertentu antara lain tidak tersedia kapal Indonesia dengan spesifikasi tertentu di waktu tertentu,” tukas Rifanie.

Selain pembahasan tersebut di atas, Rifanie mengungkapkan, Delegasi Indonesia juga telah menyampaikan usulan pembahasan lebih lanjut kepada pihak Uni Eropa terkait peluang Pelaut dan para professional di bidang transportasi Indonesia lainnya untuk bekerja di kapal-kapal bendera Uni Eropa.

Sebagai informasi, Negosiasi Putaran ke-14 Perundingan IEU CEPA dilaksanakan pada tanggal 8 s.d 12 Mei 2023, di Comet Meetings – Louise, Brussels, Belgia. Delegasi Indonesia terdiri dari perwakilan dari Kementerian-kementerian terkait seperti Kementerian Perdagangan, Kementerian Luar Negeri dan Kementerian Perhubungan. Adapun Delegasi Kementerian Perhubungan diwakili oleh Sesditjen Perhubungan Darat, Atase Perhubungan pada KBRI Den Haag, Kasubdit Angkutan Laut Luar Negeri, serta 3 orang wakil Ditlala dan Bag Hukum KSLN Ditjen Hubdat.

Perundingan ini terdiri dari beberapa grup diskusi antara lain yang membahas tentang  perdagangan barang, ketentuan asal barang, hambatan teknis perdagangan, perdagangan jasa, pengamanan perdagangan, investasi, pengadaan pemerintah, transparansi dan praktik penyusunan regulasi, penyelesaian sengketa, ketentuan institusional, hak kekayaan intelektual, badan usaha milik negara, kerja sama ekonomi dan peningkatan kapasitas, serta usaha kecil dan menengah.

Pembahasan isu yang terkait dengan transportasi dibahas di grup diskusi Trade in Services (TIS), dipimpin oleh Direktur Perundingan Perdagangan Jasa – Kementerian Perdagangan, selaku lead negotiator untuk TIS. Adapun isu yang terkait dengan transportasi laut adalah pembahasan rancangan text International Maritime Transport Services dan market access (akses pasar). Perundingan ini merupakan tindaklanjut dari perundingan sebelumnya yang telah dilaksanakan pada 6 - 11 Februari 2023 di Badung, Bali.(fhm/omy)