Oleh : Naomy
SEOUL (BeritaTrans.com) - Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengungkapkan, masih terdapat sejumlah masalah pascapandemi yang harus diselesaikan dalam industri penerbangan.
Beberapa di antaranya yaitu: demand atau minat masyarakat yang mulai tinggi untuk menggunakan pesawat belum diimbangi dari sisi supply atau ketersediaan armada pesawat.
Baca Juga:
DJPU Sosialisasi Pelayanan Penerbitan Sertifikat Ahli Perawatan Pesawat Secara Online
Selain itu, masih banyak bandara-bandara yang perlu terus ditingkatkan kapasitas dan kualitas pelayanannya.
Menhub mengharapkan adanya dukungan dan kolaborasi global dalam dunia penerbangan sipil melalui ICAO.
Baca Juga:
Indonesia Dukung Program ICAO Turunkan Emisi CO2 Sektor Penerbangan
Kolaborasi dan sinergitas yang dilakukan bisa dilakukan dalam banyak hal, salah satunya adalah dalam hal pendanaan untuk mendukung kebutuhan pengembangan di bidang penerbangan yang sejalan dengan sasaran strategis ICAO.
“Untuk itu kami berupaya mengintensifkan kemitraan dengan sejumlah negara. Mengingat kemampuan fiskal negara (APBN) yang terbatas, kami membuka peluang kerjasama melalui berbagai skema kerjasama pemerintah dan badan usaha,” ujar Menhub.
Baca Juga:
Menhub Dukung Hilirisasi Sawit untuk Penerbangan dan Pelayaran Ramah Lingkungan
Sejumlah kemitraan yang telah dilakukan seperti kerja sama kemitraan antara Angkasa Pura II dengan GMR India di Bandara Kualanamu, Medan, serta kerja sama kemitraan melalui konsorsium Angkasa Pura 1 Wika dan Incheon Airport di Bandara Batam.
"Indonesia memiliki banyak airport besar. Kami mengundang investor mancanegara untuk dapat menempatkan investasi di airport-airport ini. Kami juga mengundang kolaborasi antara airline Indonesia dengan luar negeri agar ada satu kekuatan finansial. Semoga ICAO dapat membantu mempromosikan negara-negara anggotanya" tutur Menhub.
Lebih lanjut dia menyampaikan terima kasih kepada ICAO yang telah memberikan kesempatan untuk bisa berbagi pengalaman kepada para negara anggota ICAO dan para peserta yang hadir dalam pertemuan ini.
Menhub juga mengapresiasi ICAO yang telah menyelenggarakan kegiatan yang sangat bermanfaat bagi negara-negara anggotanya, untuk saling berbagi pengalaman dalam menghadapi tantangan pandemi maupun kondisi ekonomi global, serta dapat membuka peluang untuk bekerja sama dan berkolaborasi mengembangkan industri penerbangan yang berkelanjutan.
“Peran ICAO sangat penting untuk mempercepat pemulihan penerbangan global dan menjembatani upaya peningkatan konektivitas antar negara,” imbuh Menhub.
Dia berharap, ICAO dapat terus memberikan fasilitas peningkatan kualitas sumber daya manusia bagi para pelaku industri penerbangan, melalui berbagai program seperti workshop, seminar dan program vokasi lainnya.
Menurutnya, hal ini dibutuhkan oleh para pelaku industri penerbangan, agar tetap memenuhi standar internasional dan meningkatkan aspek keselamatan, keamanan, dan pelayanan penerbangan.
Pada tahun 2022 di Bali, Menhub bersama Presiden ICAO Salvatore Sciacchitano telah menandatangani nota kesepahaman program no country left behind, yaitu berupa pemberian bantuan pelatihan peningkatan kualitas SDM di bidang penerbangan.
Kesepakatan tersebut menjadi payung hukum dan wujud komitmen Indonesia bersama ICAO untuk bekerjasama menghasilkan SDM bidang penerbangan yang berkualitas.
Pada kesempatan tersebut, Presiden ICAO juga mengapresiasi komitmen pemerintah Indonesia yang memberikan dukungan penuh bagi pemulihan industri penerbangan nasional di masa pandemi Covid-19.
Usai pertemuan, dilakukan penandatanganan Management Service Agreement (MSA) for implementation support antara Kemenhub melalui Direktorat Jenderal Perhubungan Udara dengan ICAO.
Penandatanganan dilakukan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Maria Kristi dengan Sekretaris Jenderal ICAO Juan Carlos Salazar dan disaksikan Menhub. (omy)