Hai Pelaku Parekraf Bekasi, Ayo Melantai di Bursa Efek Indonesia

  • Oleh : Naomy

Jum'at, 09/Jun/2023 17:22 WIB
Salah satu Direktur di Kemenparekraf Salah satu Direktur di Kemenparekraf


BEKASI (BeritaTrans.com) - Hai pelaku pariwisata dan ekonomi kreatif (ekraf) Bekasi, ayo bergegas melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI.

Hal itu tercetus di sela Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf/Baparekraf) bekerja sama dengan BEI menggelar kegiatan "Coaching Clinic KreatIPO" yang merupakan rangkaian program untuk mendorong dan mengakselerasi pelaku usaha. Khususnya di sektor pariwisata dan ekraf untuk mendapatkan pendanaan melalui pasar modal dengan skema initial public offering (IPO) atau mencatatkan sahamnya di BEI.

Baca Juga:
Capai Target Peningkatan Peringkat TTDI, Kemenparekraf Perkuat Kolaborasi

Direktur Akses Pembiayaan Kemenparekraf/Baparekraf Anggara Hayun Anujuprana pada kegiatan Coaching Clinic KreatIPO di Kota Bekasi, Jawa Barat, Selasa (6/6/2023) mengatakan, permodalan masih menjadi salah satu tantangan besar bagi para pelaku usaha parekraf di Indonesia. 

Untuk itu diperlukan alternatif akses pembiayaan non perbankan salah satunya melalui pasar modal. 

Baca Juga:
Kemenparekraf Dorong Pelaku Event Perkuat Koordinasi dengan Stakeholder

Dengan jumlah investor ritel telah menembus 10,76 juta investor per Maret 2023 dengan Rata-Rata Nilai Transaksi Harian (RNTH) mencapai Rp10,24 triliun dan Total Kapitalisasi Pasar Rp9.463 triliun, menjadikan pasar modal sebagai alternatif pembiayaan yang menarik bagi pelaku usaha parekraf yang ingin menghimpun pendanaan darinya.

"Kemenparekraf berinisiatif mempertemukan para pelaku usaha parekraf dengan alternatif sumber pembiayaan non-perbankan melalui skema pembiayaan pasar modal," kata Hayun dalam keterangan resmi Kemenparekraf, Jumat (9/6/2023).

Baca Juga:
Ajak Pelaku Parekraf Tangsel Go Public, Kemenparekraf Kolaborasi dengan BEI

Saat ini total dana yang dihimpun melalui IPO adalah Rp1.304,77 miliar dari perusahaan pada sektor pariwisata dan ekonomi kreatif (data 10 Mei 2023).

“Potensi dan peluang yang begitu besar dari pasar modal ini diharapkan dapat mendorong dan mengakselerasi para pelaku usaha parekraf untuk dapat melantai di BEI dengan skema penawaran umum perdana saham atau yang lebih dikenal dengan nama IPO,” katanya.

Sementara itu, Ketua Pokja Dana Masyarakat Kemenparekraf/Baparekraf Sabar Norma Megawati mengatakan Kota Bekasi merupakan kota pertama tempat digelarnya kegiatan Coaching Clinic KreatIPO tahun 2023.

“Untuk di Kota Bekasi ini dihadiri 56 peserta pelaku usaha yang bergerak di sektor parekraf. Kami harap kegiatan ini dapat memberikan manfaat bagi pelaku usaha pariwisata dan ekonomi kreatif untuk dapat mengetahui lebih dalam terkait alternatif pembiayaan melalui skema IPO,” ungkapnya.

Dia menjelaskan, kegiatan ini merupakan tindak lanjut dari kegiatan Bincang Pasar Modal yaitu kegiatan peningkatan awareness Pasar Modal yang telah dilaksanakan 10 April 2023. 

Kemudian dilanjutkan dengan kegiatan yang lebih advanced yakni Coaching Clinic KreatIPO. 

Coaching Clinic KreatIPO bertujuan mengidentifikasi dan mengukur kesiapan pelaku usaha untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham dengan metode dua arah antara peserta dan pemateri dari BSI, Mirae Asset Sekuritas, KGI Sekuritas, dan Surya Fajar Sekuritas. 

“Kami di pemerintah berharap dengan mengikuti kegiatan ini pelaku usaha yang baru dan masih berkembang setelah kegiatan ini memiliki point of view yang baru tentang bagaimana mengelola usaha yang baik sesuai dengan standar perusahaan yang sudah Go Public,” ulasnya.

Pada kesempatan yang sama, Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Bekasi, Abi Hurairah, menyampaikan apresiasi kepada Kemenparekraf/Baparekraf yang telah menginisiasi kegiatan Coaching Clinic KreatIPO 2023. 

Dengan begitu, pelaku usaha usaha di Bekasi dapat mengenal lebih dalam mengenai cara-cara melantai di bursa efek.

“Kegiatan ini sangat baik dilakukan, karena menjadi momentum untuk mencari solusi dari persoalan-persoalan yang banyak dialami oleh pelaku usaha UMKM kita. Tidak hanya persoalan manajemen, tetapi akses untuk mendapatkan modal menjadi persoalan yang sangat mendasar. Semoga, para pelaku usaha usaha bisa menemukan model akses pembiayaan lainnya untuk mengembangkan bisnisnya,” tutup Abi. (omy)