Oleh : Fahmi
JAKARTA (BeritaTrans.com) - Kementerian Perhubungan (Kemenhub) melaporkan, layanan Buy The Service atau BTS Teman Bus di 10 kota telah meraup pendapatan hingga Rp 31 miliar sejak dioperasikan pada Oktober 2022.
Kasubdit Angkutan Perkotaan Direktorat Angkutan Jalan Kementerian Perhubungan (kemenhub), Tonny Agus Setiono, mengatakan keuntungan tersebut disetor kepada kas pemerintah sebagai Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP).
Baca Juga:
Mantap, Teman Bus Bikin Hemat Biaya Transportasi 30 - 70 Persen
"Kalau di kami sejak tanggal 31 Oktober tahun lalu sampai dengan per Juni minggu lalu, kurang lebih Rp 30-31 miliar pendapatan yang kami terima," ujar Tonny di Kantor Kemenhub, Jakarta, Selasa (27/6/2023).
Selama beroperasi sejak tahun lalu, layanan BTS Teman Bus telah berjalan di 10 kota, mulai dari Kota Palembang, Surakarta, Denpasar, Yogyakarta, Medan, Bandung, Surabaya, Banjarmasin, Makassar, dan Banyumas.
Baca Juga:
Hore, Bus BTS Segera Hadir di Kabupaten Bogor
Pengenaan tarifnya pun beragam, yakni termurah senilai Rp 3.600 di Kota Yogyakarta hingga termahal Rp 6.200 di Kota Surabaya.
Namun begitu, Tonny mengatakan, pihaknya belum bisa menghitung berapa potensi keuntungan yang bisa didapat dari pengoperasian layanan BTS Teman Bus hingga akhir 2023 ini.
Baca Juga:
Operasional Trans Metro Dewata Dievaluasi Ditjen Hubdat dan Pemprov Bali
"Karena nanti ada tarif khusus, tarif umum, kita coba lihat. Mungkin baru tahun depan kita coba targetkan berapa capaian untuk PNBP," ungkap dia.
"Karena ini baru ya di Direktorat Angkutan Jalan, PNBP baru. Sehingga belum diberi target, masih untung. Kalau udah ditarget kerja keras ini supaya target itu bisa dicapai," kata Tonny.
Selain itu, ia menambahkan, pendapatan dari BTS Teman Bus juga tergerus akibat mulai bertarifnya layanan tersebut. Dia lantas membandingkan angka load factor pada layanan Biskita Transpakuan Bogor yang anjlok sejak berbayar.
Kasubdit Pendanaan dan Pengawasan Angkutan Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ) Kemenhub, Ghoefron Koerniawan meneruskan, angka load factor pada Biskita Transpakuan Bogor turun dari 98,71 persen saat digratiskan menjadi 48,84 persen ketika dikenai tarif Rp 4.000.
"Dengan adanya penurunan load factor setelah diberlakukannya tarif, maka BPTJ mengusulkan skema tarif untuk pelajar, lansia, dan difabel diberlakukan tarif khusus sebesar Rp 2.000," terangnya.
"Serta diberlakukannya integrasi atau pindah moridor dalam waktu 90 menit tidak dikenakan biaya," kata Ghoefron.