Ditjen Hubud dan Stakeholder Kampanye Keselamatan dan Keamanan Penerbangan bagi Akademisi

  • Oleh : Naomy

Kamis, 21/Sep/2023 16:57 WIB
Kampanye Keselamatan dan Keamanan penerbangan Kampanye Keselamatan dan Keamanan penerbangan


JAKARTA (BeritaTrans.com) - Direktorat Jenderal Perhubungan Udara (Ditjen Hubud) Kementerian Perhubungan Udara Kampanye Keselamatan dan Keamanan Penerbangan Aviation Goes To Campus dalam rangka memberikan edukasi dan menambah wawasan kepada  masyarakat khususnya di kalangan akademisi.

Kampanye Keselamatan dan Keamanan Penerbangan diselenggarakan di Institut Transportasi dan Logistik Trisakti (ITL Trisakti) Jakarta Timur, Kamis (21/9/2023).

Baca Juga:
Monitoring Angleb di Jawa Timur, 4 Moda Terjadi Lonjakan Penumpang

Kampanye ini sekaligus bagian dari rangkaian memeriahkan Hari Perhubungan Nasional (Harhubnas) Tahun 2023. 

Mewakili Dirjen Perhubungan Udara, Staf Khusus Menteri Perhubungan Bidang SDM dan Kehumasan Adita Irawati membuka acara kampanye Keselamatan dan Keamanan Penerbangan.  

Baca Juga:
KPPU Ingatkan Agar Maskapai Tak Naikkan Harga Tiket Jelang Angleb

Hadir Wakil Rektor II dan IV, para Dekan ITL Trisakti, perwakilan dari Direktorat Teknis di lingkungan Kementerian Perhubungan. 

Kampanye ini hasil kerja sama dengan PT Jasa Raharja dan berkolaborasi dengan PT Garuda Indonesia serta PT Angkasa Pura II. 

Baca Juga:
Penerbangan Perintis Korwil Gorontalo Resmi Beroperasi Mulai Hari Ini

Hadir konten kreator dari Transmate Kementerian Perhubungan, Sulung Siti Hanum sebagai narasumber, serta dihadiri akademisi yaitu para mahasiswa ITL Trisakti.

"Dalam mewujudkan keselamatan dan keamanan penerbangan tentunya  butuh kerja sama dan kolaborasi semua pihak mulai dari regulator, stakeholder penerbangan, masyarakat termasuk dari kalangan akademisi," ujar Adita.

Saat ini, kurangnya pengetahuan terhadap keselamatan dan keamanan penerbangan mengakibatkan banyak sekali pemberitaan negatif yang viral. 

"Kita liat di media sosial pemberitaan tentang penumpang yang membuka pintu darurat (emergency exit), berdiri pada saat take off, bercanda soal bom, membawa barang berbahaya, sampai merusak fasilitas sarana prasarana bandara dan hal-hal lain yang sangat membahayakan keselamatan dan keamanan penerbangan," bebernya.

Tentunya, kata dia, edukasi wawasan dan pemahaman tersebut  perlu terus menerus dilakukan, tidak hanya oleh regulator dalam hal ini Kementerian Perhubungan tetapi juga dari stakeholder penerbangan terkait seperti operator penerbangan, penyelenggara bandara, dan pihak terkait lainnya.

"Dalam dunia penerbangan, keselamatan, keamanan, kenyamanan dan kepatuhan terhadap aturan penerbangan atau yang sering dikenal dengan safety,  security, services and compliance (3S+1C) merupakan aspek yang harus dipenuhi, dan tidak bisa ditawar-tawar," tegas Adita.

Untuk itu proses penerbangan mulai dari pre, in dan post flight harus benar-benar dipahami oleh pengguna jasa transportasi udara, termasuk para mahasiswa.

"Kami juga meminta kepada adik-adik mahasiswa untuk ikut membantu mengkampanyekan keselamatan dan keamanan penerbangan ini kepada keluarga dan lingkungan sekitarnya," tuturnya.

Apalagi saat ini teknologi digital makin canggih, persekian detik apapun bisa menjadi informasi seperti postingan di media sosial. 

"Yuk, gunakan platform tersebut untuk hal-hal yang bermanfaat seperti edukasi terkait penerbangan," tutupnya. (omy)