Top Banget! Bandara Banyuwangi Kembali Sabet Penghargaan Bergengsi, Kali Ini Subroto Award 2023

  • Oleh : Naomy

Minggu, 01/Okt/2023 15:43 WIB
Bandara Banyuwangi Bandara Banyuwangi

JAKARTA (BeritaTrans.com) - Top banget! Bandara Banyuwangi di Jawa Timur kelolaan PT Angkasa Pura II kembali meraih penghargaan bergengsi.

Kali ini, Gedung Terminal Domestik Bandara Banyuwangi meraih Penghargaan Subroto 2023 Bidang Efisiensi Energi Subkategori Gedung Tropis dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM). 

Baca Juga:
Top, Bandara Radin Inten II Raih Sertifikat Penerapan Standar Minimum Pengamanan Pengelola Objek Vital & Transportasi

Penghargaan tersebut diberikan pada 29 September 2023. 

Sejalan dengan itu, Bandara Banyuwangi berkesempatan menjadi wakil Indonesia dalam ASEAN Energy Award untuk tahun berikutnya. 

Baca Juga:
Trafik penerbangan di Bandara Angkasa Pura II Naik 5% di Periode Angleb

Menteri ESDM Arifin Tasrif mengatakan, Penghargaan Subroto merupakan penghargaan tertinggi di sektor energi dan sumber daya mineral. 

"Penghargaan Subroto merupakan penghargaan tertinggi yang diberikan Kementerian ESDM kepada para pemangku kepentingan yang telah melakukan kinerja terbaik dalam memajukan sektor energi dan sumber daya mineral di Indonesia dalam kurun satu tahun terakhir," urai Menteri ESDM. 

Baca Juga:
Ini 3 Indikator Bikin Angleb di Bandara Angkasa Pura II Sukses

President Director AP II Muhammad Awaluddin menyampaikan, Penghargaan Subroto ini menjadi salah satu standar dalam mewujudkan efisiensi energi di 20 bandara AP II. 

“AP II sangat bangga dan bersyukur atas keberhasilan Bandara Banyuwangi meraih Penghargaan Subroto 2023 yang sangat bergengsi di sektor energi dan sumber daya mineral. 
Penghargaan ini juga menjadi standar kami dalam mewujudkan efisiensi energi di bandara-bandara AP II lainnya,” ujar Awaluddin. 

Dia menyampaikan, Gedung Terminal Domestik Bandara Banyuwangi yang dibangun oleh Pemkab Banyuwangi memiliki desain yang mengusung bangunan hijau dan ramah lingkungan. 

“Konsep bangunan hijau dan ramah lingkungan ini kemudian kami perkuat dengan pemanfaatan energi baru terbarukan yakni melalui penggunaan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di atas bangunan,” ujar Awaluddin.

Dia menambahkan, pihaknya sangat berterima kasih kepada Bupati Banyuwangi, Ibu Ipuk Fiestiandani, yang selalu mendukung Bandara Banyuwangi hingga mampu meraih banyak penghargaan termasuk Penghargaan Subroto dan Aga Khan Award. 

AP II dan Pemkab Banyuwangi terus berkolaborasi dan bersinergi dalam memberikan layanan kepada masyarakat khususnya terkait transportasi udara.

Sebelum Penghargaan Subroto 2023, Bandara Banyuwangi berhasil meraih The Aga Khan Award for Architecture 2022, menyisihkan 463 nominasi bangunan dengan arsitektur terbaik di dunia.

Hemat energi

Director of Engineering AP II Agus Wialdi mengemukakan, gedung terminal domestik yang meraih Penghargaan Subroto itu, disamping mengusung konsep bangunan hijau dan ramah lingkungan juga diperkuat dengan pengelolaan energi yang baik seperti konservasi air dan penggunaan konsep skylight untuk pencahayaan. 

“Konsep bangunan hijau dan ramah lingkungan membuat terminal domestik mendapat penghawaan udara secara alami, lalu di atap terminal dilakukan penanaman tanaman (green roof). Di samping itu, sumber energi juga berasal dari energi baru terbarukan melalui PLTS atap. Lalu, dilakukan juga konservasi air dan skylight untuk pencahayaan alami di siang hari,” ujar Agus. 

Sementara itu, Plt Executive General Manager Bandara Banyuwangi Bayuh Iswantoro menuturkan, konsep penghematan energi secara pasif pada bangunan diterapkan melalui dua strategi yaitu optimalisasi ventilasi udara alami serta pemanfaatan cahaya matahari pada ruang dalam bangunan. 

Adapun dinding terminal domestik juga dibuat dengan kisi-kisi kayu untuk penghawaan udara alami. 

“Melalui optimalisasi ventilasi udara alami, area yang menggunakan pendingin udara hanya sebesar 4,5% dari total area gedung,” ujar Bayuh.

Menurutnya, di samping ramah lingkungan, Terminal Domestik Bandara Banyuwangi juga menampilkan kebudayaan setempat dengan mengadopsi bentuk ikat kepala khas Suku Osing sebagai upaya mempertahankan kebudayaan khas Banyuwangi. (omy)