Oleh : Redaksi
JAKARTA (BeritaTrans.com) - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengungkapkan alasan rencana merger maskapai pelat merah, Citilink dan Pelita Air.
Penggabungan tersebut menurutnya hendak dilakukan untuk menyeimbangkan harga tiket pesawat, yang meroket.
Baca Juga:
Pelita Air Buka Rute Penerbangan Jakarta-Kendari
"Pesawat terbang kita sebelum Covid-19 itu 750 pesawat. Hari ini 450, makanya tiketnya mahal. Nah karena itu kita mendorong yang namanya merger atau penggabungan Pelita dengan Citilink," ujar Erick di Jakarta, Rabu (13/12/2023).
Untuk itu, dia mendorong adanya penggabungan kedua maskapai tersebut di antaranya untuk menekan harga tiket.
Baca Juga:
Pelita Air Persembahkan "Kartini Flight" untuk Apresiasi Makin Pentingnya Peran Perempuan
Di sisi lain, perlunya meningkatkan standarisasi bandara. Namun, merger tersebut tentunya membutuhkan waktu lama.
"Namun, namanya merger itu butuh proses. Pelindo itu ada 4 jadi 1, Pelindo aja butuh dua setengah tahun. Ya, kan misalnya ini Angkasa Pura baru bicara tahun ini," katanya seperti dilansir dari detik.com.
Baca Juga:
Ketepatan Waktu Penerbangan Pelita Air di Periode Arus Balik Lebaran Tembus 95 Persen
Menurutnya, beberapa negara sekarang yang merenovasi bandara menjadi tempat perjalanan yang nyaman.
Untuk itu, perlunya memperbaiki atau merenovasi bandara, seperti di Bali.
Dengan begitu, dapat mendorong masyarakat Indonesia untuk berwisata dalam negeri dibandingkan luar negeri.
Bersama dengan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno, dia menargetkan jumlah wisata di tahun 2024 menjadi 12,5 juta turis mancanegara.
"Nah karena itu diperlukan kebijakan yang friendly. Apa contohnya? Tadi airport. Ya airport," ujarnya. (soleh)