BPTJ Perluas Layanan JRC dan Transjabodetabek, Gandeng Pengelola Pemukiman, Mal, dan Operator Transportasi

  • Oleh : Redaksi

Rabu, 24/Janu/2024 14:17 WIB
Pertemuan BPTJ dan stakehokder Pertemuan BPTJ dan stakehokder


JAKARTA (BeraTrans.com) - Sebagai upaya memperluas penyediaan layanan JRC dan Jabodetabek, Kementerian Perhubungan melalui Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ) mempertemukan pengembang pemukiman, pengelola mall dan operator di Jabodetabek. 

Pertemuan tersebut digelar dalam Rapat Koordinasi Pengembangan Angkutan Umum Perkotaan Jabodetabek yang dilaksanakan di Jakarta, Selasa (23/1/2024).

Baca Juga:
Kemenhub Berangkatkan Peserta Balik Gratis Moda Bus dari 9 Terminal

Plt. Kepala BPTJ,  Suharto menjelaskan, tujuan rapat koordinasi kali inj adalah untuk memperkenalkan rencana pengembangan layanan JRC dan Transjabodetabek. 

"Tidak hanya itu, kami juga perlu mendapat masukan penentuan titik naik turun penumpang JRC pada area pemukiman dan Transjabodetabek pada mall . Apakah didalam area pemukiman/pusat perbelanjaan, diluar atau dipinggiran", ujar Suharto 

Baca Juga:
Menhub Lepas Keberangkatan Penumpang Mudik Gratis dengan Bus di Terminal Jatijajar

Hal ini penting untuk mensinkronisasikan pengembangan layanan JRC pada 117 pemukiman yang sudah dipetakan oleh BPTJ untuk kurun waktu tiga tahun ke depan. 

"Tentunya tidak semuanya selesai di 2024, maka kami susun ke dalam beberapa staging. Tahun 2024, kami akan fokus ke 40 kawasan, 2025 juga akan dikembangkan untuk 40 kawasan. Sisanya akan kami layani di 2026," kata Suharto. 

Baca Juga:
BPTJ Luncurkan Bus JR Connexion Bertenaga Listrik Pertama, Rute PIK 2 - Kelapa Gading

Bila seluruh layanan JRC ditahun ini selesai maka tahapan berikutnya adalah mengintegrasikan layanan di Jakarta, tidak hanya fisik namun juga pembayaran dan sistemnya. 

"Tahapan berikutnya, maka perlu adanya subsidi atau intervensi dari pemerintah, dan salah satunya melalui account based ticketing (ABT)," tambah Suharto. 

Peran pengembang pemukiman, operator dan mal untuk penyediaan layanan transportasi di Jabodetabek menjadi penting. 

Dalam kesempatan tersebut, para pengembang dan operator menyatakan ketertarikannya untuk bersama-sama menyediakan layanan JRC.

Onny Febriananto, operator Bus Alfaomega  menyambut baik program ini. 

"Kami apresiasi BPTJ, dengan adanya pertemuan seperti ini kami optimistis 117 pemukiman yang akan dikembangkan layanannya dapat memindahkan pengguna kendaraan pribadi ke angkutan umum massal," pungkas Onny. 

Dalam kesempatan yang sama pengembang pemukiman Lippo Cikarang, Marcus menyatakan bahwa sangat mendukung rencana perluasan layanan JRC.

"Kami sangat support dengan program BPTJ ini dan hal tersebut _inline_ dengan visi dan misi kami selaku pelaku pembangunan pemukiman. Kedepan kami berharap JRC, JAC dan Transjabodetabek dapat terus diperluas jangkauannya. Hal ini tentunya agar dapat memindahkan penghuni perumahan di area kami dari kendaraan pribadi ke angkutan umum," jelas Marcus. 

Berdasarkan analisa BPTJ terdapat potensi layanan angkutan umum di Jabodetabek sebanyak 7,9 juta. Namun, saat ini baru 7,3 juta yang tercover dengan angkutan umum. Di DKI Jakarta sudah lebih dari 65%, sementara di luar Jakarta baru 5%," imbuh Suharto.

Dari data tersebut terlihat jelas bahwa kendaraan pribadi masih mendominasi, sehingga wajar jika saat hari dan jam kerja jalanan di Jakarta menjadi padat.

Konsekuensinya, polusi dan emisi kendaraan bermotor di Jakarta menjadi tinggi. Di Jabodetabek, potensi bangkitan ada di pusat pemukiman, mulai dari pemukiman sederhana hingga mewah. 

Prioritas saat ini untuk meningkatkan target moda share 60% di tahun 2029 adalah memprogramkan kembali ke angkutan umum dan shifting kendaraan pribadi pada pemukiman yang dianggap potensial. 

Turut hadir pada acara tersebut perwakilan Kemenkomarves, 11 operator transportasi, 34 pengembang pemukiman, tujuh pengembang mall/pusat perbelanjaan, pemerintah daerah kabupaten/kota di wilayah Jabodetabek dan pakar transportasi Yayat Supriyatna, Djoko Setijowarno, dan Darmaningtyas. (omy)