Oleh : Fahmi
JAKARTA (BeritaTrans.com) - Rangkaian KRL impor asal CRRC Sifang Co, China akan mulai tiba di Indonesia sekitar 13,5 bulan setelah tanda tangan kontrak. Adapun Penandatanganan kontrak pengadaan sarana KRL dilaksanakan pada Rabu (31/1/2024) lalu.
Vice President Corporate Secretary PT Kereta Commuter Indonesia (KCI), Anne Purba pada konferensi pers di kantornya, Jakarta Pusat, Selasa (6/2/2024) menjelaskan, jika pun sudah datang KRL tersebut, nantinya tidak akan langsung dioperasikan melayani masyarakat. Namun akan ada uji coba sepanjang 4.000 kilometer yang harus dilalui KRL.
"Tidak mungkin (datang) 2024. Datang yang pertama itu 13,5 bulan nyampe di Indonesia untuk yang impor. Ditambah nanti kita akan melakukan uji sepanjang 4.000 km. Memang untuk target kita 2024, tapi dengan adanya beberapa perubahan yang memang di awal mengajukan proposal dari Jepang jadi kami perlu melakukan koordinasi lagi dengan negara lain," kata Anne.
Sebagai informasi, Anne menyebut terjadi perubahan harga pada proposal milik produsen KRL Jepang J-TREC pada bulan Oktober. Hal ini membuat KCI membuka opsi kerja sama dengan pihak lain, termasuk CRRC Sifang Co, dari China, lalu Wojin, Dawonsys yang berasal dari Korea Selatan.
Menurut Anne, estimasi kedatangan 3 KRL diperkirakan mencapai 15 bulan. Ia menyebut tidak mungkin KRL dikirim sekaligus dalam satu waktu. Adapun KRL baru bisa melayani masyarakat di bulan ke-16.
"Targetnya kan kalau 13,5 bulan, targetnya itu adalah lulus uji dulu yang 4.000 km. Tapi targetnya itu kita sekitar 15 bulan dan di bulan ke 16 sudah bisa melayani penumpang, jadi ada sertifikasi dari DJKA juga," imbuhnya.
Baca Juga:
KAI Commuter Layani 257.995 Penumpang KRL saat Libur Pilkada, Stasiun Bogor Paling Ramai
Sambil menunggu hingga 3 rangkaian KRL tiba, Anne memastikan tidak akan mengurangi frekuensi perjalanan. Tapi pihaknya akan melakukan rekomposisi rangkaian kereta, dari yang awalnya 12 gerbong dalam 1 rangkaian KRL menjadi 10 atau 8 gerbong. Dengan begitu frekuensi perjalanan dan perawatan KRL sama-sama terjaga.
"Kami sudah sepakat dengan tim operasi tidak akan mengurangi frekuensi perjalanan. Yang dilakukan adalah dengan rekomposisi, yang 12 nanti misalkan jadi 10, kemudian ada yang 8, kemudian nanti dikembalikan lagi menjadi 10 dan 12. Tapi untuk frekuensi perjalanan kami optimalkan untuk tidak dikurangi," sebutnya.
KRL Sesuai Spesifikasi
PT Kereta Commuter Indonesia membeberkan alasan memilih impor tiga rangkaian KRL dari China ketimbang Jepang maupun Korea.
Corporate Secretary KCI Anne Purba mengatakan mengatakan perusahaan awalnya menerima proposal dari produsen KRL Jepang J-TREC, produsen KRL Korea Selatan Wojin dan Dawonsys, dan produsen KRL China CRRC Cifang Qingdao.
KCI kemudian memutuskan memilih impor KRL dari China karena harganya lebih murah dan memiliki spesifikasi yang lebih cocok dengan yang dibutuhkan KCI.
"Ada spesifikasi teknis yang paling mendekati memang CRRC karena dia memang produksi benar-benar sesuai dengan kebutuhan kita dan dari harga juga sangat kompetitif antara tiga negara itu," katanya dalam konferensi pers di Kantor KCI, Rabu (6/2).
"Sehingga memang saat kami menerima semua proposal itu, memang CRRC yang lebih kompetitif," imbuhnya.
Anne menjelaskan salah satu spesifikasi KRL impor China yang sesuai dengan kebutuhan di Indonesia terkait AC. Kapasitas AC di setiap negara berbeda-beda. CRRC, sambungnya, telah menyesuaikan kapasitas dengan yang dibutuhkan di Indonesia.
"Termasuk juga luasan ruang bebas, kemudian penggunaan prasarana dan lain-lain itu mereka assessment semuanya," imbuhnya.
Selain impor KRL, Anne mengatakan KCI juga akan membeli 16 trainset KRL baru dan 19 trainset retrovit dari PT INKA (Persero).(fhm)