Oleh : Redaksi
JAKARTA (BeritaTrans.com) - Banyaknya kendaraan asal China, baik jenis penumpang (passenger car) maupun truk niaga, semakin memperketat persaingan di sektor otomotif Indonesia.
Kehadiran truk China, yang menawarkan fitur canggih dengan harga lebih terjangkau, disambut positif oleh Asosiasi Pengusaha Truk Indonesia (APTRINDO), yang menyebut persaingan ini menguntungkan bagi konsumen. APTRINDO juga menegaskan bahwa klaim mengenai truk China yang tidak memenuhi syarat sertifikasi dan dokumen kendaraan adalah tidak benar.
"Kendaraan China baik jenis passenger car maupun niaga jenis truk menyajikan berbagai macam fitur teknologi unggulan mereka demi memanjakan konsumennya," ujar Ketua APTRINDO Jateng & DIY Bambang Widjanarko dalam keteranganya kepada media pada Jumat (24/1/2025).
Kehadiran berbagai merek kendaraan niaga jenis truk asal China dianggap menguntungkan oleh APTRINDO, karena mereka berlomba-lomba menyajikan karoseri, mesin dan fitur-fitur termodern dengan harga yang relatif lebih murah dibanding merek-merek yang sudah lebih dulu menggarap pasar nasional yang berasal dari Jepang, Eropa bahkan Amerika.
"Adanya claim, bahwa truk-truk asal China tidak melalui persyaratan sertifikasi uji tipe dan tidak dilengkapi dengan Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK) dan Buku Pemilik Kendaraan Bermotor (BPKB) adalah tidak benar," tegas Bambang.
Dia melanjutkan, sebagai syarat bagi kendaran jenis apa pun untuk bisa melintasi jalanan umum di seluruh Indonesia adalah harus memiliki STNK, sedangkan syarat agar STNK bisa terbit adalah jika kendaraan sudah melalui proses sertifikasi uji tipe.
"Kecuali jika kendaran tersebut dibeli untuk digunakan di perkebunan atau pertambangan milik pribadi untuk selamanya dan tidak akan pernah merambah jalan umum, maka kendaraan tersebut tidak memerlukan STNK," sambung Bambang.
Menurut Bambang, persaingan ketat antar merek truk sekarang ini hendaknya disikapi secara positif saja, karena bisa menurunkan nilai investasi yang cukup signifikan bagi pengusaha truk dengan perbedaan harga lebih murah 300 - 400 jutaan dari merek-merek truk yang sudah lebih lama bercokol di Indonesia, mengingat saat ini harga truk dan suku cadangnya sudah semakin mahal, sedangkan tarif ongkos muat barang tidak pernah bisa naik, jika tidak ada kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi jenis Biosolar.(fhm)
Baca Juga:
Januari-April 2022 Ekspor Mobil China Naik 39,4 Persen