Di Bogor, Depok dan Bekasi, Kemenhub Hidupkan Kesadaran Antre Pengguna Transportasi Publik

  • Oleh :

Senin, 03/Agu/2020 07:10 WIB


IMG-20200803-WA0006BOGOR (BeritaTrans.com) - Ada yang menarik setiap Senin di tengah meningginya jumlah pengguna angkutan publik, terutama kereta Rel Listrik (KRL) Jabodetabek.Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ) terjun langsung mengatur pengguna KRL dan bus gratis untuk menampung luberan pengguna KRL dari sejumlah stasiun di Bogor, Depok, serta Bekasi.Setiap Senin, memang terjadi lonjakan besar pengguna KRL dari empat daerah itu. Sebagian besar merupakan warga, yang hendak memulai mencari nafkah di Jakarta.Sebagai institusi di lingkungan Kementerian Perhubungan (Kemenhub), BPTJ tampaknya berupaya keras masyarakat kecil dapat lancar menggunakan transportasi publik dengan tetap mematuhi protokol kesehatan di tengah pandemi Covid-19 yang masih terus berkecamuk.Publik diwajibkan menggunakan masker, mencuci tagan dengan sabun atau hand sanitizer, serta menjaga jarak. Karena ada kewajiban menjaga jarak dan mengikuti prosedur pengecekan suhu tubuh, maka dibutuhkan barisan antrean panjang sekaligus tertib.Publik dipaksa untuk antre. Melalui koordinasi optimal dan kerja bareng BPTJ dengan Polri, Ditjen Perhubungan Darat, Ditjen Perkeretaapian, Badan Penelitian dan Pengembangan Perhubungan, Pemda DKI Jakarta, Bogor, Depok, dan Bekasi, PT KAI dan PT Kereta Commuter Indonesia (KCI), antrean pengguna jasa transportasi publik dikelola sedemikian rupa.Kepala BPTJ Polana B Pramesti sumringah sekaligus apresiasi twrhadap ketertiban penumpang kereta rel listrik (KRL).Saya lihat penumpang sangat tertib dan mengikuti protokol kesehatan. Meski antre namun tetap lancar, ujar Polana menjawab BeritaTrans.com dan Aksi.id, Senin (3/8/2020).IMG_20200803_044019Antre dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah berdiri berderet-deret memanjang menunggu untuk mendapat giliran (membeli karcis, mengambil ransum, membeli bensin, dan sebagainya. Secara umum masyarakat memahami antre dalam memperoleh atau menghadapi pelayanan publik ataupun hal lainnya adalah individu yang datang lebih duluan berada di bagian depan dan akan mendapat layanan lebih dulu dari yang lainnya. Individu yang datang kemudian akan berada di bagian belakang dan begitu seterusnya.Perilaku yang sebenarnya sudah dipahami oleh sebagian besar anggota masyarakat, diproses secara kelembagaan oleh Kemenhub menjadi tradisi bahkan budaya. Kesadaran masyarakat saat antre di halte busway di Jakarta ditularkan ke publik di kawasan Bogor, Depok serta Bekasi.Di tengah pandemi Covid-19, antre juga diiringi oleh kepatuhan untuk menjaga jarak dan mengikuti pemeriksaan tubuh. Karenanya barisan antrean akan lebih panjang atau mengular. Kesadaran dan kesabaran untuk antre ditumbuhkembangkan di tengah publik.Mengantre adalah hal yang paling sederhana dan mudah dilakukan, namun tidak semua orang sanggup dan mau melakukannya. Diperlukan kesabaran, kedisiplinan dan kemauan yang besar untuk melakukannya. Social Engineering dan Era New NoermalSocial engineering dengan menghidupkan budaya antre ini butuh perencanaan matang dan implementasi yang dikawal ketat. Sasarannya adalah pemahaman terhadap prilaku antre tidak hanya berbasis kepada sanksi sosial bagi pelanggar, tetapi pada gilirannya menjadi kebutuhan dalam ruang batin publik.Bila kesadaran antre telah melembaga dalam horison psikologis publik akan berefek ganda dalam perilaku masyarakat bertransportasi. Banyak orang memahami bahwa perilaku bertransportasi masyarakat mewakili karakter satu bangsa.Dalam satu artikel di Republika, Guru Besar Sosiologi-Ekonomi FISIP Universitas Airlangga, Bagong Suyanto, mengemukakan pandemi Covid-19 memaksa manusia berubah dan membangun konstruksi sosial baru menghadapi kehidupan pada era new normal (normal baru). Bisa dipastikan, tidak ada lagi yang sama setelah berakhirnya wabah Covid-19 nanti.Perubahan sosial sering kali berjalan natural, tetapi perubahan yang dipersiapkan melalui upaya social engineering yang tepat niscaya melahirkan proses adaptasi lebih cepat, daya tahan dan ketangguhan masyarakat menghadapi era normal baru.Perubahan pola kehidupan pada era normal baru, menuntut banyak perubahan drastis. Kemauan dan kemampuan masyarakat mengembangkan pola perilaku baru akan menentukan, apakah ke depan bisa tetap survive atau tidak.Pada era normal baru, strategi yang berpeluang dikembangkan adalah bagaimana mengembangkan rekayasa sosial berbasis gaya hidup.Pengalaman selama ini telah banyak mengajarkan, melakukan rekayasa sosial hanya mengandalkan pendekatan yang sifatnya koersif atau ancaman sanksi, ternyata tidak berjalan efektif di lapangan. Bahkan, tak jarang malah melahirkan resistensi. Tanamkan Prilaku Antre Sejak DiniMengantre adalah hal yang paling sederhana dan mudah dilakukan, namun tidak semua orang sanggup dan mau melakukannya. Diperlukan kesabaran, kedisiplinan dan kemauan yang besar untuk melakukannya. Kementerian Perhubungan bersama stakeholder lainnya perlu secara berkelanjutan mengkampanyekan kebiasaan antre menggunakan transportasi publik. Kampanye ini sebaiknya juga menyasar ke kalangan anak-anak.Dengan membiasakan dan mendidik anak untuk mampu tertib berantre ini, akan memberikan banyak manfaat (Bimba, 2013; Munir, 2015; Anita, 2019), antara lain: Anak belajar manajemen waktu jika ingin mengantri paling depan datang lebih awal dan persiapan lebih awal. Anak belajar bersabar menunggu gilirannya tiba terutama jika ia di antrian paling belakang. Anak belajar menghormati hak orang lain, yang datang lebih awal dapat giliran lebih awal dan tidak saling serobot merasa diri penting. Anak belajar berdisiplin dan tidak menyerobot hak orang lain. Anak belajar kreatif untuk memikirkan kegiatan apa yang bisa dilakukan untuk mengatasi kebosanan saat mengantre. (di Jepang biasanya orang akan membaca buku saat mengantre). Anak bisa belajar bersosialisasi menyapa dan mengobrol dengan orang lain di antrian. Anak belajar tabah dan sabar menjalani proses dalam mencapai tujuannya. Anak belajar hukum sebab akibat, bahwa jika datang terlambat harus menerima konsekuensinya di antrean belakang. Anak belajar disiplin, teratur dan kerapihan. Anak belajar memiliki rasa malu, jika ia menyerobot antrean dan hak orang lain. Anak belajar bekerjasama dengan orang-orang yang ada di dekatnya jika sementara mengantri ia harus keluar antrian sebentar untuk ke kamar kecil. Anak belajar jujur pada diri sendiri dan pada orang lain.(Agus Awe/Foto: Naomy Chandrasari/BeritaTrans.com).