Pengemudi Bus Tispa ini 3 Hari Nginap di Terminal Bekasi untuk Tunggu Penumpang

  • Oleh : Fahmi

Rabu, 18/Nov/2020 14:55 WIB
Sopir bus antarkota antarprovinsi PO Tispa jurusan Muaradua-Bekasi. Sopir bus antarkota antarprovinsi PO Tispa jurusan Muaradua-Bekasi.

BEKASI (BeritaTrans.com) - Jalan tol lintas Sumatera sangat membantu dan mempercepat perjalanan bus antarkota antarprovinsi (AKAP).

Pengemudi bus PO Tispa jurusan Bekasi-Muaradua, Romli (53), mengemukakan untuk menempuh wilayah Terbanggi Besar, Sumatera Selatan ke Pelabuhan Bakauheni, Lampung, perjalanan dirasakannya menjadi menjadi lebih cepat.

Baca Juga:
Tiket Bus Alami Penyesuaian Kembali Setelah Lebaran, Ini Harga Bus Tispa

"Dulu sebelum ada tol, biasanya lewat bawah. Jalur Rajabasa, bisa lima jam paling lambat. Kalau sekarang dua jam, sudah nyampai ke pelabuhan dari Terbanggi," ungkapnya kepada BeritaTrans.com dan Aksi.id, Jumat (13/11/2020).

Baca Juga:
Baju Kru dan Bus Tispa Berwarna Sama, Siap Layani Penumpang Bekasi-Muaradua

Kehadiran jalan tol sebenarnya bertujuan akan dapat mengurangi biaya logistik, operasional  dan memacu pertumbuhan ekonomi. Namun imbas Covid-19, bus yang dikendarai Romli kini  harus berhari-hari untuk menginap atau perpal di terminal, baik dari arah Sumatera maupun Jawa tersebut dan perjalanan juga dirasakannya menjadi lama.

Romli mengungkapkan sudah tiga hari bersama krunya berada di Terminal Bekasi, Jawa Barat akibat sepi penumpang dan sebelumnya telah antre dengan armada Tispa dengan jurusan yang sama.

Padahal perjalan bus yang dikendarainya hanya membutuhkan waktu selama belasan jam. Seperti diungkapkannya, jika dia berangkat jam 12.00 maka dia akan tiba sekitar 23.00 sampai 24.00 untuk sampai tujuan tersebut.

"Perjalanan kalau kondisi lancar 11 jam, tapi tergantung dari kondisi kapal. Paling lambat bisa 15 jam. Kalau ketemunya kapal cepat bisa blong terus, lancar," celoteh Romli.

Untuk perjalanan paling lama tersebut, hal itu dialami karena antre di pelabuhan, baik di Merak, Banten ataupun Bakauheni, Lampung.

Kakek dua orang cucu ini menceritakan , jika dia sudah perpal atau bermalam selama tiga hari dua malam untuk diberangkatkan kembali ke arah Muaradua. Hal itu lantaran ada armada Puspa lain yang antre dan juga sepi penumpang yang diberangkatkan.

"Sudah tiga hari di sini. Paling lama dua malam ini aibat sepi sewanya," ceritanya.

Diceritakanya juga bus berkapasitas 48 penumpang tersebut, sebelumnya berangkat dari arah Sumatera membawa 19 orang saja.

Warga Kampung Tekana, Kecamatan Buana Pemaca, Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan, Sumatera Selatan tersebut, menyatakan bahwa kapasitas penumpang tersebut belum memenuhi biaya operasional untuk pulang pergi (PP) sebesar Rp5.770.000 sampai Rp.5.850.000 untuk biaya solar, tol, parkir, sama pel.

Saat kembali lagi bus yang dikendarainya harus kembali melipir ke sejumlah terminal yang ada di Jabldetabek untuk memenuhi jumlah penumpang dan tertutupnya biaya operasional. Terminal tersebut antar lain, Kampung Rambutan, Kalideres dan Bitung.

Agen tiket PO Puspa di Terminal Bekasi, pada saat yang sama ketika ditemui BeritaTrans.com dan Aksi.id telah menjual tiket sebanyak enam kursi saja.

Romli juga mengungkapkan gaji kru yang diterima dari sistem persentase sebesar 15 persen dari pendapatan. Namun jika persentase dirasa kurang, dia bersyukur karena pihak perusahaan akan menutupi kekurangan tersebut.

"Kalau kurang dibawah Rp500 ribu kita ditambah lagi sampai jadi segitu, misalnya dapat 15 persen cuma Rp300 ribu ditambahin Rp200ribu," ceritanya.

Bapak tiga orang anak ini menyatakan juga, jika keadaan penumpang selalu penuh selama PP,  kru akan menerima uang berkisar sampai Rp2 juta. Namun itu jarang terjadi terlebih lagi karena ada pandemi Covid-19. Di mana saat ini semua PO bus berdampak akibat turunnya jumlah penumpang.

Saat ini tarif per kepala untuk bus dengan tipe AC Eksekutif  jurusan Bekasi-Muaradua ini adalah Rp225 ribu. (fahmi).

 

Tags :