Pengemudi Bus Sinar Dempo Trayek Pagar Alam-Bekasi: Penghasilan Merosot

  • Oleh : Bondan

Selasa, 24/Nov/2020 22:41 WIB
Gino, sudah 10 tahun menjadi pengemudi PO Sinar Dempo trayek Pagar Alam-Jakarta Gino, sudah 10 tahun menjadi pengemudi PO Sinar Dempo trayek Pagar Alam-Jakarta

BEKASI (BeritaTrans.com) - Gino, pria kelahiran tahun 1983 asal Lampung, yang  menggeluti profesi pengemudi  bus sejak tahun 2010 di Perusahaan Otobus (PO) Sinar Dempo trayek Pagar Alam-Jakarta.

Sebelum berprofesi sebagai sopir bus,  setelah lulus sekolah ia memberanikan diri merantau ke Jakarta untuk mengadu nasib dan akhirnya bekerja sebagai pengemudi truk boks pembawa es krim di Jakarta.

Baca Juga:
Terminal Bekasi Ramai Dipadati Penumpang Akhir Tahun

Selama satu tahun di Jakarta, sebagai pengemudi truk boks akhirnya memutuskan untuk mengundurkan diri dikarenakan akan pindah tugas ke Aceh.

“Sebelum bawa bus kaya sekarang, saya merantau dari Lampung ke Jakarta dan kerja sebagai sopir truk boks es krim. Karena akan dipindah kerja ke Aceh yang saat itu masih ada konflik di Aceh, buat keamanan lebih baik saya ngundurin diri dari pada kenapa-kenapa,” ungkap Gino, saat ditemui BeritaTrans.com dan Aksi.id di Terminal Induk Kota Bekasi, Selasa (24/11/2020).

Baca Juga:
Ramai Pemudik, Tiket Bus Beberapa PO di Terminal Bekasi Sudah Habis

Setelah memutuskan mengundurkan diri dari pekerjaan lamanya, ia bertemu dengan teman satu kampung halamannya yang berada di Jakarta. Saat itulah langsung diajak bergabung ke PO Rajawali sebagai kernet.

“Habis keluar dari tempat kerja lama, saya sempat kesusahan cari kerjaan di Jakarta, akhirnya ngga sengaja ketemu teman satu kampung yang kerja di PO Rajawali. Dari situ saya diajak kerja bareng dia sebagai kernet bus,” utaranya.

Baca Juga:
Terminal Bekasi Membludak saat Momen Libur Sekolah dan Idul Adha

Selama menjadi kernet di PO Rajawali mulailah belajar membawa bus untuk diparkirkan ke dalam pool bus.

“Saya bisa bawa bus kaya sekarang karena dulu sering disuruh untuk parkirkan bus ke pool dan itu juga dipaksakan harus bisa karena ngga ada yang ngajarin,” tambahnya.

Tak lama bekerja sebagai kernet bus di PO Rajawali, teman satu pekerjaannya menawarkan pekerjaan sebagai pengemudi PO Sinar Dempo yang saat itu membutuhkan jurumudi.

“Satu bulan saya kerja jadi kernet di bus Rajawali, teman saya nawarin di PO Sinar Dempo butuh sopir, tanpa pikir panjang saya terima tawaran sebagai sopir PO Sinar Dempo sampe sekarang ini dengan sistem persenan (bagi hasil),” kata Gino sambil tersenyum.

Selama 10 tahun mengabdi di PO Sinar dempo ia mampu menyekolahkan ketiga anaknya.

Dari ketiga anaknya, anak pertama tengah duduk di bangku SMA Negeri di Tangerang, anak kedua saat ini menempuh pendidikan SMP di Pondok Pesantren di wilayah Lampung.

“Dari ketiga anak saya, yang paling besar sekolah SMA Negeri di Tangerang, yang ke dua SMP pondok Pesantren di Lampung dan yang paling kecil masih SD,” ujar warga Taman Royal, Poris, Kota Tangerang, tersebut.

Dia  menuturkan untuk bayaran sekolah yang paling besar yakni anak terakhir yang masih Sekolah Dasar (SD).

“Bayaran sekolah paling besar yang masih SD, per bulannya bisa Rp750 ribu. Dulu masih kuat buat bayaran, kalau sekarang payah (susah) karena corona,” tutur Gino.

Ia juga menceritakan selama pandemi Covid-19 ini pemasukannya kini menurun drastis hingga 50 persen dibandingkan sebelum pandemi.

“Corona begini pemasukan turun drastis 50 persen dari sebelum Corona. Apalagi pas dua bulan masa PSBB yang bus ngga boleh beroperasi, saya dirumah aja ga ada pemasukan, untung masih ada tabungan sedikit buat makan sehari-hari,” cerita Gino.

Selama pandemi saat ini, ekonomi keluarganya terbantu  istri yang berjualan pakaian secara online.

“Alhamdulillah saya terbantu oleh istri dari jualan pakaian onlinenya, yang bisa untuk menutup kebutuhan sehari-hari. Istri saya juga memaklumi pendapatan saya sekarang yang menurun drastis,” ujar Gino.

Harapan Gino, keadaan sekarang ini bisa kembali normal seperti dulu dengan penghasilan stabil.(bondan).