Kelakar Warga Kranji Bekasi Kemudikan Bus Sejahtera Keliling Medan: Sisa Penghasilan Bisa Buat Beli Pesawat

  • Oleh : Fahmi

Sabtu, 02/Janu/2021 17:21 WIB
Ronal Sianturi adalah pengemudi bus PO Sejahtera. Ronal Sianturi adalah pengemudi bus PO Sejahtera.

MEDAN (BeritaTrans.com) - Adalah Ronal Sianturi 43 tahun, pengemudi bus PO Sejahtera,   yang tengah menunggu keberangkatan di Terminal Amplas, Medan, Sumatera Utara.

Awalnya dia mengemudikan bus pariwisata di PO tersebut. Harus ke sana ke mari sekadar membantu perusahaan dan juga untuk mendapatkan pemasukan untuk dibawa pulang.

Baca Juga:
Terminal Amplas Baru Tipe A Diujicoba, Masih Sepi Aktivitas

Cuma di warung tenda bertiang bambu, dia bersama berteduh sambil bersantai juga tentu ada beberapa penumpang.

Baca Juga:
Menhub Minta Pemkot Medan Tertibkan Terminal Bayangan

Sebelum bus antarkota dalampropinsi yang dia 'piloti' tersisi penumpang, pantang baginya untuk beranjak dari terminal tersebut.

Dengan jadwal  keberangkatan dan mengetem selama satu jam sekali, deretan bus PO Sejahtera selalu silih berganti di terminal tersebut.

Baca Juga:
Melihat Terminal Amplas Medan yang Tengah Direvitalisasi

Warga Kranji, Bekasi, Jawa Barat, itu tidak selalu membawa bus tujuan Medan-Perapat tersebut. Dia dahulunya adalah sopir khusus pariwisata.

"Lagi lockdown ini gimana jalan? Lagi covid-covid gini hampir satu tahun nganggur. Makan modom (tidur) aja," ungkap Sianturi, Rabu (30/12/2020).

Sebelumnya, bapak lima orang anak ini mengantar bus pariwisata tersebut dari Jakarta untuk dijadikan bus AKDP sekalian menunggu sopir yang baru bekerja dan dia akan kembali lagi ke Bekasi.

"Ke Medan sering, cuma ini bantuan aja. Kebetulan yang girsang (nama pintu bus), mobil pegangan saya," katanya.

Mengendarai bus 48 kursi, dia mengungkapkan penumpang tidak selalu saja penuh, terlebih lagi di tengah pandemi banyak masyarakat membatasi aktivitasnya.

"Lumayanlah isi sewa, adalah buat beli beras dua liter, sisanya beli pesawat," candanya.

Mengendarai bus dengan berbagai jurusan diungkapkannya tidak berbeda dan tak memiliki kesulitan, lantaran baginya sopir harus bisa menguasai segala keahlian di mana saja.

"Ya ada bedanya, kalau sudah biasa sini gak terlampau susah," katanya.

Perbedaannya disebutkannya hanya macet di Jakarta ketimbang daerah lain.

Sianturi menjadi sopir bus sudah dari tahun 2000 dan sebelumnya sudah berpindah-pindah PO mulai dari bus kota, bus malam hingga pariwisata.

Kini dia berkerja di PO tersebut juga sedang menunggu kepastian, untuk beroperasinya lagi layanan pariwisata dan dia bisa bekerja secara rutin kembali.

Bus dengan desain yang mentereng juga modern, yang berfasilitas AC tersebut bertarif Rp50 ribu untuk yang Medan-Perapat dan Rp35 ribu Pematang Siantar.