Inggris Bakal Kirim Kapal Induk ke Laut China Selatan, Beijing Beri Peringatan

  • Oleh : Redaksi

Sabtu, 02/Janu/2021 19:58 WIB


BEIJING (BeritaTrans.com) - China memperingatkan Inggris dan negara Barat lainnya untuk tidak mengirim kapal perang ke Laut China Selatan.

“Negeri Panda” menyatakan bahwa pihaknya bakal mengambil tindakan yang diperlukan untuk menjaga kedaulatannya.

Baca Juga:
Dubes China Kunjungi Bakamla Bahas Proyeksi Peningkatan Kerja Sama

Ancaman tersebut dilontaskan China setelah muncul kabar kalau kapal induk terbaru Inggris, HMS Queen Elizabeth, akan dikerahkan ke Laut China Selatan dalam beberapa bulan mendatang.

Rencana pengerahan HMS Queen Elizabeth ke perairan tersebut merupakan bagian dari misi operasional pertamanya.

Baca Juga:
Menteri Pertahanan Prabowo Subianto Bertemu Menhan China di Xi`an, Bicara Penguatan Kerja Sama Pertahanan

Sepanjang 2020, ketegangan antara China dan Barat terus meningkat sebagaimana dilansir dari The Sun, Sabtu (2/1/2021).

Ketegangan tersebut disebabkan oleh berbagai sebab seperti penanganan China terhadap pandemi virus corona, penanganan terhadap aksi protes di Hong Kong, dan kendali atas Laut China Selatan.

Baca Juga:
66 Pesawat Tempur dan 14 Kapal Perang China Masuki Kawasan Taiwan

Sementara itu, Amerika Serikat (AS) sering mengirim kapalnya melalui Laut China Selatan untuk menantang klaim China atas wilayah tersebut.

Selain itu, ada spekulasi bahwa Inggris akan melakukan hal yang sama ketika HMS Queen Elizabeth beroperasi penuh.

Kapal induk tersebut diharapkan untuk bergabung dengan pasukan Angkatan Laut AS dan Jepang di dekat Kepulauan Ryukyu Jepang secepatnya pada 2021 menurut Kyodo News.

Dalam konferensi pers bulanan di Beijing pada Kamis (31/12/2020, Juru Bicara Kementerian Pertahanan China Tan Kefei ditanyai tentang rencana pengerahan HMS Queen Elizabeth tersebut di Laut China Selatan.

"Pihak China percaya bahwa Laut China Selatan tidak boleh menjadi lautan persaingan kekuatan besar yang didominasi oleh senjata dan kapal perang,” kata Tan.

Dia menambahkan bahwa alasan sebenarnya adanya militerisasi di Laut China Selatan berasal dari negara-negara di luar kawasan tersebut.

Pasalnya, China berpendapat bahwa kekuatan asing mengirimkan kapal-kapalnya ke Laut China Selatan, ribuan kilometer jauhnya dari rumahnya.

"Militer China akan mengambil tindakan yang diperlukan untuk menjaga kedaulatan, keamanan, dan kepentingan pembangunannya serta perdamaian dan stabilitas di Laut China Selatan," tutur Tan.

Sejumlah negara termasuk China, Taiwan, Brunei, Indonesia, Malaysia, Filipina, dan Vietnam membuat klaim atas sebagian Laut China Selatan.

Selain itu, berbagai negara lain ingin mempertahankan akses ke jalur pelayaran di daerah itu.

Laut China Selatan disebut sangat seksi karena perdagangan global senilai 3,4 triliun dollar AS (Rp 48.326 triliun) melewati perairan itu setiap tahun.

Angka tersebut menyumbang sekitar sepertiga dari semua perdagangan maritim global.

Selain itu, Laut China Selatan memiliki stok ikan yang melimpah serta cadangan minyak dan gas bumi yang besar.

Dalam beberapa tahun terakhir, China telah menarik kecaman internasional atas pembangunan pangkalan militernya di perairan yang disengketakan tersebut.

Gambar satelit juga menunjukkan jet tempur China dikerahkan ke pulau-pulau di wilayah tersebut.

Pengadilan Arbitrase Permanen di Den Haag pada 2016 menemukan bahwa tidak ada bukti kalau China secara historis melakukan kontrol eksklusif atas perairan atau sumber daya mereka.

Keputusan itu mengatakan bahwa tidak ada dasar hukum bagi China untuk mengeklaim hak bersejarah atas sumber daya di Laut China Selatan.

(lia/sumber:kompas.com)