Melihat Stasiun Tanjung Priok Cagar Budaya yang Masih Layani Penumpang KRL

  • Oleh : Fahmi

Senin, 11/Janu/2021 16:25 WIB
Bagian dalam Stasiun Tanjung Priok, Jakarta Utara. Bagian dalam Stasiun Tanjung Priok, Jakarta Utara.

JAKARTA (BeritaTrans.com) - Melihat bangunan tua bersejarah, juga sebagai cagar budaya, yang masih aktif sebagai prasarana penyedia jasa transportasi terjangkau untuk kawasan utara Jakarta menuju kota.

Bangunan itu ialah Stasiun Tanjung Priok, Jakarta Utara, yang berdekatan langsung dengan Terminal Tanjung Priok, yang juga termasuk terminal tersibuk di kawasan Jakarta. Juga bisa langsung menuju ke pelabuhan penumpang maupun petikemas.

Baca Juga:
KRL JakartaKota-Tanjung Priok hanya Beberapa Orang Penumpang

BeritaTrans.com dan Aksi.id yang sebelumnya menempuh perjalanan sekitar 25 menit naik KRL dari Stasiun JakartaKota menuju stasiun tersebut telah melalui beberapa stasiun antara lain Stasiun Ancol.

Sesampai di Stasiun Tanjung Priok terlihat susunan baja megah oleh overkaping atau atap peron yang melengkung. 

Di jalur atau rel lain terlihat beberapa lokomotif dan rangkaian kereta jarak jauh. Namun, untuk tidak menaik turunkan penumpang. Stasiun ini memiliki enam peron utama dan dua jalur di luar area bangunan stasiun.

Untuk keluar atau tab tiket KRL, juga masih berada di dalam bangunan atap luas tersebut dengan dibatasi pagar baja tua yang masih kokoh menyekat area ruang tunggu dan area peron. Loket tiket juga memiliki gaya khas.

Bangunan bergaya Art Deco Belandanya masih terasa kental. Loteng bagian depan stasiun masih tinggi. Tiang bangunan juga besar tampak memeberikan kesan kokoh. Jendela juga berukuran besar.

Di luar stasiun tersebut dapat ditemukan lalu lalang bus, angkot, kendaraan pribadi, dan TransJakarta menghiasi kesibukan aktivitas menuju Stasiun Tanjung Priok. Barisan abang-abang ojek menyapa penumpang yang keluar stasiun untuk menawarkan jasanya.

Selain sebagai cagar budaya, Stasiun Tanjung Priok melayani kereta KRL dan lokal. Kereta KRL melayani rute Tanjung Priuk-Jakarta Kota. Sedangkan untuk kereta lokal melayani rute Tanjung Priuk-Purwakarta. Namun, karena pandemi, untuk sementara KA lokal hanya sampai Stasiun Cikarang.

Mengenai sejarah Stasiun Tanjung Priok, juga dapat dilihat pada papan yang berada di depan bangunan stasiun. Disebutkan di sana Stasiun Tanjung Priok dahulunya dibangun tepat berada di atas dermaga Pelabuhan Tanjung Priok dan diresmikan pada 2 November 1885.

Tertulis bahwa aktivitas di Stasiun Tanjung Priok sepanjang abad ke 19-20 terus meningkat. Area pelabuhan pun diperluas dan stasiun pun digusur. Sebagai gantinya pada tahun 1914 di sebelah Halte Sungai Lagoa dibangun stasiun baru oleh Staatsspoorwegen, perusahan kereta api Negara Hindia Belanda. Bangunan ini dirancang oleh Ir C.W.Koch Hoofdingernieur SS.

Peresmian Stasiun Tanjung Priok penggunaanya tepat pada ulang tahun ke-50 Staatsspoorwegen, tanggal 6 April 1925 dan bersamaan dengan peluncuran pertama kereta listrik rute Tanjung Priok-Jatinegra.

Disebutkan juga bahwa Stasiun Tanjung Priok memiliki gaya arsitektur art deco dengan desain geometri pada bangunan serta model atap lengkung berbahan baja di bagian atap peron. Stasiun Tanjung Priok sempat tidak dioperasikan sejak Juni 1999 dan baru diaktifkan kembali pada 13 April 2009.

Bangunan bergaya art deco ini masih begitu megah di usianya yang telah lebih dari 100 tahun. Berwarna cat putih, geometris di setiap sisinya, tidak ada atap dan bangunannya yang tinggi membuatnya begitu mencolok di antara bangunan yang berada di Tanjung Priuk. (fahmi)