Tahan Kapal Tanker MT Hankuk Chemi dengan 20 Kru, Iran Bantah Menyandera Tapi Minta Korsel Cairkan 7 Miliar Dolar AS

  • Oleh : Redaksi

Selasa, 12/Janu/2021 08:57 WIB


TEHERAN (BeritaTrans.com) - Pemerintah Iran berharap pemerintah Korea Selatan (Korsel) segera mencairkan aset berupa uang sebesar US$7 miliar yang dibekukan akibat sanksi Amerika Serikat, jika ingin kapal tanker MT Hankuk Chemi segera dilepaskan.

Dilansir Reuters, Senin (11/1), Iran juga meminta Korsel tidak mempolitisasi penangkapan kapal tanker itu.

Baca Juga:
Kebakaran Kapal MT Kristin Surabaya di Pantai Ampenan, Ini Daftar ABK dan Kapten Kapal yang Dievakuasi

Wakil Menteri Luar Negeri Korea Selatan, Choi Jung-kun, bertandang ke Iran pada Minggu (10/1) kemarin untuk merundingkan pembebasan kapal MT Hankuk Chemi yang ditangkap dekat Selat Hormuz pada (4/1).

Baca Juga:
Kapal Tanker Terbakar Saat Perawatan Rutin di Thailand, 8 Pekerja Hilang

Iran membantah menyandera kapal tanker beserta 20 awaknya, dan mendesak Korsel segera mencairkan uang mereka. Iran dilaporkan membutuhkan uang itu untuk membeli vaksin virus corona dari luar negeri.

Apalagi saat ini Iran menjadi negara di kawasan Timur Tengah yang paling terdampak pandemi virus corona. Sebab, jumlah kasus infeksi virus corona dan tingkat kematian di negara itu cukup tinggi, seperti dilansir AFP.

Baca Juga:
PT Samudera Indonesia akan Ekspansif Tambah Kapal

Wakil Menteri Luar Negeri Iran, Abbas Araqchi, meminta Korsel tidak mempolitisasi penangkapan tanker itu, dan membiarkan proses hukum berjalan semestinya.

Pemerintah Iran mengatakan tanker itu ditangkap dengan alasan mencemari lingkungan.

"Selama dua setengah tahun bank Korsel membekukan aset Iran. Ini tidak bisa diterima karena Korsel tidak mempunyai kemauan politik yang baik untuk menyelesaikan masalah itu karena sanksi AS," ujar Araqchi.

Akan tetapi, menurut perusahaan pengelola MT Hankuk Chemi, Taikun Shipping, tidak ada indikasi pemerintah Iran menyelidiki kapal itu karena dugaan mencemari lingkungan.

Pemerintah Korea Selatan menegaskan tidak ada bukti yang menopang klaim Iran bahwa kapal tanker berbendera Korea Selatan mencemari laut ketika ditangkap oleh pasukan Garda revolusi Iran di awal pekan ini.

Rabu (6/1), dalam pernyataannya di Majelis Nasional, Wakil Menteri Luar Negeri Pertama Choi Jong-kun mengatakan, tuduhan dari Teheran terkait pencemaran laut sebagai dasar keputusan untuk menyita kapal tanker minyak di Selat Hormuz tidak dapat dibuktikan.

"Jika kontaminasi laut sampai pada tingkat yang terlihat dengan mata telanjang, kami dapat memastikannya dari helikopter. Tapi tidak ada bukti seperti itu yang terungkap dan kapal itu telah berlayar dengan peralatan keamanan yang cukup," kata Choi.

2 ABK WNI

Dua warga Indonesia anak buah kapal (ABK) tanker kimia berbendera Korea Selatan, Hankook Chemi, ikut ditahan pihak berwenang Iran dalam penyitaan yang terjadi di Selat Hormuz, Teluk Persia, pada awal pekan ini.

Kedutaan Besar RI di Teheran mengatakan telah melayangkan nota diplomatik kepada Kementerian Luar Negeri Iran mengenai permintaan klarifikasi terkait keberadaan kedua WNI ABK tersebut.

"KBRI Tehran akan terus melakukan koordinasi dengan berbagai pihak di Iran terkait keberadaan dan kondisi dua orang WNI ABK Hankook Chemi, kapal berbendera Korea Selatan yang ditahan oleh otoritas Iran," bunyi pernyataan KBRI di Teheran pada Selasa (5/1).

KBRI Teheran juga telah meminta akses kekonsuleran untuk bisa berkomunikasi dengan kedua ABK tersebut.

Selain WNI, Hankook Chemi turut mengangkut ABK yang berasal dari Korea Selatan, Vietnam, dan Myanmar. Namun, tidak disebutkan berapa jumlah awak kapal yang ditahan.

"Kementerian Luar Negeri Iran menyampaikan bahwa pihaknya telah mengunjungi kapal MT Hankook Chemi dan menyatakan seluruh kru termasuk kedua WNI ABK saat ini berada dalam kondisi baik dan sehat," kata KBRI Teheran.

AS Jatuh7akan Sanlsi

AS kembali menjatuhkan serangkaian sanksi sejak keluar dari perjanjian pembatasan pengayaan nuklir Iran pada 2018.

Perjanjian yang diteken pada 2015 itu meminta Iran membatasi pengayaan uranium dan membatalkan program senjata nuklir. Sebagai gantinya sanksi terhadap mereka akan dicabut satu persatu.

Iran kemudian membalas tindakan AS dengan terus meningkatkan proses pengayaan uranium hingga 20 persen. Hal ini menjadi pekerjaan rumah yang harus segera dicari jalan keluarnya oleh presiden terpilih, Joe Biden.

(Reuters)