Oleh : Naomy
JAKARTA (BeritaTrans.com) - Genap satu bulan musibah jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ 182 di perairan Kepulauan Seribu tepatnya 9 Januari 2022 - 9 Februari 2021.
Baca Juga:
KNKT: Transportasi Udara Sumbang Angka Kecelakaan Tertinggi yang Diinvestigasi
Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) merilis laporan awal dari penyebab jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ-182 di Jakarta, Rabu (10/2/2021).
Dalam laporan tersebut, KNKT memaparkan detik-detik sebelum jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ-182 di perairan Kepulauan Seribu.
Baca Juga:
Ini Kesimpulan Hasil Investigasi KNKT dari Kecelakaan Sriwijaya Air SJ 182
Ketua Sub-Komite Investigasi Kecelakaan Penerbangan KNKT Capt. Nurcahyo Utomo memaparkan, pada 9 Januari 2021, pesawat udara Boeing 737-500 registrasi PK-CLC, diawaki dua pilot, empat awak kabin dan membawa 56 penumpang.
"Pada pukul 14.36 WIB, pesawat berangkat dari Bandara Soekarno Hatta di landasan pacu 25R," ujar Nurcahyo.
Baca Juga:
6 Fakta Tragedi Sriwijaya Air SJ182
Dari hasil pembacaan kotak hitam flight data recorder (FDR) yang telah ditemukan dari dasar laut, pesawat tinggal landas dan terbang mengikuti jalur keberangkatan yang sudah ditentukan sebelumnya (ABASA 2D).
Selanjutnya, (FDR) merekam sistem autopilot aktif (engage) di ketinggian 1.980 kaki.
Ketika melewati ketinggian 8.150 kaki, tuas pengatur tenaga mesin (throttle) sebelah kiri bergerak mundur (tenaga berkurang) sedangkan yang kanan tetap.
Kemudian pukul 14.38 WIB, karena kondisi cuaca, pilot meminta kepada pengatur lalu lintas udara (ATC) untuk berbelok ke arah 075 derajat dan mendapatkan izin.
"Pada ketinggian 8.150 kaki, throttle atau tuas pengatur tenaga mesin sebelah kiri bergerak mundur. Tenaga mesin atau putaran mesin juga ikut berkurang, sedangkan mesin sebelah kanan tetap," urainya.
ATC kata dia, memperkirakan perubahan arah tersebut akan membuat SJ-182 berpapasan dengan pesawat lain yang berangkat dari Landas Pacu 25L dengan tujuan yang sama. Oleh karena itu pilot diminta untuk berhenti naik di ketinggian 11.000 kaki.
Pukul 14.39.47 WIB, ketika melewati 10.600 kaki dengan arah pesawat berada di 046 derajat, pesawat mulai berbelok ke kiri. Tuas pengatur tenaga mesin sebelah kiri kembali bergerak mundur sedangkan yang kanan masih tetap.
ATC memberi instruksi untuk naik ke ketinggian 13.000 kaki dan dijawab oleh pilot pukul 14.39.59 WIB.
"Itu merupakan komunikasi terakhir dari SJ-182 pada pukul 14.40.05 WIB, FDR merekam ketinggian tertinggi pesawat Sriwijaya yaitu 10.900 kaki," ujar Capt. Nurcahyo.
Komunikasi terakhir tersebut terekam di rekaman komunikasi pilot di ATC Bandara Soekarno Hatta.
Kemudian Pesawat mulai turun, autopilot tidak aktif (disengage) ketika arah pesawat di 016 derajat, sikap pesawat posisi naik (pitch up), dan pesawat miring ke kiri (roll).
Kata Capt. Nurcahyo, pukul 14.40.10 WIB, FDR mencatat autothrottle tidak aktif (disengage) dan sikap pesawat menunduk (pitch down).
"Sekitar 20 detik kemudian, FDR berhenti merekam data," tutupnya. (omy)