Perwira Tinggi AS: Militer China Makin Ofensif di Asia

  • Oleh : Redaksi

Kamis, 11/Mar/2021 13:27 WIB


Jakarta (BeritaTrans.com) - Seorang komandan tinggi AS memperingatkan kepada Kongres AS bahwasanya pemerintah China sedang mengumpulkan militer yang semakin ofensif dan kian memperluas jejak regionalnya. Hal ini lantaran Beijing berupaya ingin menggantikan kekuatan militer Amerika di Asia.

"Saya tidak bisa seumur hidup saya memahami beberapa kemampuan yang mereka [China] tempatkan di lapangan kecuali itu adalah postur yang agresif," kata Laksamana Philip Davidson, Kepala Komando Indo-Pasifik AS, dalam kesaksian di hadapan Senate Armed Services Committee, Senat untuk Komite Layanan Persenjataan.

Baca Juga:
Panas! 68 Jet Tempur dan 13 Kapal Perang China Langgar Garis Wilayah Taiwan

Davidson, yang dalam sidang tersebut mendukung adanya permintaan anggaran miliaran dolar untuk persenjataan baru di Pasifik, mengatakan peningkatan investasi diperlukan untuk menghalangi ambisi militer China di wilayah tersebut.

 

Baca Juga:
Ini Dia 8 Alutsista China yang Bikin Gemetar Amerika

Dia bahkan menggambarkan China sebagai "ancaman strategis jangka panjang terbesar bagi keamanan di abad ke-21"," katanya dikutip CNN International, Kamis (11/3/2021).

 

Baca Juga:
16 Pesawat Militer China Masuk Perbatasan, Menlu Malaysia Panggil Duta Besar China

Adm. Philip Davidson, head of US Indo-Pacific Command/Dok US NAVYFoto: Adm. Philip Davidson, head of US Indo-Pacific Command/Dok US NAVY
Adm. Philip Davidson, head of US Indo-Pacific Command/Dok US NAVY

Davidson mengatakan Beijing telah melakukan tindakan yang semakin mengancam, misalnya aktivitas militer China di sekitar Taiwan, lalu di sepanjang perbatasan yang disengketakan dengan India dan bahkan di sekitar pulau-pulau AS di Pasifik.

"Saya khawatir mereka mempercepat ambisi mereka untuk menggantikan Amerika Serikat dan peran kepemimpinan kami dalam tatanan internasional berbasis aturan, yang telah lama mereka katakan bahwa mereka ingin melakukannya pada tahun 2050. Jangan-jangan mereka memindahkan target itu lebih dekat," kata Davidson.

Di sisi lain, pemerintah China juga berupaya meningkatkan sisi defensif militernya. Hal itu terungkap dalam buku putih yang diperoleh CNN.

"Pengembangan pertahanan nasional China bertujuan demi memenuhi kebutuhan keamanan yang sah dan diharapkan bisa berkontribusi dalam upaya kekuatan perdamaian dunia," kata buku putih pertahanan negara itu tahun 2019.

"China tidak akan pernah mengancam negara lain atau mencari wilayah pengaruh apa pun."

Mengenai Taiwan, pulau dengan pemerintahan demokrasi sendiri yang diklaim China sebagai wilayah kedaulatannya, Davidson mengatakan Beijing mungkin akan mengambil langkah untuk mengambil kendali dalam waktu dekat.

"Saya pikir ancaman itu nyata selama dekade ini, sebenarnya dalam 6 tahun ke depan," katanya. Menurut dia ancaman terhadap Taiwan meningkat sementara kemampuan AS dalam mencegah tindakan China "terkikis."

Ketika ditanya apakah AS perlu membela Taiwan, Davidson mengatakan jika AS lambat maka akan merusak status internasional AS dan merusak kredibilitasnya sebagai mitra pertahanan.

China Daratan dan Taiwan telah diperintah secara terpisah sejak berakhirnya perang saudara berdarah pada 1949, tetapi Beijing berjanji untuk tidak pernah membiarkan pulau itu merdeka secara resmi dan menolak untuk mengesampingkan penggunaan kekuatan jika perlu.

"Taiwan adalah bagian tak terpisahkan dari China," kata juru bicara Kementerian Pertahanan China, Kolonel Senior Wu Qian, Januari lalu.

"PLA [People's Liberation Army, Tentara Pembebasan Rakyat] akan mengambil semua tindakan yang diperlukan untuk secara tegas mengalahkan setiap upaya oleh separatis 'kemerdekaan Taiwan', dan dengan tegas mempertahankan kedaulatan nasional dan integritas teritorial."

Mengutip perselisihan teritorial Taiwan dan Beijing, Wu pada Minggu lalu juga membela China yang baru saja mengumumkan peningkatan 6,8% dalam anggaran militer untuk tahun 2021. Dia menegaskan bahwa "dunia tidak dalam keadaan damai dan pertahanan nasional kita harus kuat," katanya dikutip dari media pemerintah China.

Sementara militer China telah lama meningkatkan kehadirannya di dekat pantainya, di tempat-tempat seperti Taiwan dan Laut China Selatan, Davidson mengungkapkan bahwa Tiongkok menjadi lebih aktif di sekitar wilayah Kepulauan Pasifik AS.

"Kami melihat penyebaran angkatan laut China, termasuk kapal selam yang melakukan pelayaran mengelilingi [Pulau] Guam dan Persemakmuran Mariana Utara," katanya.

Sebagai informasi, Pulau Guam adalah salah satu pulau yang termasuk dalam wilayah AS yang memiliki pemerintahan sendiri kendati dengan kewenangan terbatas.

Pulau yang memiliki nama resmi The United States (US) Territory of Guam ini berada di Samudra Pasifik Barat, dan menjadi pulau yang terbesar dari semua Kepulauan Mariana.

Dia juga mengutip video propaganda Tiongkok yang menggambarkan pembom menghantam Pangkalan Angkatan Udara Andersen di Guam serta pasukan rudal balistik kuat Beijing, yang berada dalam jangkauan di pulau Mikronesia dari daratan Tiongkok itu.

"Guam adalah target hari ini. Itu perlu dipertahankan," kata Davidson. Apalagi, katanya, pulau itu adalah rumah bagi 170.000 warga AS. "Pertahanan mereka adalah pertahanan tanah air."

Untuk itu, laksamana mengatakan Kongres perlu mendanai sistem pertahanan rudal Aegis Ashore, dengan biaya sekitar US$ 1,6 miliar atau Rp 22,4 triliun (kurs Rp 14.000/US$), untuk pulau itu.

Pertahanan rudal saat ini di Guam disediakan oleh sistem Terminal High Altitude Area Defense (THAAD), tetapi Davidson mengatakan itu tidak memberikan cakupan 360 derajat yang akan diperlukan untuk menjawab kemungkinan ancaman dari kapal, kapal selam, dan pesawat China yang bersenjata rudal.

"Kami harus menunjukkan bahwa ambisi apa pun yang mungkin dimiliki China dan ancaman apa pun yang mungkin diajukan terhadap Guam akan merugikan," katanya.

(lia/sumber:cnbcindonesia.com)

Tags :