Amerika Kirim Kapal Induk ke Selat Malaka

  • Oleh : Redaksi

Senin, 05/Apr/2021 21:13 WIB


Jakarta (BeritaTrans.com) - Amerika Serikat (AS) kembali bergerak di Laut China Selatan (LCS). Data Automatic Identification System (AIS) memperlihatkan hal ini Minggu (4/4/2021).

Melalui Twitter, lembaga SCP Probing Innitiative menunjukkan bagaimana Theodore Roosevelt CSG masuk. Kapal AS itu terlihat berlayar di Malaka, yang terletak di antara Semenanjung Malaysia dan Pulau Sumatera, Indonesia.

Baca Juga:
Filipina dan Amerika Latihan Perang di Laut China Selatan, Libatkan 8.900 Tentara

"Theodore Roosevelt CSG masuk ke LCS via Selat Malaka, pagi ini melansir data AID, per 4 April," tulis lembaga itu, dikutip Senin (5/4/2021).

Masuknya kapal perang AS berbarengan dengan naiknya ketegangan di LCS antara Filipina dan China. Manila akhir pekan ini menila China ingin menduduki lebih banyak wilayah di LCS.

Baca Juga:
Amerika Buru-Buru Cari Pesawat Tempur F-35 yang Jatuh, Khawatir Ditemukan China

"Kehadiran terus menerus milisi maritim China di daerah itu mengungkapkan niat mereka untuk menduduki lebih lanjut (wilayah) di Laut Filipina Barat," kata Menteri Pertahanan Delfin Lorenzana dikutip dari Reuters.

Filipina memanas ke China setelah ratusan kapal nelayan China berada di Whitsun Reef atau dikenal dengan Julian Felipe Reef. Area itu terletak di dalam zona ekonomi ekslusif Filipina, sejauh 200 mil.

Baca Juga:
Adu Jago di Laut China Selatan

Pada Sabtu, terpantau 44 kapal China masih berada di wilayah itu. Beijing sendiri menyebut kapal berlabuh karena cuaca buruk.

"Saya tidak bodoh. Sejauh ini cuaca bagus, jadi mereka tidak punya alasan untuk tinggal di sana, "kata Lorenzana lagi.

China mengklaim 90% wilayah LCS. Meliputi area seluas sekitar 3,5 juta kilometer persegi (1,4 juta mil persegi), readyviewed dengan konsep sembilan garis putus-putus (nine-dash line).

Klaim teritorial sepihak tersebut tumpang tindih dengan klaim beberapa negara ASEAN dan Taiwan. Selain dengan China, LCS sendiri berbatasan dengan Brunei Darussalam, Kamboja, Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, Taiwan, Thailand, dan Vietnam.

Sementara pada 2016, pengadilan internasional membatalkan klaim China atas 90% LCS. Tetapi Beijing tidak mengakui keputusan itu dan menyebutnya palsu.

AS masuk dengan klaim kebebasan navigasi. Pada Februari lalu, kapal perusak berpeluru kendali USS Russell AS juga melakukan "operasi kebebasan navigasi (FONOP)" di LCS melalui Kepulauan Spratly.

AS menentang keberadaan China di wilayah LCS. Paman Sam menyebutnya menganggu stabilitas kawasan.

(lia/sumber:cnbcindonesia.com)