Filipina dan Amerika Latihan Perang di Laut China Selatan, Libatkan 8.900 Tentara

  • Oleh : Redaksi

Selasa, 29/Mar/2022 06:25 WIB


QUEZON CITY (BeritaTrans.com)  —Filipina dan Amerika Serikat pada Senin (28/3) memulai latihan militer bersama,di Laut China Selatan  yang terbesar sejak 2015, dan hal ini menggarisbawahi peningkatan hubungan pertahanan.

Di masa lalu, Presiden Rodrigo Duterte mengurangi latihan perang yang dilakukan Filipina dengan Amerika dan meningkatkan hubungan dengan China.

Baca Juga:
Amerika Buru-Buru Cari Pesawat Tempur F-35 yang Jatuh, Khawatir Ditemukan China

Latihan tahunan "Balikatan" (bahu-membahu) melibatkan 8.900 tentara tahun ini yang akan mencakup latihan menembak dengan peluru tajam dan latihan dengan kendaraan serbu amfibi.

Sejak menjabat tahun 2016, Duterte berupaya mempererat hubungan dengan China dengan imbalan janji pinjaman, bantuan dan investasi, serta menjauhkan diri dari Amerika Serikat, negara sekutu yang punya perjanjian keamanan dengan Filipina.

Baca Juga:
Adu Jago di Laut China Selatan

Tetapi tahun lalu Presiden Filipina itu membatalkan ancamannya untuk menghapus pakta yang berusia dua dekade dan mengatur kehadiran pasukan AS di negara Asia Tenggara tersebut.

"Kami mengirim pesan kepada dunia bahwa aliansi antara negara kami lebih kuat dari sebelumnya," kata Menteri Pertahanan Filipina Delfin Lorenzana dalam sebuah pernyataan.

Baca Juga:
Perpanjangan Kerja Sama Maritim Indonesia-Amerika Bikin Gerah China

Pengerahan Balikatan tahun 2017 tersebut berkurang hampir setengahnya menjadi 5.500 tentara dari tahun sebelumnya dan tidak disertai latihan terkait pertempuran atas perintah Duterte, yang menilainya sebagai hambatan untuk pemulihan hubungan dengan China.

Latihan menembak dengan peluru tajam kembali diikut-sertakan pada tahun 2018 dan 2019 namun skala latihan tetap lebih kecil, kemudian pada tahun 2020 dibatalkan karena pandemi, sementara tahun lalu hanya 640 tentara yang ikut ambil bagian.

Direktur latihan militer AS, Mayor Jenderal Jay Bargeron mengatakan beberapa latihan terbaru, yang dirancang untuk meningkatkan kemampuan pertahanan negara dan kesiapan untuk menanggapi krisis, tidak boleh dianggap sebagai unjuk kekuatan.

Namun latihan ini yang akan berlangsung selama dua minggu, dilakukan ketika Manila mengecam kegiatan maritim China di bagian yang disengketakan di Laut China Selatan. 

Filipina Murka ke China

Sebelumnya Filipina murka karena kapal China melakukan manuver berbahaya di Laut China Selatan yang dinilai dapat memicu tabrakan dengan armada patroli mereka.

Kepala Coast Guard Filipina (PCG), Artemio Abu, menyatakan bahwa insiden itu terjadi pada 2 Maret lalu dekat Karang Scarborough. Wilayah ini menjadi sengketa kedua negara karena kaya akan ikan.

"Tindakan yang melibatkan kapal (coast guard China) meningkatkan risiko tabrakan dengan empat kapal utama kami," kata Abu dalam pernyataan resmi yang dikutip AFP, Minggu (27/3).

Dalam insiden itu, armada China mendekat sekitar 19 meter dari kapal patroli Filipina. Tindakan ini disebut melanggar Peraturan Internasional untuk Mencegah Tabrakan di Laut tahun 1972.

PCG bertugas melakukan patroli di dekat Karang Scarborough, tempat para nelayan negara itu mencari ikan.

Selama setahun terakhir, tercatat sudah empat kali kapal Coast Guard China melakukan manuver jarak dekat di sekitar lokasi itu. PCG telah melaporkan masalah ini Kementerian Luar Negeri Filipina.

Namun, sejauh ini belum ada komentar dari Kedutaan China di Filipina atau Kementerian Luar Negeri Filipina terkait insiden awal Maret itu.

China merebut Scarborough dari Filipina pada 2012 lalu. Namun, kapal-kapal Filipina terus berpatroli di perairan sekitar kawasan yang berada di dalam Zona Ekonomi Eksklusif mereka itu.

Ketegangan antara Filipina dan China di Laut China Selatan meningkat beberapa tahun terakhir.