Prediksi Pengiriman Barang Jelang Lebaran Meningkat, SCI Bocorkan Strateginya

  • Oleh : Naomy

Jum'at, 16/Apr/2021 10:57 WIB
Ilustrasi pengangkutan barang via laut Ilustrasi pengangkutan barang via laut

BANDUNG (BeritaTrans.com) - Supply Chain Indonesia (SCI) menyatakan kondisi pandemi telah mengubah perilaku belanja konsumen dari offline menjadi online.

Pihaknya memprediksi hal ini akan berdampak terhadap peningkatan pengiriman barang.

Baca Juga:
Hadapi Kompleksitas Logistik, SCI Tingkatkan Kompetensi SDM

Kebijakan PPKM dan larangan mudik juga memicu peningkatan pengiriman terutama kepada keluarga dan kerabat pada Ramadhan dan menjelang Lebaran.

"Rencana pemerintah dalam memberikan subsidi ongkos kirim (ongkir) pada hari belanja online nasional (harbolnas) sebelum Lebaran juga akan mendorong belanja online, sehingga akan berdampak pada peningkatan volume pengiriman. Harbolnas akan digelar serentak pada H-10 dan H-5 Idul Fitri," urai Head of Consulting Division SCI Zaroni di Bandung, Jumat (16/4/2021).

Baca Juga:
Ancaman Krisis Pangan Makin Terasa, SCI Beri 5 Rekomendasi Ini

Volume pengiriman pada Ramadhan dan menjelang Lebaran diperkirakan naik sekitar 40% jika melihat volume kenaikan pada tahun lalu yang kondisinya lebih ketat dibandingkan tahun ini.

Dia menjelaskan, untuk mengantisipasi peningkatan permintaan pengiriman barang selama bulan Ramadhan perlu upaya penyedia jasa logistik/kurir agar pengiriman tetap lancar dan tepat waktu.

Baca Juga:
Penerapan Logistik Hijau Tingkatkan Efisiensi Hingga 20 Persen

Beberapa strategi perlu dilakukan oleh penyedia jasa logistik/kurir maupun pengirim/konsumen.

Pertama, penyedia jasa logistik/kurir perlu menyiapkan kapasitas operasional yang memadai di setiap proses penanganan kiriman.

Mulai dari collecting atau drop point, baik untuk pengirim yang menyerahkan kirimannya di loket atau counter, maupun pengirim yang meminta layanan penjemputan (pick-up), sampai pengantaran (last-mile delivery).

"Kapasitas operasional ini mencakup tenaga kerja, peralatan, moda transportasi, layanan penerimaan kiriman, dan petugas penjemputan kiriman," tuturnya.

Kedua, penyedia jasa logistik/kurir perlu menyiapkan platform kolaborasi yang memungkinkan informasi permintaan pengiriman dari pelanggan dapat diprediksi secara akurat untuk penyiapan kapasitas operasional. 

Berdasarkan informasi yang diperoleh SCI, dari permintaan  dapat dipetakan penyiapan kapasitas operasional pada setiap tahapan prosesnya, mulai dari collecting, processing, transporting, sampai delivery-nya. 

Ketiga, khusus untuk pengiriman kiriman kargo, penyedia jasa logistik/kurir perlu mengedukasi pelanggan mengenai ketentuan jenis barang yang dapat dikirim sesuai karakteristik moda transportasi yang digunakan dan ketentuan mengenai pengepakan (packing) untuk keamanan selama proses penanganan (handling) kiriman.

"Terakhir, kolaborasi dengan perusahaan transportasi barang, khususnya moda transportasi mengenai jadwal penerbangan, rute, dan kapasitas muat angkutnya, untuk memastikan kiriman kargo udara dapat diangkut secara tepat waktu dan sesuai volume tonasenya," tutup Zaroni. (omy)

Tags :