Bela Laut China Selatan, Presiden Filipina Tak Takut Jika Dibunuh China

  • Oleh : Redaksi

Sabtu, 15/Mei/2021 22:24 WIB


Jakarta (BeritaTrans.com) - Presiden Filipina Rodrigo Duterte menolak seruan China untuk menarik kapal dari zona sengketa di Laut China Selatan. Bahkan ia sudah siap dengan konsekuensi memburuknya persahabatan antara Manila-Beijing.

Baginya, China tak berhak mengatur Filipina soal wilayah lautnya yang saat ini sedang diperebutkan beberapa negara.

Baca Juga:
Filipina dan Amerika Latihan Perang di Laut China Selatan, Libatkan 8.900 Tentara

Hal tersebut diungkapkan Duterte dalam pidatonya yang disiarkan televisi pada Jumat (14/5). Ia menegaskan hal tersebut karena China telah melakukan provokasi secara terang-terangan kepada Filipina.

 

Baca Juga:
Amerika Buru-Buru Cari Pesawat Tempur F-35 yang Jatuh, Khawatir Ditemukan China

"Kami memiliki pendirian di sini (Laut China Selatan), dan saya ingin mengatakannya di sini dan mulai sekarang bahwa kapal kami akan berada di sana. Kami tidak akan mundur satu inci pun," kata Duterte seperti yang dikutip dari Reuters.

"Saya tidak ingin bertengkar. Saya tidak ingin masalah. Saya menghormati posisi Anda [China], dan Anda harus menghormati posisi saya. Namun, kami tidak akan berperang," lanjutnya.

Baca Juga:
Adu Jago di Laut China Selatan

 

Duterte menyatakan dengan tegas, ia tak mundur dari keputusan menjaga wilayah, bahkan jika China sampai berniat membunuhnya.

"Saya tidak akan mundur. Bahkan jika kamu (China) membunuhku. Persahabatan kita akan berakhir di sini," ucap Duterte dengan nada datar.

Belum ada tanggapan lisan dan tulisan dari Kedutaan Besar China di Manila. Pemerintah China pun belum menanggapi pernyataan Duterte tersebut.

Dalam sepekan terakhir, Filipina memutuskan hadir di Pulau Thitu yang menjadi wilayah sengketa Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE). Pulau Thitu berada di dekat pangkalan militer China sejak beberapa bulan lalu.

 

Bulan lalu, China mengirim pesan bahwa Filipina harus 'menghentikan tindakan yang memperumit situasi dan meningkatkan perselisihan' di Laut China Selatan sebagai tanggapan atas latihan maritim militer Filipina.

 

Sebelumnya, Duterte banyak dikritik pengamat dan politisi Filipina dan internasional karena menolak menekan China untuk mematuhi putusan arbitrase tahun 2016 di Laut China Selatan yang menguntungkan Filipina.

Duterte mendapat kritik pada pekan lalu karena mengatakan penghargaan penting itu (arbitrase) hanyalah 'selembar kertas' yang bisa dibuang ke tempat sampah. Peluang pelanggaran tetap terbuka lebar.

(lia/sumber:cnnindonesia.com)