GMF Bidik Peluang Perawatan Pesawat Domestik dan Kargo

  • Oleh : Naomy

Rabu, 28/Jul/2021 16:34 WIB
Hanggar 4 GMF di Tangerang Hanggar 4 GMF di Tangerang

TANGERANG (BeritaTrans.com)  - Selama pandemi Covid-19 melanda dunia, PT Garuda Maintenance Facility Aero Asia Tbk (“GMF”, “kode emiten: GMFI”) telah memetakan fokus penguatan di seluruh lini bisnis yang berdampak pada kinerja Perseroan secara keseluruhan. 

Strategi pemulihan ditempuh guna menjaga keberlangsungan usaha dan menjadikan bisnis Perseroan lebih lean menuju era normal baru. 

Baca Juga:
Capital A dan Garuda Indonesia Group Jajaki Kerja Sama Berbasis Value Layanan Komersial dan Logistik di Wilayah Asean

"Hal ini dikarenakan industri penerbangan beserta pendukungnya diprediksi baru dapat sepenuhnya pulih mencapai kondisi normal pada tahun 2024 mendatang," ujar Direktur Utama GMF I Wayan Susena, Rabu (28/7/2021). 

Meski demikian, pasar domestik diproyeksikan mampu pulih lebih cepat dibandingkan pasar internasional, di mana hal ini menjadi angin segar bagi pasar domestik tanah air yang cukup kuat. 

Baca Juga:
Ditjen Hubud Dukung Pengujian BioAvtur Pesawat

Selain pasar domestik, segmen kargo juga dilansir menjadi segmen bisnis potensial yang terus tumbuh di tengah kondisi pandemi saat ini. 

"Berdasarkan laporan IATA periode April 2021, bisnis kargo tahun ini diprediksi masih akan terus menguat," ungkapnya. 

Baca Juga:
GMF Serahkan Hasil Modernisasi Pesawat Hercules C-130H ke Kemenhan

Pendapatan maskapai dari segmen bisnis ini secara global diproyeksikan akan meningkat hingga BUSD 152 atau sepertiga dari total pendapatan maskapai, dimana porsi ini meningkat signifikan dibandingkan periode-periode sebelumnya sebesar 10-15%. 

Hal tersebut jadi peluang untuk dibidik dan akan mendatangkan keuntungan bagi Perseroan, di mana GMF mengalami peningkatan volume pekerjaan perawatan berat, terutama untuk pesawat kargo yang berasal dari luar negeri.

Wayan menyatakan bahwa penguatan bisnis kargo ini menjadi peluang tersendiri bagi GMF untuk menggarap pasar perawatan pesawat preighter (passenger-freighter). 

“Pada 2020 hingga 2021 lalu, GMF telah melakukan konversi tiga pesawat preighter milik Garuda Indonesia Group. GMF juga melakukan inisiatif bisnis lain yang akan direalisasikan untuk memastikan kelangsungan usaha Perseroan, seperti diversifikasi bisnis pada segmen usaha yang tidak terlalu terdampak pandemi seperti power services, defence industry, dan business/private jets,” terang Wayan. 

Meski demikian, GMF tidak memungkiri bahwa sektor perawatan pesawat komersil masih menjadi kontributor terbesar bagi pendapatan Perseroan. Hal ini tercermin dalam Laporan Keuangan audited tahun buku 2020 di mana GMF berhasil mencatatkan pendapatan usaha sebesar MUSD 258,3. 

Pendapatan tersebut mayoritas dikontribusikan oleh sub-usaha reparasi dan overhaul sebesar MUSD 175,1, kemudian disusul oleh sub-usaha perawatan sebesar MUSD 52,6, dan pendapatan dari sub-usaha operasi lainnya sebesar MUSD 26.

Di samping menggenjot pendapatan usaha, Perseroan juga melakukan berbagai inisiatif efisiensi untuk menurunkan beban usaha, baik pada aspek beban pegawai, material, subkontrak maupun beban operasional lainnya. 

"Inisiatif efisiensi ini berhasil menekan beban-beban tersebut secara total hingga 25% dari tahun sebelumnya," tutur dia.

Melihat kondisi industri aviasi yang masih menantang, upaya tersebut masih akan terus dijalankan pada tahun 2021 ini. Selain  itu, Perseroan juga telah menyiapkan dan menerapkan sejumlah langkah strategis lainnya guna memitigasi dampak pandemi dan menjaga kesinambungan usaha. 

“Di tengah tingkat uncertainty dan complexity yang masih cukup tinggi, GMF tengah fokus menjaga arus kas dan likuiditas. Langkah ini diwujudkan melalui pengelolaan piutang dan cash, penundaan belanja modal (CAPEX) pada proyek non-prioritas, efisiensi biaya operasional dan penyesuaian beban usaha, renegosiasi kontrak vendor, serta restrukturisasi hutang dengan kreditur-kreditur atas pinjaman yang bersifat jangka pendek maupun jangka panjang,” beber dia.

GMF juga membuka peluang bagi perusahaan lessor secara langsung maupun operator airlines lewat kerja sama tiga pihak atau tripartite agreement. 

Hal ini bertujuan untuk meningkatkan cash in bagi GMF di tengah kondisi operator airlines yang mengalami kondisi pendanaan. Lewat skema tersebut, hingga Juni 2021, GMF mencatatakan pertumbuhan pendapatan lebih dari 200% dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya untuk pekerjaan redeliveryoleh customer lessor.

Strategi-strategi pemulihan kinerja juga merupakan bentuk tindak lanjut atas opini auditor. Opini tidak menyatakan pendapat didasari oleh ketidakpastian material atas likuiditas grup sebagai imbas dari pembatasan perjalanan maskapai sebagai pelanggan utama Perseroan akibat pandemi Covid-19. 

Manajemen Grup telah mengambil langkah yang dibutuhkan untuk memperbaiki kondisi keuangan, namun belum sepenuhnya terealisasi. Untuk itu, auditor belum memperoleh bukti yang cukup dan tepat untuk mendukung asumsi bahwa rencana manajemen dapat dicapai dalam jangka waktu yang diperlukan. 

"Meski demikian, Perseroan tetap mengapresiasi independensi auditor dalam menyampaikan opini berdasarkan pelaksanaan audit laporan keuangan untuk tahun buku 2020 yang dilaksanakan sesuai standar audit yang berlaku," ungkapnya.

Menanggapi hal tersebut, Perseroan menjadikan tahun 2021 sebagai momentum dalam melakukan pembenahan secara komprehensif untuk mempertahankan likuiditas dan meningkatkan kinerja fundamental keuangan Perseroan.

“Dengan berfokus pada strategi pemulihan finansial secara berkelanjutan, diversifikasi bisnis dan operational excellence bagi pelanggan, GMF diharapkan mampu menjaga keberlangsungan usaha dan mewujudkan visi barunya sebagai perusahaan MRO yang paling bernilai bagi pemangku kepentingan pada tahun 2024 mendatang,” tutup Wayan. (omy)