Anggota DPR/MPR Sawer Uang Tunai kepada para Wartawan Peserta Sosialisasi 4 Pilar Kebangsaan

  • Oleh : Taryani

Senin, 13/Sep/2021 17:46 WIB
Anggota DPR/MPR Dr. Herman Khaeron berdiri memberikan materi pemaparan pada Sosialisasi 4 Pilar Kebangsaan bagi pers. (Taryani) Anggota DPR/MPR Dr. Herman Khaeron berdiri memberikan materi pemaparan pada Sosialisasi 4 Pilar Kebangsaan bagi pers. (Taryani)

INDRAMAYU (BeritaTrans.com) – Anggota DPR/MPR  Dr. H. Herman Khaeron, Minggu (12/9/2021) menggelar Sosialisasi 4 Pilar Kebangsaan yang berlangsung di salah satu ruang di Hotel Wiwi Perkasa, Indramayu.

Kegiatan yang diikuti puluhan wartawan itu terselenggara berkat kerja sama Herman Khaeron Center dengan Pengurus PWI Perwakilan Indramayu dan pengurus salah satu organisasi media online. 

Sosialisasi 4 Pilar Kebangsaan ini materinya meliputi; Pancasila Sebagai Dasar dan Ideologi Negara, UUD Tahun 1945 Sebagai Konstitusi Negara Serta Ketetapan MPR, Negara Kesatuan Republik Indonesia Sebagai Bentuk Negara, Bhineka Tunggal Ika Sebagai Semboyan Negara.

Kegiatan itu dilaksanakan dengan menerapkan protokol kesehatan. Setiap peserta  memakai masker, mencuci tangan dengan sabun serta duduk di kursi berjarak lebih dari 1 meter.

Sekalipun waktu sosialisasi sekitar pukul 14.20 WIB  yang biasa disebut jam lelah, namun kegiatan itu berlangsung sukses.

Tidak ada seorang peserta pun mengantuk. Apalagi, di sela-sela pemaparan, Dr. Herman Khaeron  menyiapkan hadiah uang tunai,  mulai seratus ribu rupiah hingga satu juta rupiah kepada peserta yang berhasil menjawab pertanyaan dengan benar.

Herman Khaeron sebagai pembicara tunggal saat memaparkan materi Pancasila Sebagai Dasar dan Ideologi Negara ternyata mampu memancing perhatian para peserta dengan melemparkan pertanyaan,  sebutkan Sila Ke-4 Pancasila.

Beberapa peserta seperti berebut mengacungkan tangan. Pembicara mempersilakan tiga peserta menjawab pertanyaan.

Ketiga peserta dinilai menjawab dengan benar. Dan DR. Herman Khaeron langsung  merogoh kantong meraih  3 lembar uang seratus ribuan dan diberikan kepada 3 peserta tadi.

Tepuk tangan dan sorak sorai para peserta,  spontan menggema di ruangan berukuran lebar sekitar 7 meter dan panjang 15 meter itu.

Di sela-sela pemaparan tentang UUD Tahun 1945 pun, DR. Herman Khaeron lagi-lagi menyiapkan hadiah uang tunai. Kali ini jumlahnya lumayan besar  Rp 500 ribu kepada 3 orang yang bisa menyebutkan dengan benar Pembukaan UUD Tahun 1945.

Lagi-lagi ada tiga peserta yang berani mengacungkan tangan menjawab pertanyaan yang dinilai agak berat itu.

Sayangnya ketiganya dinilai tidak bisa menjawab pertanyaan itu dengan sempurna. “Walaupun jawabannya tidak lengkap, tapi saya tetap hargai,  karena keberaniannya tampil di depan. Nih saya kasih masing-masing Rp 100 ribu,” ujarnya disambut tepuk tangan para peserta.

Tiba giliran hadiah puncak digulirkan,  berupa uang tunai Rp 1 juta, ternyata tak seorangpun peserta berani mengacungkan tangan. Para peserta ibarat petinju melempar handuk putih ke gelanggang. Artinya tidak mampu menjawab pertanyaan, “Coba sebutkan Pasal 1 sampai dengan Pasal 37 UUD 1945,”

Kendati hadiah puncak Rp 1 juta gagal diraih, namun para peserta tak kecewa. Raut wajah puluhan peserta Sosialisasi 4 Pilar DPR itu tampak tetap ceria.

DR. Herman Khaeron, sebagai Anggota DPR dan Anggota Badan Sosialisasi di MPR dirinya punya kewajiban ganda. “Satu di DPR. Dua di MPR,” ujarnya.

Ia melanjutkan, dahulu Anggota MPR itu ketemunya setahun sekali,  saat Sidang Tahunan. Tetapi sekarang MPR sudah ada Badan Kajian dan Badan Sosialisasi. Ini merupakan bagian tugas supaya ada fungsi di MPR.

Sosialisasi 4 Pilar Kebangsaan ini lahir di era pemerintahan Presiden SBY tahun 2009,  sejalan dengan Ketua MPR Taufik Kiemas.

“Jadi persahabatan antara Pak SBY dan Pak Taufik Kiemas itu melahirkan 4 Pilar Kebangsaan. Yang maknanya sangat jauh ke depan,” ujarnya.

Karena lanjut DR. Herman Khaeron, kalau melihat bagaimana perubahan peradaban bangsa kita yang terus terjadi dinamika dan menyebabkan mulai abai. Mulai melupakan terhadap sejarah perjuangan bangsa.

Anak-anak yang masuk ke dalam milenial atau generasi Z usia SMP saat ini, kalau ditanya tentang sejarah agak gelagapan.

“Tapi kalau ditanya tentang Tiktok jago.Tentang facebook jago,” katanya.

Ini realitas, fakta yang harus dilihat bahwa ada benarnya juga ide dan gagasannya dulu Pak SBY dan PakTaufik Kiemas yang kemudian sekarang menjadi Tugas Pokok di MPR terkait  4 Pilar Kebangsaan.

Sebetulnya katanya sudah ada 4 Pilar Kebangsaan itu. Karena Pancasila ini bukan barang baru. Pancasila lahir sejak Kemerdekaan Republik Indonesia.

Artinya,  bahwa minimalnya setidak tahunya seseorang, pasti pernah dan mendengar Pancasila.

Cuma kalau ditanya apa sih nilai-nilai Pancasila. Mungkin agak repot jawabnya. “Saya juga ingin ngetes sebetulnya ke teman-teman wartawan. Nilai-nilai Pancasila itu seperti apa. Tapi daripada stres enggak saya tanya,” ujarnya disambut tepuk tangan para peserta.

Ia mengemukakan, yang penting bagi kita kenapa Pancasila disebut sebagai bagian terpenting dalam 4 Pilar Kebangsaan, karena ini adalah Dasar Negara, Pondasi Negara, Falsafah Negara, Filosofis Negara, Tujuan Negara itu tergambarkan dalam Visi Pancasila.

“Pancasila kalau dimaknai agak repot juga. Misalkan yang Sila Ke-4. Coba siapa yang bisa menyebutkan Sila Ke-4. Ayo ada cepek (seratus ribu-red) nih,” ujarnya.

Ikhsan, Suratno dan Yonif mengangkat tangan dan menjawab dengan benar. “Tolong ini sampaikan kepada tiga orang,” ujar Dr. Herman Khaeron sambil merogoh 3 lembar uang pecahan Rp 100 ribu. 

Nanti ada hadiah lagi Rp500 ribu, selanjutnya Rp1 juta,” ucapnya.

Namanya sebagai dasar, kalau buat rumah itu pondasi menjadi penting. Kalau pondasinya kuat maka bangunannya akan kuat.

Batas-batas negara pun sekarang ini tidak bisa diawasi secara intensif. Karena batas negara sekarang ada di dalam HP kita.

“Ini HP saya tercanggih. Apapun bisa saya gunakan di sini. Kenapa ? karena HP ini bisa menjadi doktrin efektif mempengaruhi diri dan perilaku kita,” ujarnya.

Sekarang paparnya kalau bangun tidur, saya cari HP. Bukan istri.  “Karena istri juga cari HP  hehehehe,” ujarnya sambil melirik keistrinya yang tengah duduk di sebelah.

Orang ketinggalan HP itu nyesalnya luar biasa. Dulu ketinggalan HP biasa saja. Ini artinya bahwa penjajahan era baru sudah mulai ada dalam diri kita.

Dijajah secara ideologi. Dijajah secara mental. Bahkan suatu saat dijajah secara spiritual. Hanya cara-cara doktrin itu pelan-pelan. Satu tetes dua tetes, lama-lama jadi dekok atau berlubang. Itulah cara doktrin.

Negara-negara lain yang sudah punya doktrin tersendiri bisa mendoktrin terhadap nilai-nilai Pancasila sebagai budaya kita.

Pancasila itu  ada di titik tengah. Tidak ke kanan, tidak ke kiri. Artinya tidak liberalis tidak sosialis. Ekonomi kita juga  ekonomi Pancasila, bukan pasar bebas.

Inilah yang menjadi kekhasan Indonesia. Dengan tidak adanya bertentangan dengan agama dan nilai-nilai budaya, Pancasila semestinya menjadi kebanggaan dengan nilai-nilai yang melekat pada diri kita semua.

"UUD Tahun 1945 kita sebut sebagai konstitusi. UUD Tahun 1945 sebagai sumber hukum tertinggi. Setiap Undang-Undang yang bertentangan dengan norma-norma UUD Tahun 1945,  maka bisa digugat di Mahkamah Konstitusi,” paparnya.

Nah sehubungan dengan hal tadi, ini ada Rp500 ribu. “Ayo siapa yang hafal Pembukaan UUD1945,” ujarnya.

Tiga peserta memberanikan mengacungkan tangan. Namun sayangnya, ketiganya dinilai menjawab pertanyaan tidak lengkap, sehingga Dr. Herman Khaeron hanya memberikan hadiah masing-masing Rp100 ribu saja. (Taryani)