Akibat Gempa Jepang, Kereta Komuter di Tokyo Tertunda dan Penuh Sesak

  • Oleh : Fahmi

Sabtu, 09/Okt/2021 06:12 WIB
Penumpang memadati stasiun komuter di Jepang. (Ilustrasi) Penumpang memadati stasiun komuter di Jepang. (Ilustrasi)

TOKYO (BeritaTrans.com) - Layanan kereta komuter di Tokyo, Jepang, masih mengalami penundaan sehari usai gempa bumi berkekuatan Magnitudo 5,9 mengguncang. 

Akibatnya, sejumlah kereta komuter penuh sesak dan antrean panjang penumpang terpantau di beberapa stasiun komuter di ibu kota Tokyo pada Jumat (8/10) waktu setempat. 

Baca Juga:
Libur Lebaran Usai, KAI Commuter Layani Lebih 954 Ribu Penumpang KRL Tiap Harinya

Seperti dilansir kantor berita Reuters, Jumat (8/10/2021), gempa bumi terjadi pada Kamis (7/10) malam, sekitar pukul 22.41 waktu setempat, yang berpusat di timur Tokyo dan tercatat sebagai 'Strong 5' dalam skala intensitas Jepang. Gempa itu memicu pemadaman listrik dan beberapa kerusakan pada bangunan. 

Pemerintah menerima sejumlah laporan soal terputusnya pasokan air dan aliran listrik untuk 250 bangunan di pusat Tokyo. Salah satu stasiun komuter terbesar, Shinagawa, tidak dapat beroperasi akibat pemadaman listrik. Hal itu memicu antrean panjang orang-orang yang terpaksa pulang menggunakan taksi pada Kamis (7/10) malam. 

Baca Juga:
KAI Commuter Prediksi 900 Ribu Lebih Penumpang KRL Jabodetabek di Hari Pertama Kerja Usai Libur Lebaran

Puluhan orang terluka, dengan sebagian besar mengalami luka ringan akibat jatuh maupun tertimpa benda jatuh. 

Hingga Jumat (8/10) pagi waktu setempat, semuanya kembali normal kecuali beberapa jalur kereta komuter yang mengalami keterlambatan atau beroperasi dengan kapasitas terbatas. Akibatnya, antrean panjang penumpang meluap hingga ke jalanan di luar stasiun karena terlalu padat. 

Baca Juga:
Stasiun Integrasi KRL dengan KA Lokal, KAJJ, LRT hingga KA Bandara Terjadi Peningkatan Penumpang, KAI Commuter: Memudahkan Perjalanan Mudik Masyarakat

Badan Meteorologi Jepang juga menyatakan bahwa gempa susulan dengan kekuatan yang sama mungkin dapat terjadi hingga satu minggu ke depan. 

Tagar 'berkat gempa", dalam bahasa Jepang, menjadi tren via Twitter ketika warga Tokyo, yang sudah terbiasa dengan gempa, mencoba untuk melupakan peristiwa tersebut. Mereka bercanda dengan menyalahkan gempa sebagai pemicu segala masalah mulai dari kacamata yang hilang hingga kucing yang ketakutan. 

"Sepertinya komuter sangat padat, berkat gempa," cuit salah satu pengguna Twitter. "Satu-satunya keberuntungan dalam hal ini adalah banyak orang sekarang setidaknya memiliki satu dosis vaksin (virus Corona)," lanjutnya. 

Gempa bumi merupakan hal yang cukup sering terjadi di Jepang. Negara itu menyumbang sekitar 20% gempa bumi berkekuatan Magnitudo 6 atau lebih di dunia. 

Pada 11 Maret 2011, gempa bumi berkekuatan Magnitudo 9 melanda pantai timur laur Jepang, yang sejauh ini tercatat sebagai gempa terkuat, menyebabkan tsunami besar dan korban jiwa nyaris menyentuh 20.000 orang. 

Gempa dan tsunami menyebabkan kerusakan pembangkit listrik tenaga nuklir, Fukushima Daiichi, yang memicu krisis nuklir terburuk di dunia sejak Chernobyl di Rusia.(fh/sumber:detik)