BMKG Imbau Tingkatkan Kewaspadaan Hadapi La Lina dan Peningkatan Risiko Hidrometeorologi hingga Awal Tahun 2022

  • Oleh : Fahmi

Senin, 18/Okt/2021 17:25 WIB
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati dalam konferensi pers daring, Senin (18/10/2021). Kepala BMKG Dwikorita Karnawati dalam konferensi pers daring, Senin (18/10/2021).

JAKARTA (BeritaTrans.com) - Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengimbau semua pihak untuk meningkatkan kewaspadaan menghadapi dampak La Nina yang diprediksi akan datang pada akhir Tahun 2021. 

"Kita harus bersiap untuk menghadapi datangnya La Nina, seperti akhir tahun lalu. Yaitu La Nina menjelang akhir tahun ini yang diprakirakan akan akan berlangsung dengan itensitas lemah hingga moderat atau sedang seperti tahun lalu setidaknya hingga Januari 2022," kata Kepala BMKG Dwikorita Karnawati dalam webinar, terkait waspada La Nina dan peningkatan risiko bencana hidrometeorologi di wilayah Indonesia, Senin (18/10/2021). 

Baca Juga:
18 Provinsi Waspada Bencana Hidrometeorologi, Termasuk Jabar, Jateng dan Jatim

La Nina tahun ini diprediksi memiliki dengan bencana hidrometeorologi. La Nina adalah fenomena yang dikontrol oleh perbedaan suhu muka air laut antara Samudra Pasifik bagian tengah dengan wilayah perairan Indonesia, sehingga suhu muka laut di wilayah Indonesia menjadi lebih hangat. 

Berdasarkan monitoring terhadap perkembangan terbaru dari data suhu permukaan laut di Samudra Pasifik bagian tengah dan timur,  menunjukkan bahwa saat ini nilai anomali telah melewati ambang batas La Nina, yaitu sebesar -0.61 pada Dasarian I Oktober 2021. Kondisi ini berpotensi untuk terus berkembang. 

Baca Juga:
BMKG Ungkap Potensi M8,7 dan Tsunami 8 Meter di Selat Sunda, Ini Wilayah Paling Rentan

Secara teori, Dwikora menjelaskan ambang batas La Nina dengan intensitas lemah, yaitu adanya anomali mencapai 0,5. 

La Nina tahun ini, kata Dwikorita. Diperkirakan akan berlangsung dengan intesitas lemah hingga sedang hingga Februari 2022. 

Baca Juga:
BMKG Ungkap Pulau Jawa Memiliki Potensi Tsunami, Bisa di Atas 20 Meter

Kondisi tersebut sama seperti kejadian La Nina 2020 dengan intensitas yang sama dimana hasil kajian BMKG menunjukkan bahwa curah hujan mengalami peningkatan pada November, Desember 2021 dan Januari 2022. 

Peningkatan curah hujan tersebut terjadi di Sumatera bagian selatan, Jawa, Bali hingga NTT, Kalimantan bagian selatan dan Sulawesi bagian selatan. Peningkatan curah hujan bulanan berkisar antara 20-70 persen di atas normalnya. 

"Dengan adanya potensi peningkatan curah hujan pada periode musim hujan tersebut maka perlu kewaspadaan dan kesiapsiagaan terhadap potensi lanjutan dari curah hujan tinggi yang berpotensi memicu bencana hidrometeorologi," katanya. 

Dwikorita juga mengingatkan agar pemerintah daerah, masyarakat, dan semua pihak terkait dengan pengelolaan sumber daya air dan pengurangan risiko bencana yang berada di wilayah yang berpotensi terdampak La-Nina, agar bersiap segera untuk melakukan langkah pencegahan dan mitigasi terhadap peningkatan potensi bencana Hidrometeorologi seperti banjir, longsor, banjir bandang, angin kencang atau puting beliung ataupun terjadinya badai tropis. 

Sementara itu Deputi Klimatologi Urip Haryoko menambahkan, berdasarkan hasil pengamatan data dari jejaring stasiun pengamatan hujan BMKG di seluruh wilayah Indonesia hingga Dasarian I (sepuluh hari pertama) Oktober 2021, menunjukkan hasil monitoring perkembangan musim hujan tahun 2021/2022 bahwa 19,3% wilayah zona musim di Indonesia telah memasuki musim hujan. 

"Beberapa zona musim Indonesia yang telah mengalami musim hujan tersebut meliputi wilayah Aceh bagian tengah, Sumatra Utara, sebagian besar Riau, Sumatra Barat, Jambi, sebagian besar Sumtera Selatan, Lampung bagian barat, Banten bagian timur, Jawa Barat bagian selatan, Jawa Tengah bagian barat, sebagian kecil Jawa Timur bagian selatan, sebagian Bali, Kalimantan Utara, sebagian besar Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan bagian selatan dan timur, Kalimantan tengah bagian timur, Pulau Taliabu, dan Pulau Seram bagian selatan," terang Urip. 

Hal ini menunjukkan kesesuaian dengan prediksi prakiraan awal musim hujan 2021/2022 BMKG. 

BMKG juga telah memprakirakan bahwa sebagian wilayah Indonesia yang akan memasuki periode Musim Hujan mulai Oktober ini, meliputi wilayah Aceh bagian timur, Riau bagian tenggara, Jambi bagian barat, Sumatra Selatan bagian tenggara, Bangka Belitung, Banten bagian barat, Jawa Barat bagian tengah, Jawa Tengah bagian barat dan tengah, sebagian DI Yogyakarta dan sebagian kecil Jawa Timur, Kalimantan Tengah bagian timur, Kalimantan Selatan dan Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara. 

Sedangkan beberapa wilayah Indonesia lainnya, akan memasuki musim hujan pada bulan November hingga Desember 2021 secara bertahap dalam waktu yang tidak bersamaan. Secara umum, sampai dengan bulan November 2021 nanti diprakirakan 87.7% wilayah Indonesia telah memasuki musim hujan. Kemudian pada akhir bulan Desember 2021, BMKG memprakirakan *96.8% wilayah Indonesia telah memasuki musim hujan.

Perlu dicermati juga bulan Oktober ini bagi beberapa wilayah  di pulau Jawa, Bali, Nusa Tenggara dan Sulawesi Selatan merupakan wilayah yang sedang mengalami periode transisi atau peralihan musim dari musim kemarau ke musim hujan. Pada periode peralihan musim ini, perlu diwaspadai fenomena cuaca ekstrim yang sering muncul, seperti hujan lebat, angin puting beliung, angin kencang meskipun periodenya singkat tapi sering memicu terjadinya bencana hidrometeorologi. 

Kewaspadaan dalam menghadapi musim hujan ini selain wilayah-wilayah yang langganan atau berpotensi banjir dan longsor, lebih waspada lagi pada periode puncak musim hujan yang diprediksi akan dominan terjadi bulan Januari dan Februari 2022.(fahmi)