Profil Prof Adi Utarini, Peneliti Indonesia Masuk Daftar 100 Orang Paling Berpengaruh di Dunia 2021

  • Oleh : Dirham

Jum'at, 05/Nov/2021 10:37 WIB
Prof Adi Utarini.  Prof Adi Utarini. 

JAKARTA (BeritaTrans.com) – Prof Adi Utarini atau akrab disapa Prof Uut masuk dalam daftar 100 orang paling berpengaruh di dunia 2021. Perempuan ini merupakan Guru besar Universitas Gadjah Mada (UGM). 
Adi Utarini saat ini menjabat guru besar kesehatan masyarakat di Departemen Kebijakan dan Manajemen Kesehatan UGM Yogyakarta. Hobinya adalah bersepeda dan bermain piano.  

Suami Utarini, Iwan Dwiprahasto, juga adalah pengajar di UGM. Iwan meninggal akibat pandemi Covid-19 pada Maret 2020.

Prof Uut berprofesi sebagai peneliti kesehatan masyarakat yang bekerja di bidang pengendalian penyakit demam berdarah. 

Pada 2020, Prof Uut juga masuk dalam daftar “10 Orang Penting di Dunia Sains” yang dirilis jurnal ilmiah Nature.  

Dia mempelopori uji coba terkontrol pelepasan nyamuk-nyamuk ber-wolbachia. Wolbachia adalah bakteri yang terdapat dalam tubuh serangga. 

Urutan 19 Melinda French Gates di laman Time menyampaikan testimoni secara khusus tentang Adi Utarini. Menurut pendiri Bill and Melinda Gates Foundation itu, perkenalannya dengan Uut berlangsung beberapa tahun lalu. 

Dalam kunjungannya ke Indonesia kala itu, Melinda mendatangi sebuah keluarga yang tinggal di dekat laboratorium Prof Uut di Yogyakarta. 
“Saya ingin mendengar bagaimana dia (Uut) berhasil meyakinkan orang-orang untuk membiarkan dia melepaskan sekawanan nyamuk di sekitar lingkungan mereka,” ungkap Melinda.  

Di daerah itu, Uut memimpin pelepasan nyamuk-nyamuk aedes aegypti ke lingkungan permukiman penduduk sebagai cara untuk memberantas wabah demam berdarah dengue (DBD). 

Caranya itu tentu saja terbilang kontroversial. Mungkin banyak yang bertanya-tanya, “mau membasmi penyakit, tapi kok malah menyebarkan hewan pembawa penyakit itu?” 

Tenang dulu. Nyamuk-nyamuk yang dilepaskan Uut dan timnya adalah nyamuk yang sudah mengandung bakteri wolbachia.  

Keberadaan bakteri alami tersebut membuat virus dengue jadi tidak bisa bereplikasi di dalam nyamuk Aedes aegypti. 

Dengan begitu, nyamuk itu pun menjadi tidak berbahaya lagi. Metode itu ternyata terbukti manjur dalam menekan wabah DBD. Setelah melakukan uji terkontrol secara acak sejak 2016, pada Agustus 2020 Uut mengumumkan bahwa penggunaan nyamuk ber-wolbachia berhasil mengurangi kasus DBD sebesar 77 persen selama periode penelitian. 

“Ini adalah kemenangan kemajuan global bahwa sebagian besar tingkat penyakit menular cenderung menurun dari tahun ke tahun,” ucap mantan istri orang terkaya dunia Bill Gates itu. 

Menurut Melinda, DBD memengaruhi hampir 400 juta orang setiap tahun. Penyakit itu digambarkan oleh WHO sebagai salah satu dari 10 ancaman terbesar bagi kesehatan dunia. 

Namun, riset yang dilakukan Uut dan timnya kini dapat dirasakan manfaatnya oleh jutaan orang di seluruh dunia dalam memerangi demam berdarah. 

“Studi terobosan yang dia pimpin adalah yang pertama membuktikan bahwa teknik ini berhasil menurunkan tingkat penyakit di lingkungan masyarakat,” kata Melinda. (ds/sumber iNews.id)