Kapal Induk Niaga Batavia Tabrak Karang & Karam di Pelayaran Perdananya

  • Oleh : Redaksi

Rabu, 24/Nov/2021 09:29 WIB
Sisa-sisa bangkai kapal Batavia dipamerkan di Museum WA.(Supplied: Westn Australian Museum, Patrick E. Baker) Sisa-sisa bangkai kapal Batavia dipamerkan di Museum WA.(Supplied: Westn Australian Museum, Patrick E. Baker)


Monday 22 Nov 2021 at 1:51pm

Man shines a light to boat hull as woman holds toolPeneliti Marta Domínguez-Delmás dan Aoife Daly bersiap untuk mengambil sampel cincin pohon dari papan lambung kapal Batavia.(Supplied: Wendy van Duivenvoorde)

Baca Juga:
Pantau Langsung Evakuasi KMP Tunu Pratama, Menhub Dudy Instruksikan KNKT Investigasi

Bangkai kapal Batavia mengungkap informasi baru tentang pembuat kapal induk perusahaan dagang 'Dutch East India'.

  • Kapal Batavia dibuat di Amsterdam tetapi menabrak karang di Australia Barat dan karam dalam pelayaran perdananya
  • Para peneliti telah menentukan dari mana kayu yang digunakan kapal itu berasal
  • Ini membantu membangun gambaran pembuatan kapal Belanda dan perdagangan kayu internasional pada tahun 1600-an

Kapal Batavia tenggelam di lepas pantai Australia Barat di tahun 1629.

Baca Juga:
Pangkalan PLP Tanjung Priok Berhasil Evakuasi ABK Kapal TB Mega 09 yang Tenggelam di Selat Sunda, Ini Kronologinya!

Pada tahun 1970-an, kapal ini diangkat dari dasar laut dan sekarang dipajang di Western Australia Maritime Museum di Fremantle, Australia Barat.

Ini adalah satu-satunya kapal abad ke-17 yang masih tersisa dari Perusahaan Hindia Belanda (VOC).

Baca Juga:
Kapal LCT Bora V Tenggelam di Sulut Sudah Ditemukan, 10 Orang Selamat, 2 Meninggal dan 6 Masih Hilang

Peneliti utama, Profesor Wendy van Duivenvoorde dari Flinders University, mengatakan visi Museum Western Australia mengangkat kapal dari dasar lautan dan melestarikannya telah menciptakan rekor bersejarah internasional bagi studi cincin pohon.

Studi ini bisa menjelaskan hubungan antara iklim dan pertumbuhan pohon untuk merekonstruksi iklim masa lalu.

Man in black scuba wetsuit with rope around waist and section of curved timber ship hull protuding from ocean floor.

Arkeolog Dr Jeremy Green memotret kapal karam Batavia tahun 1970-an di dekat Pulau Beacon di Houtman Abrolhos.(Supplied: Western Australian Museum)

"Kapal Batavia pada dasarnya memegang satu-satunya catatan yang kami miliki saat ini yang dapat memberi informasi tentang apa yang dilakukan Belanda dengan impor kayu mereka," katanya.

Dr van Duivenvoorde mengatakan para peneliti dapat mengambil lebih dari 100 sampel dari lambung kayunya.

"Ini benar-benar pohon ek yang bagus yang berusia 300 tahun," katanya.

"Menurut saya cincin pohon tertua yang kami temukan di papan badan kapal berasal dari pohon yang mulai tumbuh pada tahun 1342, dan kerangkanya saya pikir dari tahun 1340 atau lebih."

Dia mengatakan kapal seperti Batavia dibuat menggunakan setidaknya 700 pohon.

Dr van Duivenvoorde mengatakan pembuat kapal utama tahun 1600-an sangat selektif dalam menggunakan kayu, dengan kayu ek Baltik yang lebih disukai untuk lambung kapal, yang berada di bawah permukaan air.

Batavia timber cross section

Studi sebelumnya lebih invasif memotong penampang lambung kayu ek, dengan papan ini menunjukkan cincin pohon.(Supplied: Western Australian Museum, Patrick E. Baker.)

"Ini adalah kayu yang sangat bagus dan dapat melindungi kargo dengan sangat baik serta membuat kapal bawah air yang sangat kuat," katanya.

"Di atas permukaan air, kami melihat bahwa sebagian besar kayu berasal dari Jerman, dan itu adalah jenis kayu yang berbeda ... masih jenis pohon yang tumbuh dalam waktu lama, tetapi jenis kayu ek dengan kualitas yang berbeda.

"Terutama kayu Saxony dan Lubeck [ek] yang kami temukan di sana."

Penelitian terus berlanjut di kapal karam lain di lepas pantai WA, Naga Gilt, yang ditemukan pada tahun 1963.

Sumber: abc.net.au.