Digitalisasi Proses Bandara dan Model Bisnis, Begini Angkasa Pura II Geber Next Airport 4.0

  • Oleh : Redaksi

Jum'at, 07/Janu/2022 08:14 WIB


OTTAWA (BeritaTrans.com) -  Transformasi digital berdampak besar terhadap proses bandara, model bisnis, dan passenger experience.

Publik, menurut Dr. Afen Sena, Designated ICAO-ACI International Airport Professional (IAP) Montreal Canada,  sekarang berbicara tentang "connected traveller"; "smart airport";  potensi in-terminal “location-based services”; management “process visualisation”; and “collaborative decision-making”.

Baca Juga:
Trafik penerbangan di Bandara Angkasa Pura II Naik 5% di Periode Angleb

Lalu bagaimana PTAngkasa Pura II menyikapi tren global tersebut?

Manajemen BUMN kebandarudaraan itu mengimplementasikan konsep Transformasi Digital dalam memberikan pelayanan di bandara yang dikelola.

Baca Juga:
Ini 3 Indikator Bikin Angleb di Bandara Angkasa Pura II Sukses

Sejalan dengan visi perusahaan untuk menjadi "The Best Smart Connected Airport Operator In The Region", Angkasa Pura II berkeyakinan bahwa diperlukan transformasi budaya kerja secara menyeluruh dalam proses pengelolaan kebandarudaraan. Dalam menjawab tuntutan perubahan industrial yang mengedepankan teknologi berbasis digital, manajemen Angkasa Pura II mengadopsi dan mengimplementasikan digital transformation.

Penyempurnaan sistem dan kinerja perusahaan harus menyentuh sisi hard structure serta soft structure dimana keduanya saling berkolaborasi untuk mewujudkan layanan berbasis teknologi baru.

Baca Juga:
Mantap, Meroket 15 Tangga, Bandara Soekarno-Hatta jadi Peringkat 28 Terbaik Dunia Tahun 2024

PT Angkasa Pura II (Persero) atau AP II akan meluncurkan airport single identity (Airport ID) pada kuartal II-2021.

Muhammad Awaluddin menjelaskan, implementasi teknologi sejalan dengan transformasi digital dengan konsep New Experience Through (X) Technology Airport 4.0 atau disebut dengan Next Airport 4.0.

"Bandara berkonsep Next Airport 4.0 adalah bandara masa depan yang selalu mengikuti perkembangan dan mengadopsi teknologi terkini," jelasnya.

Sejalan dengan tranformasi digital, AP II mengembangkan satu model, yakni Digitally Ready for Operational and Infostructure Development (DROID) Model sebagai tulang punggung penerapan Next Airport 4.0.

Melalui DROID Model, AP II memperkenalkan tiga platform mobile, yaitu aplikasi travelin untuk layanan kepada penumpang (customer experience/CX), lalu aplikasi iPerform untuk operasional (operational excellent/OX), dan Pocket Airport Collaborative Decision Making (ACDM) sebagai aplikasi untuk kolaborasi antar stakeholder bandara (ecosystem exploration/EX).

Digital Culture

Menurut Muhammad Awaluddin, implementasi digitalisasi diharapkan semakin meningkat cepat. "Pasalnya, kini AP II telah memiliki sumber daya dan infrastruktur digital yang mendukung,” ungkapnya.

Selain telah menerapkan sejumlah aplikasi berbasis digital (Soft infrastructure) sejak 2016, maka perlu internalisasi budaya kerja yang juga mengedepankan budaya yang telah bertransformasi ke arah digital (Digital Culture).

Mengutip pernyataan Presiden Direktur PT Angkasa Pura II, Muhammad Awaluddin bahwa Angkasa Pura II dalam mengimplementasikan budaya digital transformation telah membekali diri dengan 3 konsep dasar digital transformation.

"Manajemen memahami bahwa tujuan kami kedepannya adalah mempersiapkan seluruh insan perusahaan untuk siap bertransformasi. Itulah kenapa kami mencetuskan digital transformation secara menyeluruh dengan dimotori 3 konsep dasar digital transformation yaitu driven by digital strategy, engined by digital leadership, dan strenthened by digital culture," ungkap Awaluddin.

Secara singkat, dalam menjalankan proses bisnis bandara yang terus berkembang dalam era disruptive, Angkasa Pura II meyakini perlunya pendalaman digital strategy. Oleh karena itu, untuk menjawab tantangan modernisasi, manajemen telah mengambil langkah konkrit dalam penerapan sistem pelayanan berbasis digital. Hal ini untuk menjawab tuntutan pola konsumsi digital para konsumen bandara.

Oleh karenanya, pihak manajemen Angkasa Pura II berinisiatif untuk memberikan pemahaman serta mengedukasi seluruh senior leader hingga karyawan dalam menerapkan transformasi digital di lingkungan kerja. Penerapan konsep digital transformation terus digaungkan dari level tertinggi perusahaan hingga menyentuh seluruh karyawan. Coaching serta mentoring menjadi tanggungjawab para senior leader guna membumikan budaya digital perusahaan.

Dengan demikian, Angkasa Pura II secara terus menerus akan merancang strategi bisnis berbasis digital dimana strategi tersebut dijalankan oleh sumber daya manusia yang melek media digital sehingga budaya digital secara bertahap telah menyentuh seluruh aspek kinerja perusahaan.

Awaluddin juga menjelaskan bahwa produk layanan berbasis digital kini telah dirasakan manfaatnya oleh seluruh pelanggan bandara, "Secara perlahan namun pasti, kami hadir dengan potret wajah perusahaan yang berbeda. Sejak 2016, kami telah meluncurkan produk digital baik dari sisi service maupun operasional bandara. Kita punya digital lounge, chatBOT, Indonesia Airports App, digital kiosk, e-payment, mobile check in, Airport Operation Control Center (AOCC), dan beberapa produk layanan lainnya," tutup Awaluddin.

Program Transformasi Digital ini selaras dengan konsep Transformasi korporasi yang terdiri dari 3 yakni Transformasi Bisnis & Portofolio yang dilakukan dengan pengimplementasian Airport Digital Business seperti pengembangan aplikasi travy & travypay untuk traveling, Transformasi Infrastruktur dan Sistem Operasi dengan pengimplementasian AOCC untuk sebagai penerapan Airport Collaborative Decision-making (ACDM) untuk mengefektifkan operasional bandara, terakhir adalah Transformasi Sumber Daya Manusia dimana saat ini sedang dilakukan transformasi kultur digital untuk mendorong SDM yang kompeten dan didukung dengan Digital Savvy Organization.

Dengan semakin mengedepankan layanan serta membudayakan perubahan berbasis digital, Angkasa Pura II berkomitmen untuk selalu menjaga level of service serta mampu memberikan digital journey experience kepada seluruh pengunjung dan pengguna jasa bandara.

IPerform

PT Angkasa Pura II (Persero) selaku pengelola 20 bandara melakukan berbagai transformasi untuk menjadi perusahaan yang siap menerapkan digitalisasi (digitally-ready enterprise) di lini pelayanan dan operasional.

Produk dari transformasi ini antara lain platform digital terintegrasi yang diberi nama DROID (Digitally Ready for Operational and Infostructure Development).

Di dalam DROID terdapat 3 aplikasi, yaitu travelin untuk customer experience, Pocket Airport Collaborative Decision Making (A-CDM) untuk koordinasi stakeholder di bandara (Ecosystem Based Operation), serta aplikasi iPerform bagi karyawan AP II untuk menjaga keandalan operasional bandara (operational excellence), keandalan pelayanan bandara (services excellence) dan kinerja bisnis (business excellence).

President Director AP II Muhammad Awaluddin mengatakan dari ketiga aplikasi tersebut, aplikasi iPerform berperan vital menjaga operasional bandara dan membawa AP II menjadi perusahaan berbasis digital.

“AP II operator bandara yang mengedepankan digitalisasi dalam organisasi, salah satunya dengan lewat iPerform yang digunakan sekitar 6.000 karyawan setiap hari. Berkat iPerform juga kami dapat menghadapi tantangan COVID-19."

“Fitur-fitur iPerform didesain agar karyawan dapat bekerja secara remote working. Hal ini membuat kami siap dan kuat menghadapi pandemi COVID-19 termasuk di tengah PPKM Darurat, yang memaksa kita harus menjaga jarak, mengurangi mobilitas, dan melakukan penyesuaian operasional kebandarudaraan,” ujar Muhammad Awaluddin.

Salah satu fitur di iPerform adalah Smart Airport Dashboard untuk memantau layanan dan fasilitas guna memastikan services excellence.

Smart Airport Dashboard menampilkan sejumlah data seperti misalnya terkait layanan bagasi penumpang. Data layanan ini antara lain utilisasi conveyor belt dan ketepatan waktu pengiriman bagasi tercatat dari pesawat ke baggage claim area di terminal. 

“Monitoring penanganan bagasi penumpang pesawat secara real time melalui iPerform  membuat kami dapat menjaga standar layanan, di mana kami menetapkan bagasi pertama harus ada di baggage claim area dalam waktu kurang dari 10 menit, untuk pesawat Boeing 737 atau Airbus A320 dengan posisi parkir di dekat terminal atau contact stand,” jelas Muhammad Awaluddin.

Smart Airport Dashboard di iPerform juga menampilkan data utilisasi konter check-in, sehingga bandara AP II dapat menjaga agar waktu tunggu traveler di baris antrean maksimal kurang dari 30 menit, dan waktu proses di meja check-in kurang dari 2 menit 30 detik. 

“Waktu tunggu di baris antrean dan proses di meja check-in selalu dimonitor untuk diupayakan memenuhi standar terbaik, karena titik ini sangat vital untuk menciptakan seamless journey experience bagi traveler,” jelas Muhammad Awaluddin. 

Smart Airport Dashboard di iPerform juga menampilkan data-data penerbangan guna menjaga operational excellence, seperti misalnya data real time penggunaan parking stand. 

“Secara langsung kami dapat mengetahui utilisasi parking stand dan ini sangat berguna terlebih di Bandara Soekarno-Hatta yang memiliki sangat banyak lokasi parkir pesawat, sedikitnya ada 270 parking stand di sana. Lewat data ini, kami melakukan pengaturan parkir pesawat dengan baik dan turut mendukung tingginya tingkat ketepatan waktu [on time performance/OTP] penerbangan. Di Bandara Soekarno-Hatta sudah tidak ada lagi cerita antrean panjang pesawat,” ujar Muhammad Awaluddin. 

Aplikasi iPerform juga memiliki dashboard Aeronautical Daily Billing guna menjaga bisnis perusahaan (business excellence). 

“Dasboard Aeronautical Daily Billing ini menginformasikan real time data penerbangan seperti misalnya total bobot pesawat yang sudah landing di bandara AP II, lalu informasi penggunaan parkir pesawat, dan penggunaan garbarata. Berdasarkan data-data tersebut, dashboard ini langsung mengkalkulasi nominal biaya jasa yang akan dibayarkan ke AP II oleh pengguna jasa, sehingga kami pun bisa memprediksi pendapatan secara cepat guna menjaga business excellence,” ujar Muhammad Awaluddin.

Face Recognition

Paling anyar, PT Angkasa Pura II (Persero) menyiapkan sistem pengenalan wajah (face recognition) dengan teknologi biometrik bagi penumpang pesawat untuk memproses keberangkatan di Bandara Soekarno-Hatta. 

Sistem face recognition dalam tahap awal akan tersedia di Security Check Point 2 (SCP 2) Terminal 3 Keberangkatan Domestik Bandara Soekarno-Hatta. SCP 2 merupakan titik pemeriksaan keamanan sebelum penumpang menuju boarding lounge untuk menunggu naik ke pesawat. 

President Director of AP II Muhammad Awaluddin mengatakan sistem face recognition bagi penumpang pesawat merupakan bagian dari implementasi transformasi digital yang dijalankan AP II sejak 2016. 

“Penggunaan face recognition yang tengah disiapkan ini merupakan salah satu program AP II dalam melakukan digitalisasi secara masif di aspek pelayanan, keamanan, dan operasional bandara.” 

(gus awe).