Oleh : Taryani
JAKARTA (BeritaTrans.com) - Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) terus menambah kapasitas infrastruktur pengendalian banjir di Bandung.
Hal itu sesuai amanat Presiden Joko Widodo melalui Perpres No 15 Tahun 2018 tentang Percepatan Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Daerah Aliran Sungai Citarum.
Baca Juga:
Menteri Basuki : Normalisasi Kali Bekasi Ditargetkan Rampung Pertengahan Tahun 2023
Setelah Terowongan Nanjung, Sudetan (Floodway) Cisangkuy dan Kolam Retensi Cieunteung, saat ini juga telah dirampungkan pembangunan Kolam Retensi Andir dan empat polder di Kabupaten Bandung.
Pembangunan Kolam Retensi Andir ini sebagai tambahan tampungan pengendali banjir untuk mengurangi risiko banjir di Kawasan Bandung Selatan.
Baca Juga:
Kementerian PUPR Lanjutkan Pembangunan 35 Bendungan dan 10.035 Ha Daerah Irigasi
Menteri PUPR Basuki Hadimuljono mengatakan, keberhasilan Program Citarum Harum memerlukan sinergitas antara Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, dan masyarakat yang telah disepakati dalam rencana aksi yang mengatur tanggung jawab masing-masing stakeholder.
Staf Ahli Menteri Bidang Teknologi, Industri, dan Lingkungan, Endra S. Atmawidjaja yang juga Juru Bicara Kementerian PUPR mengatakan, pembangunan kolam retensi Andir dan empat polder menjadi bagian dari proyek penanggulangan banjir Kabupaten Bandung yang sudah direncanakan.
"Selain ini kita juga telah menyelesaikan Sudetan Cisangkuy, Kolam Retensi Cieunteung dan beberapa normalisasi anak sungai Citarum yang lainnya" kata Endra.
Endra mengatakan, pembangunan kolam retensi Andir dan empat polder merupakan kerja sama Pemerintah Pusat dan Pemerintah Provinsi Jawa Barat.
Ini dilakukan dalam menanggulangi banjir musiman di wilayah Dayeuhkolot dan Baleendah Kabupaten Bandung.
"Sejak masa saya kuliah di Bandung pada akhir tahun 1980-an, Kawasan Bandung Selatan seperti Dayeuh Kolot, Baleendah hingga Rancaekek ini sangat padat penduduknya dan langganan digenangi banjir dengan ketinggian lebih dari 1 meter dengan durasi yang cukup lama,” ujarnya.
Masyarakat sangat dirugikan secara sosial-ekonomi. Oleh karenanya keberadaan berbagai infrastruktur pengendali banjir ini sangat dibutuhkan, tambah Endra.
Kolam Retensi Andir dirancang dan dibangun oleh Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Citarum Ditjen Sumber Daya Air guna menampung genangan banjir sebanyak kurang lebih 160 ribu meter kubik (m3).
Banjir yang biasa menggenangi wilayah Dayeuhkolot dan Baleendah nantinya bisa ditampung oleh kolam retensi, dan dipompa ke sungai setelah normal.
Kolam retensi Andir dibangun dengan luas daerah tangkapan air (catchment area) 149 hektare (ha). Dilengkapi pompa 3 unit berkapasitas masing-masing 500 liter/detik.
Selain itu juga telah dibangun empat polder, yakni Polder Cipalasari-1 dengan catchment area seluas 22 ha dan volume tampungan 1.250 m3; Polder Cipalasari-2 (catchment area 21 ha dan volume 1.250 m3; Polder Cijambe (catchment area 137 ha dan volume 1.250 m3, dan Polder Cisangkuy (catchment area 8 ha dan volume 450 m3.
Pembangunan kolam retensi Andir dan empat polder tersebut dilaksanakan sejak Desember 2020 dilaksanakan kontraktor PT Adhi Karya dan konsultan supervisi PT Raya Konsult-PT Transka Dharma Konsultan, dengan nilai kontrak konstruksi Rp141 miliar.
"Saya menekankan juga pentingnya perhatian pada aspek estetika. Untuk itu lansekap Kolam Retensi Andir harus dilengkapi dengan tanaman yang indah, rindang dan produktif, seperti pohon pulai, angsana, manggis, duren, mangga dan lain-lain," papar Endra.
Sebelumnya Kementerian PUPR juga telah melakukan pembangunan Kolam Retensi Cieunteung dengan luas genangan 4,75 Ha dan volume tampung 190.000 m3.
Tujuan pembangunan Kolam Retensi yang selesai pada 2018 lalu ini untuk mereduksi banjir seluas 91 Ha (sekitar 1250 bangunan/rumah) dan memiliki potensi sebagai area wisata.
Pembangunannya dilaksanakan kontraktor PT. Nindya Karya - PT. Barata (KSO) dengan nilai kontrak Rp.203 miliar.
Selanjutnya juga telah dirampungkan pembangunan Sudetan (Floodway) Cisangkuy.
Sudetan Cisangkuy akan mengalirkan debit banjir sebesar 230 m3/detik yang semula bermuara ke Dayeuhkolot menjadi bermuara ke Pameungpeuk.
Sehingga mengurangi lama genangan dan luas genangan di daerah Dayeuhkolot, Baleendah, Andir, dan sekitarnya. (tr/Sumber:Kementerian PUPR)