Homestay Bisa jadi Penggerak Perekonomian Desa

  • Oleh : Naomy

Kamis, 20/Janu/2022 15:40 WIB
Webinar Kemenparakraf-Forwada Webinar Kemenparakraf-Forwada


JAKARTA (BeritaTrans.com) - Direktur Keuangan dan Operasional PT Sarana Multigriya Finansial (SMF) Trisnadi Yulrisman menyoroti keberadaan industry homestay.

Menurutnya itu bisa menjadi penggerak perekonomian di desa wisata baik desa wisata prioritas maupun non prioritas.

"SMF telah melakukan  inisiatif sStrategis produk KPR Rumah Usaha dalam bentuk program pembiayaan homestay sejak tahun 2018 dan dalam masa inkubasi hingga sekarang, program ini masih menggunakan dana PKBL/TJSL," tuturnya di Jakarta, Kamis (20/1/2022).

Total anggaran pembiayaan homestay mencapai Rp20 miliar dengan realisasi hingga 2021 mencapai Rp7.747 miliar dengan total debitur 96. 

Kehadiran SMF dalam pembiayaan homestay, lanjutnya, merupakan bagian upaya pemerintah mendorong  pertumbuhan usaha sesuai dengan rencana pengembangan bisnis, membantu kelancaran arus kas usaha sesuai dengan perkembangan arus kas bisnis.

Juga membantu terhindar dari jeratan pinjaman dengan bunga tidak wajar dan mewujudkan kemandirian usaha. 

“Saat kami tengah mengembangkan penyaluran pembiayaan homestay melalui mitra, seperti pihak Pemda setempat dan juga BPR,” tambah dia.

Yuwono Imanto, Direktur PT Propan Raya ICC mengungkapkan, selaku produsen cat, selama ini pihaknya telah bekerjasama dengan kemanparekraf dalam upaya turut membantu membangun industri pariwisata.

“Kita sering melakukan kegiatan CSR seperti ajang udian desain terbaik, membangun Kawasan kumuh, dan kawasan heritage bekerjasama dengan Kemenparekraf,” ungkapnya. 

Menurutnya, produk cat Propan tidak hanya menyasar hotel berbitang, namun juga industri homestay dengan memproduksi cat yang dengan harga terjangkau namun berkualitas eksport.

“Produk kita memang banyak dipakai di hotel berbintang baik di dalam maupun luar negeri, namun kami juga memproduksi cat untuk rumah subsidi, dan juga untuk homestay sebagai wujud dukungan kepada industry pariwisata,” jelasnya.

Yuwono juga mengkritik adanya pelaku usaha pariwisata yang melakukan inovasi namun justru menghilangkan karakter jati diri bangsa Indonesia. 

"Sudah selayaknya sebagai orang Indonesia harus bangga dengan jatidirinya.

Inovasi di dunia pariwisata jangan meninggalkan DNA kita, di sini kita temui resort yang menggunakan desain luar negeri,  menurut saya ini tidak tepat,” katanya. (omy)