Bahagia! Pasangan Tentara Ukraina Menikah di Tengah Konflik Memanas

  • Oleh : Redaksi

Senin, 07/Mar/2022 22:43 WIB
Pasangan tentara Ukraina menikah di tengah konflim memanas. Foto: istimewa. Pasangan tentara Ukraina menikah di tengah konflim memanas. Foto: istimewa.

UKRAINA (BeritaTrans.com) - Pasangan Ukraina, yang sudah hidup bersama selama 22 tahun dan sekarang berjuang di garis depan menghadapi invasi tentara Rusia, merayakan pernikahan mereka.

Lesia Ivashchenko meninggalkan pekerjaannya bulan lalu setelah Rusia melakukan invasi dan bergabung dengan unit pertahanan teritorial demi mempertahankan wilayah distriknya yang berada di luar ibu kota Ukraina Kyiv.

Baca Juga:
Memanas! Rusia Peringatkan Kemungkinan Perang Nuklir

Sejak konflik berlangsung, Lesia belum sempat bertemu pasangannya Valerii Fylymonov. Ketika bertemu kembali untuk pertama kalinya di hari Minggu, mereka langsung merayakan pernikahan.

"Sedih sekali invasi Rusia ini terjadi pada kami dan keluarga kami tidak bisa berkumpul bersama-sama," kata Lesia setelah upacara pernikahan yang diselenggarakan unit pertahanannya.

Baca Juga:
Ukraina Klaim Berhasil Tembak Jatuh Pesawat Pengebom Rusia

"Saya bersyukur kami masih hidup, dan hari ini bisa ada, suami saya masih hidup dan dia bisa bersama saya."

"Kami memutuskan karena kita tidak tahu apa yang terjadi besok. Kami harus menikah di garis depan, di hadapan Tuhan," tambahnya.

Baca Juga:
AS Kembali Terbangkan Drone Pengintai Usai Insiden di Laut Hitam

"Kami sudah punya anak perempuan dewasa, dan saya kira dia gembira akhirnya kami menikah."

Walikota Kyiv Vitali Klitschko yang adalah mantan petinju kelas berat dunia dan saudara laki-lakinya Wladimir, hadir untuk memberikan ucapan selamat kepada pasangan pengantin tersebut.

Sementara itu Presiden Rusia Vladimir Putin memperingatkan bahwa terus berlanjutnya perlawanan akan membuat keberadaan Ukraina sebagai negara terancam.

Ia juga menyebutkan, sanksi yang dilakukan oleh pihak Barat terhadap Rusia sama seperti "pernyataan perang."

Di medan pertempuran sendiri, pasukan Rusia terus menggempur dengan serangan rudal ke beberapa kota Ukraina, sehingga jumlah warga dari negara tersebut yang mengungsi meningkat menjadi 1,4 juta orang.

Menurut laporan kantor berita The Associated Press, konvoi kendaraan militer Rusia masih tertahan di luar ibu kota Ukraina.

Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy mengatakan pasukan Ukraina masih menguasai beberapa kota penting di bagian tengah dan tenggara negara tersebut.

Presiden Zelenksy juga menyerukan kepada Barat untuk menyuarakan dan mendukung wilayah bebas terbang di atas seluruh Ukraina.

Minggu ini pasukan Rusia akan diperkirakan akan terus maju untuk menguasai kota-kota penting yaitu Kharkiv, Mariupol dan Odessa selain juga ke wilayah di luar Kyiv.

Macron dan Putin bicarakan soal nuklir Ukraina

Sementara itu Presiden Prancis Emmanual Macron kembali berbicara dengan Presiden Putin.

Seorang pejabat pemerintah Prancis dalam keterangan kepada AP mengatakan kedua pemimpin secara prinsip setuju dengan "dialog" yang melibatkan Rusia, Ukraina dan badan pemantau nuklir PBB.

Pejabat tersebut mengatakan kemungkinan pembicaraan resmi mengenai masalah ini akan ditentukan dalam beberapa hari mendatang.

Mereka berbicara mengenai kebakaran yang terjadi pada pembangkit tenaga nuklir Zaporizhzhia minggu lalu.

Kebakaran sudah berhasil dipadamkan dan pihak berwajib mengatakan tidak ada peningkatan tingkat radiasi di sana namun insiden ini menimbulkan kekhawatiran global.

Pejabat Ukraina mengatakan kebakaran tersebut disebabkan karena serangan Rusia.

Pejabat Prancis mengatakan dalam pembicaraan dengan Macron, Presiden Putin mempersalahkan kebakaran itu karena 'provokasi  yang diorganisir oleh kelompok radikal Ukraina."

"Usaha untuk mengalihkan tanggung jawab insiden tersebut ke militer Rusia adalah bagian dari kampanye propaganda," kata Putin seperti dikutip oleh pejabat Prancis kepada AP.

Rusia memberangus media independen

Sementara itu muncul laporan bahwa berbagai penerbitan online independen telah diblokir oleh Pemerintah Rusia mulai hari Minggu (06/03), menyusul belasan situs lain yang juga sudah diblokir minggu lalu.

Hari Jumat (04/03), Presiden Putin mengatakan bahwa mereka yang secara sengaja menyebarkan berita yang menurut Kremlin adalah "berita bohong" dianggap melakukan tindakan kriminal.

Mereka yang dinyatakan bersalah bisa dijatuhi hukuman penjara 15 tahun.

Salah satu media yang diblokir tersebut adalah Mediazona, situs yang memberitakan kepolisian dan sistem keadilan dan mengenai penangkapan politik, serta kasus pengadilan para tokoh terkenal.

Mediazona sudah mengeluarkan pernyataan yang mengatakan bahwa pihaknya menerima ancaman dari badan komunikasi dan media Rusia Roskomnadzor.

Mereka mengatakan akan tetap melanjutkan pemberitaan mengenai konflik dan memberi informasi mengenai cara yang bisa dilakukan pembaca untuk bisa mengakses situs mereka. (dn/sumber: abc.net.au)