Terbatasnya Pasokan Chip Komputer Akibat Invasi Rusia Sebabkan Harga Mobil di Australia Lebih Mahal

  • Oleh : Redaksi

Rabu, 23/Mar/2022 14:45 WIB
Pasok chip komputer dan juga invasi Rusia ke Ukraina mempengaruhi produksi mobil di dunia sekarang ini. Foto: abc.net.au. Pasok chip komputer dan juga invasi Rusia ke Ukraina mempengaruhi produksi mobil di dunia sekarang ini. Foto: abc.net.au.

JAKARTA (BeritaTrans.com) - Masa tunggu untuk mendapatkan mobil baru di Australia sekarang melebihi 12 bulan, akibat masalah pasokan global yang ditimbulkan invasi Rusia ke Ukraina yang turut menaikan harga mobil bekas dan baru.

Direktur Eksekutif Asosiasi Dealer Otomotif Australia James Voortman mengatakan masa tunggu untuk mendapatkan beberapa merek dan model mobil yang populer sekarang sekitar 12 bulan atau lebih.

Baca Juga:
Toyota Bermitra dengan Douze Luncurkan Sepeda Kargo Listrik

"Ini situasi yang belum pernah terjadi sebelumnya," kata Voortman.

Manajer umum dealer Toyota di Phillip, Canberra, Amir Hayati mengatakan sebelum masa pandemi, masa tunggu untuk mendapatkan sebuah mobil baru adalah sekitar empat bulan.

Baca Juga:
Road To Jamboree Nasional TACI Ketiga akan Berlangsung di Kota Malang

"Namun sekarang sudah berubah menjadi lebih panjang lagi yaitu 12 bulan," katanya.

Alasan utama masa tunggu yang lama bagi produksi mobil baru adalah langkanya ketersediaan semi konduktor.

Baca Juga:
Innova Hybrid Meluncur Bulan Ini, Toyota Hadirkan 2 Pilihan Mesin Bensin

Mobil modern sekarang ini memerlukan ratusan komponen tersebut yang bekerja seperti komputer kecil yang menghubungkan berbagai bagian dari mobil sehingga bisa berfungsi dengan baik.

"Ini masalah yang dihadapi oleh semua pasar dan semua merek mobil di dunia," kata Voortman.

Bulan Februari lalu Toyota mengumumkan akan mengurangi produksi mobil sebanyak 150 ribu kendaraan.

General Motors, Ford, Kia dan Opel adalah merek-merek mobil lain yang sudah mengumumkan juga pengurangan produksi karena kurangnya produksi semi konduktor tersebut.

Perusahaan pembuat mobil asal Prancis Peugeot sudah mengubah speedometer mobil buatan mereka kembali menggunakan model lama, dari pada menggunakan unit digital karena tidak tersedianya semi konduktor.

"Berbagai perusahaan pembuat mobil harus menghentikan produksi mereka, atau paling tidak menurunkan kapasitas karena mereka tidak bisa mendapatkan bahan dasar yang mereka perlukan," kata ekonom kepala KPMG Sarah Hunter.

Sarah Hunter mengatakan persoalan dimulai ketika berbagai perusahaan mobil ini mengurangi permintaan pasokan semi konduktor di awal pandemi karena memperkirakan permintaan pembelian mobil akan menurun.

"Perusahaan pembuat chip komputer ini kemudian mengalihkan produksi mereka untuk membuat chip yang digunakan di bidang elektronik, di mana permintaan barang-barang elektronik ini sangat tinggi," katanya.

"Dan sekarang perusahaan pembuat mobil harus antre dengan permintaan mereka. Namun sampai sekarang produksinya belum memenuhi semua permintaan."

Produksi mobil global menurun

Adanya 'lockdown' karena COVID-19, penutupan pelabuhan dan tertundanya kapal juga menjadi faktor yang mempersulit industri mobil dunia.

Perusahaan mobil Eropa tampaknya yang lebih menderita dibandingkan pabrik asal Asia, dengan China sekarang sudah mencapai produksi seperti sebelum pandemi lagi, menurut data dari Datium Insights.

Dibandingkan tahun 2019, produksi mobil di Amerika Serikat turun 41 persen, di Jerman turun 31 persen dan di Inggris juga turun, sebanyak 36 persen.

"Kami memperkirakan merek-merek mobil Eropa yang mengandalkan pengiriman dari Eropa akan mengalami kesulitan besar untuk pengiriman mobil ke Australia sepanjang tahun 2022," kata Kepala Bidang Produksi dan Data Bisnis Datium Insights Tanim Ahmed. 

Pembuat mobil asal Jerman BMW juga menurunkan produksinya di pabrik mereka dan menghilangkan teknologi layar sentuh dari beberapa model mobil mereka karena kurangnya chip komputer.

Perusahaan tersebut juga memperingatkan bahwa masalah pengiriman juga akan terganggu karena invasi Rusia ke Ukraina dan memperkirakan krisis chip ini terus berlanjut di tahun 2022.

Sarah Hunter dari KPMG mengatakan Ukraina adalah produsen utama neon yang merupakan komponen utama pembuatan microchip.

"Neon adalah bahan yang paling penting dalam membuat chip. Bahan itu tidak bisa digantikan dengan yang lain," katanya.

"Kita sudah melihat dampak invasi terhadap harga minyak dunia, dan juga terhadap pasar komoditas dan pasokannya juga," katanya.

"Rusia contohnya adalah produsen utama tembaga (copper), namun pasokan barang ini sekarang terganggu di pasar dunia.

"Jadi sekarang adalah masa-masa yang menantang bagi perusahaan di semua sektor dan perusahaan pembuat mobil juga masuk di dalamnya."

Harga mobil naik

Harga mobil baru di Australia juga naik sampai 25 persen sejak sebelum pandemi, menurut situs pricemycar.com.au.

Sementara data dari Datium Insight menunjukkan harga mobil bekas naik sebesar 50 persen.

Salah seorang penjual mobil di Melbourne Keith Pulbrook mengatakan belum pernah melihat kondisi pasar seperti yang terjadi sekarang ini.

"Harga tidak bisa ditawar lagi sekarang," katanya.

Dulu semakin lama kita memiliki mobil, harganya akan semakin turun namun menurut Keith Pulbrook, banyak orang yang sekarang menjual mobilnya lebih mahal dibandingkan ketika membeli sebelumnya.

"Beberapa merek tertentu mereka mereka beli sebelumnya sekitar Rp400 juta, sekarang dijual dengan harga Rp600 juta, emang aneh tampaknya tapi itu betul-betul terjadi," katanya.

Salah seorang kliennya Amanda Brown sudah berusaha membeli mobil selama beberapa bulan terakhir.

"Saya biasanya suka membeli mobil yang pernah dijadikan demo, namun sekarang tidak ada lagi mobil demo yang tersedia," katanya.

"Menarik sekarang ini penjual mobil seperti menghendaki kita membeli mobil dari awal misalnya melihat dulu di online. Padahal dulu kita tinggal ke dealer dan pilihannya banyak di sana."

Nasehatnya adalah bagi mereka yang ingin membeli mobil baru adalah untuk bersabar.

"Kita harus benar-benar bersabar sekarang," katanya.

"Untungnya saya tidak harus memiliki mobil besok."
 

(dn/sumber: abc.net.au)