Mantan Bos KGB: Invasi ke Ukraina Bikin Putin Terdepak dari Kekuasaan

  • Oleh : Redaksi

Jum'at, 25/Mar/2022 10:50 WIB


MOSKOW (BeritaTrans.com) - Mantan agen Badan Intelijen Uni Soviet (KGB), Jack Barsky dan Oleg Kalugin menilai invasi Rusia di Ukraina akan menjadi akhir dari pemerintahan Presiden Rusia Vladimir Putin.

Kalugin, yang merupakan mantan bos KGB sekaligus anggota utama KGB Rusia, mengatakan Putin saat ini sedang berada di akhir masa pemerintahannya. Sebab, ujar dia, sebagian besar warga Rusia meyakini bahwa sang presiden sudah tak lagi dapat dipertimbangkan untuk dipilih.

Baca Juga:
Ukraina Tangkap Viktor Medvedchuk Sekutu Presiden Putin

"Opini publik di Rusia di bawah Putin sama seperti di bawah Joseph Stalin. Bukan masalah berapa banyak orang yang memilih. Ini masalah siapa yang diperhitungkan," kata Kalugin dalam wawancara dengan News Nation, dikutip Kamis (24/3).

"Bagi sebagian orang, kedengarannya cukup meyakinkan tetapi bagi sebagian besar orang Rusia, sejauh yang saya tahu, Putin sedang dalam perjalanan keluar," lanjutnya.

Baca Juga:
Putin Bertekad Gempur Terus Ukraina hingga Tujuan Mulia Tercapai

Senada, Jack Barsky juga mengatakan Putin saat ini berada dalam penjagaan yang amat ketat usai menyerang Ukraina. Ia menilai, invasi itu akan membuat Putin terjerembab ke dalam situasi buruk.

"Anggap saja ia bisa bertahan dari sini, sebut saja tak ada kudeta melawannya dalam waktu lama. Tapi ia akan menghadapi masalah jika terus melakukan ini (invasi Ukraina) jika banyak tentaranya yang tewas. Ia akan mendapati Afghanistan," tutur Barsky merujuk pada keruntuhan Uni Soviet usai menginvasi Afghanistan pada 1979.

Baca Juga:
Rusia Gunakan Rudal Hipersonik untuk Gempur Gudang Senjata Ukraina, Apa Bedanya dengan Rudal Balistik?

"Anda tahu, Afghanistan merupakan awal keruntuhan Uni Soviet. Ukraina mungkin saja menjadi awal berakhirnya Putin sebagai diktator," ia melanjutkan.

Namun demikian, Kalugin menilai Putin tak akan merelakan begitu saja kejatuhan rezimnya. Ia menduga sang presiden akan melakukan berbagai cara agar tetap bisa berkuasa.

"Dia akan mencoba melakukan semua yang dia bisa untuk tetap berkuasa dan, tentu saja, menyingkirkan semua saingan potensial," ujarnya.

Putin sebelumnya merupakan mantan anggota KGB seperti keduanya. Ia memimpin KGB usai ditunjuk oleh Presiden Boris Yeltsin.

Penunjukkan Putin sebagai kepala itu disebut menjadi awal kejatuhan Kalugin. Setelah Yeltsin mundur dari bangku Presiden, Putin pun maju mengambil alih kekuasaan tersebut.

Putin Ditinggal Tangan Kanannya

Anatoly Chubais, arsitek reformasi ekonomi Rusia pasca-Soviet, berhenti dari jabatannya sebagai utusan khusus Kremlin. Tangan tangan Presiden Vladimir Putin itu bahkan meninggalkan Rusia karena perang di Ukraina.

Menurut dua sumber, Chubais menjadi profil tertinggi di pemerintah yang terang-terangan menentang serangan. "Ia mengatakan Chubais pergi karena konflik di Ukraina. Dia tidak berniat untuk kembali ke Rusia," tulis Reuters, dikutip Kamis (24/3/2022).

Chubais sebelumnya pernah menjabat sebagai kepala staf mantan Presiden Boris Yeltsin. Di pemerintahan Putin, Chubais didapuk sebagai perwakilan khusus untuk hubungan dengan organisasi internasional.

Dia diangkat ke pos tersebut dengan tugas "mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan" pada tahun 2020. Ini beberapa hari setelah mengundurkan diri sebagai kepala perusahaan teknologi negara RUSNANO, yang ia jabat sejak 2008.

Chubais sendiri tak menjawab laporan ini. Namun Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov membenarkan bahwa Chubais telah mengundurkan diri dari jabatannya.

Chubais adalah salah satu dari sekelompok kecil ekonom berpengaruh di bawah mantan PM Rusia Yegor Gaidar. Ia mencoba untuk memperkuat transisi Rusia pasca-Soviet, yang telah membuat puluhan juta warga jatuh ke dalam kemiskinan.

Kritikusnya menyebut Chubais sebagai dalang Kremlin yang menjual aset-aset bekas negara adidaya itu kepada sekelompok kecil oligarki ,dalam privatisasi tahun 1990-an. Tetapi bagi para pendukungnya, Chubais adalah seorang pahlawan yang berjuang untuk membangun pasar di Rusia dan mencegahnya mengarah ke perang saudara.

Rusia sendiri  menyerang Ukraina sejak 24 Februari. Kremlin menyebutnya sebagai "operasi khusus" untuk mendemiliterisasi Ukraina dan membersihkannya dari nasionalis berbahaya.

Ukraina dan Barat mengecam serangan Rusia itu. Negeri Putin sudah diberondong sanksi mulai dari pembekuan aset, pemutusan ke sistem keuangan global (SWIFT) dan juga larangan impor minyak.