Putin Bertekad Gempur Terus Ukraina hingga Tujuan Mulia Tercapai

  • Oleh : Redaksi

Rabu, 13/Apr/2022 23:51 WIB
Presiden Rusia Vladimir Putin mengklaim perang dengan Ukraina telah menjadi Presiden Rusia Vladimir Putin mengklaim perang dengan Ukraina telah menjadi "tak terelakkan".

MOSKOW (BeritaTrans.com) - Tak pedulikan snaksi keras dari Eropa dan Amerika, Presiden Vladimir Putin bertekad tetap melanjutkan invasi Rusia di Ukraina sampai tujuan "mulia" negaranya tercapai.

Dalam penampilan publiknya yang jarang terjadi, Putin menyatakan perundingan damai telah mencapai jalan buntu.

Baca Juga:
Setelah Pidato di Singapura Terkait Perdamaian, Menhan Prabowo Terima Kunjungan Dubes Ukraina: Menurut Informasi Selang 5 Jam Kedubes Rusia Menyusul

Putin juga bersikeras bahwa invasi yang kini memasuki pekan keenam masih berjalan sesuai rencana.

Sementara itu, seorang pejabat Ukraina mengatakan kepada Reuters bahwa negosiasi dengan Rusia berjalan alot, namun masih terus berlanjut.

Baca Juga:
Menhan Prabowo Beberkan 4 Pelajaran Penting dari Perang Rusia-Ukraina

Ini merupakan komentar pertama Putin terkait konflik di Ukraina dalam kurun lebih dari seminggu belakangan. Dia tidak banyak muncul belakangan ini, berbeda dengan masa-masa awal invasi.

Pernyataan itu dia sampaikan ketika mengunjungi fasilitas luar angkasa di Rusia timur bersama pemimpin Belarusia sekaligus salah satu sekutu terdekatnya, Aleksandr Lukashenko, untuk memperingati ulang tahun ke-61 Yuri Gagarin, orang pertama yang pergi ke luar angkasa.

Baca Juga:
Rusia Tuduh Pasukannya Diracuni Botulinum Oleh Ukraina

Putin, Perang Ukraina

Putin mengklaim dia tidak memiliki pilihan selain melancarkan invasi demi melindungi penduduk penutur bahasa Rusia di Ukraina timur.

Kremlin menuding Kyiv telah melakukan genosida terhadap penutur bahasa Rusia di Ukraina timur, tetapi tidak ada bukti yang mendukung tuduhan itu.

"Di satu sisi, kami membantu dan menyelamatkan orang-orang, dan di sisi lain, kami hanya mengambil tindakan untuk memastikan keamanan Rusia sendiri," tegas Putin.

"Jelas bahwa kami tidak punya pilihan. Itu adalah keputusan yang tepat," katanya, seraya menambahkan bahwa Rusia akan "secara tenang dan berirama " melanjutkan invasi.

Fokus Moskow dalam invasi telah beralih ke Ukraina timur. Mereka memindahkan pasukan dari utara setelah menghadapi perlawanan sengit pada pekan-pekan awal invasi atau apa yang disebut oleh Putin sebagai "operasi khusus".

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengungkapkan 10 juta orang telah mengungsi dari rumah-rumah mereka sejak invasi dimulai.

Kendaraan militer Rusia dalam kondisi hancur di Chernihiv.Kendaraan militer Rusia dalam kondisi hancur di Chernihiv. Foto: EPA.

Juru bicara kepresidenan Rusia, Dmitry Peskov pada pekan lalu mengakui bahwa Rusia telah "kehilangan tentara dalam jumlah yang signifikan" sejak konflik dimulai.

Namun jumlah kehilangan itu, baik berdasarkan versi Rusia maupun versi Ukraina, tidak bisa diverifikasi secara independen.

Sejumlah pengamat memperingatkan bahwa Rusia mungkin menyampaikan jumlah yang lebih kecil dari yang sebenarnya. Sedangkan Ukraina mungkin menyampaikan jumlah yang lebih banyak demi mengangkat moral.

Para pemimpi Barat meyakini sekitar 7.000 hingga 15.000 tentara Rusia telah terbunuh.

Perekonomian Rusia pun telah terpukul oleh beragam sanksi yang diberikan negara-negara Barat.

Namun Putin mengatakan Rusia "tidak ingin diasingkan" , dengan alasan bahwa "tidak mungkin mengasingkan siapa pun di dunia modern ini - terutama atas negara sebesar Rusia".

Lukashenko juga menepis dampak dari sanksi negara-negara Barat. "Mengapa kita begitu khawatir mengenai sanksi ini?"

Pekan lalu, pemerintah Inggris memperkirakan bahwa Rusia tengah menuju resesi terdalam sejak runtuhnya Uni Soviet.

Berikut perkembangan lainnya terkait situasi di Ukraina:

  • Rusia mengintensifkan upayanya merebut kota pelabuhan Mariupol di selatan Ukraina yang kini terkepung. Wali kota Mariupol mengatakan sekitar 21.000 orang diperkirakan tewas di sana, tetapi para petugas terpaksa berhenti menghitung jumlah jenazah karena pertempuran berlangsung di jalanan.
  • Masih di Mariupol, pemerintah di negara-negara Barat dan organisasi-organisasi internasional menyatakan prihatin mengenai laporan yang belum terkonfirmasi mengenai bahan kimia yang digunakan oleh Rusia di sana.
  • Badan keamanan Ukraina mengatakan telah menangkap buronan politikus pro-Rusia Viktor Medvedchuk. Dia menjadi tahanan rumah karena dicurigai berkhianat, namun melarikan diri beberapa hari setelah Rusia memulai invasi.
  • Gubernur Luhansk di Ukraina timur mengatakan sekitar 400 

warga sipil telah dimakamkan di kota Severodonetsk yang berlokasi di dekat garis depan sejak awal invasi.Rusia terus menggempur

Pada akhir Maret lalu, Gubernur Chernihiv, Ukraina utara mengatakan pasukan Rusia terus menggempur kota-kota di wilayah itu, meskipun Moskow telah berjanji mengurangi operasi militer di Chernihiv dan di sekitar Kyiv.

Vyacheslav Chaus mengatakan pasukan Rusia menyerang Kota Chernihiv, menghancurkan gedung-gedung sipil dan juga menyasar kota kecil di dekatnya, Nizhyn.

"Kami belum menyaksikan adanya jeda yang menunjukkan militer mereka menepati janji," kata Viacheslav Chaus kepada BBC.

Ditambahkan, yang menjadi sasaran serangan adalah infrastruktur sipil.

Serangan artileri juga terjadi di luar ibu kota Kyiv pada Selasa malam (29/03) hanya beberapa jam sesudah delegasi Rusia dalam perundingan dengan Ukraina mengatakan Moskow memutuskan untuk "secara drastis mengurangi" operasi militer di Kyiv dan Chernihiv.

Pengumuman itu dikeluarkan menyusul perundingan yang ditengahi Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan di Istanbul.

Presiden Recep Tayyip Erdogan.Presiden Recep Tayyip Erdogan mengatakan Turki bersedia menjadi tuan rumah pertemuan tingkat presiden Rusia dan Ukraina. Foto: UKRAINIAN PRESIDENTIAL PRESS SERVICE HANDOUT/EPA

Meski demikian juru bicara Kremlin pada Rabu (30/03) mengatakan bahwa delegasi Rusia dan Ukraina tidak menghasilkan "terobosan" dalam perundingan.

"Yang menggembirakan adalah Ukraina setidaknya mulai secara khusus memformulasikan dan menulis apa yang diajukan. Sampai sekarang kami belum mencapai tahap itu," kata Dmitry Peskov dalam jumpa pers di Moskow.

Sehari sebelumnya di Istanbul, Wakil Menteri Pertahanan Rusia Alexander Fomin mengatakan langkah itu diambil "untuk meningkatkan rasa saling percaya".

Di samping itu, keputusan diambil untuk menciptakan situasi yang diperlukan bagi perundingan selanjutnya dan bagi penandatangan perjanjian pada akhirnya nanti.

Namun putaran perundingan pada Selasa (29/03) lalu belum sampai menghasilkan gencatan senjata.

Delegasi Ukraina mengatakan pihaknya setuju mengadopsi status netral - salah satu tuntutan utama Rusia - dengan imbalan jaminan keamanan.

Dengan status netral maka Ukraina tidak akan bergabung ke dalam aliansi militer seperti Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) dan tidak menjadi basis militer bagi negara-negara lain. Ukraina sebelumnya ingin menjadi anggota NATO yang mendapat penolakan keras dari Rusia.

Perkembangan ini terjadi dalam perundingan di kantor presiden Turki yang disebut Istana Dolmabahce, terletak di pinggir Selat Bosphorus, Istanbul.

Presiden Erdogan dan delegasi Rusia-Ukraina.Presiden Erdogan memberikan sambutan dalam perundingan antara delegasi Rusia dan Ukraina. Foto: Reuters.

Dalam sambutannya, Presiden Recep Tayyip Erdogan mendesak Rusia dan Ukraina untuk mengakhiri apa yang disebutnya sebagai tragedi bersama dari perang ketika membuka putaran terbaru perundingan perdamaian di Istanbul pada Selasa (29/03).

Presiden Erdogan kembali menyerukan perlunya gencatan senjata dan sudah waktunya perundingan membuahkan hasil nyata.

Ia menambahkan persahabatan Turki dengan kedua negara membuatnya merasa perlu untuk menjadi penengah.

"Upaya mengakhiri tragedi ini tergantung pada kedua pihak," kata Presiden Erdogan ketika membuka pertemuan.

Sedari awal perang, Presiden Erdogan telah mengatakan kepada Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy bahwa Ankara siap memediasi gencatan senjata.

Turki adalah anggota NATO tetapi mempunyai hubungan dekat dengan Rusia. Erdogan sejauh ini tidak ikut menjatuhkan sanksi terhadap Moskow, sebagaimana dilakukan negara-negara Barat.

Ratusan warga sipil tewas di Chernihiv, Ukraina.Ratusan warga sipil tewas di Chernihiv yang dikepung oleh pasukan Rusia. Foto: EPA.

Kini kemajuan dalam perundingan Rusia-Ukraina ini, seperi dikakatan Presiden Erdogan, diharapkan akan membuka jalan bagi pertemuan tingkat kepala negara. Turki juga siap menjadi tuan rumah tingkat kepala negara.

Tim perunding Rusia mengatakan gagasan itu akan disampaikan kepada Presiden Vladimir Putin. Adapun delegasi Ukraina mengatakan ada cukup kemajuan sehingga membuka jalan bagi pertemuan langsung antara Presiden Zelensky dan Presiden Putin.

Menurut Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu, pertemuan langsung pertama dalam tempo dua minggu terakhir antara Ukraina dan Rusia ini telah menghasilkan kemajuan paling signifikan sejak kedua pihak mulai berunding.

Cavusoglu mengatakan Turki menyambut kompromi kedua belah pihak dan pengertian dalam masalah-masalah tertentu, sementara "isu-isu pelik" diperkirakan akan dibicarakan oleh menteri luar negeri dari kedua negara.

Menanggapi hasil perundingan di Istanbul, Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Antony Blinken mengatakan AS belum melihat "tanda-tanda keseriusan nyata" dari Rusia.

Dikatakan oleh Blinken apa yang dikatakan Rusia berbeda dengan apa yang dilakukannya dan AS memusatkan perhatian pada apa yang dilakukan Rusia untuk mencapai perdamaian.

Roman Abramovich turut hadir

Sementara itu, miliarder Rusia Roman Abramovich - pemiliki klub sepak bola Chelsea- berada di ruang pertemuan.

Abramovich tampak duduk di samping Ibrahim Kalin - juru bicara Presiden Erdogan.

Roman AbramovichRoman Abramovich tampak hadir dalam perundingan di Istanbul.

Ia tidak duduk di meja utama yang digunakan delegasi Rusia dan Ukraina.

Kalin dilaporkan membantu mengkoordinasikan pertemuan antara Abramovich dan anggota delegasi Ukraina di Istanbul. Kehadiran Abramovich menunjukkan ia masih terlibat dalam upaya mediasi.

Kemarin muncul laporan bahwa ia mengalami gejala dugaan keracunan saat menghadiri perundingan damai di perbatasan Ukraina-Belarus beberapa pekan lalu.

Sumber: bbc.com.